Read Time:3 Minute, 26 Second
Tak semua cabang lomba dalam Pionir 2017 diikuti Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketiadaan dana jadi alasan utama terganggunya proses keberangkatan.
Siang itu Rabu (5/04), sekitar pukul 14.00 WIB Lusriadi—anggota basket UIN Jakarta—menceritakan kekecewaannya tidak bisa ikut lomba di Banda Aceh. Padahal ia ingin sekali kemampuannya bermain basket bisa disalurkan untuk ikut mengharumkan UIN Jakarta dalam Pekan Ilmiah, Seni dan Riset (Pionir) yang diselenggarakan Kementerian Aga-ma tahun 2017.
Pionir yang terselenggara tiap dua tahun sekali ini merupakan ajang multi-event dan pesertanya pun dari seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia. Ketidakikutsertaan tim basket ini pun disesalkan ketua tim basket UIN Jakarta, Inamul Hasan. Sebagai penggagas untuk mengikuti lomba basket dalam Pionir, ia sangat kecewa dengan keputusan kemahasiswaan.
Inamul bercerita persiapan untuk mengikuti Pionir ke-VIII ini dari jauh hari telah ia rancang. Salah satunya mengadakan pertemuan dengan anggota basket UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan UIN Syarif Kasim Riau. Dari hasil pertemuan, akhirnya bisa terkumpul sepuluh tim basket dari PTKI di seluruh Indonesia. “Karena syarat untuk dipertandingankan minimal diikuti sepuluh tim basket,” jelasnya, Jumat (21/04).
Namun kabar tidak menyenangkan datang dua bulan sebelum pelaksanaan Pionir. Pihak Kemahiswaan UIN Jakarta tidak mengikutsertakan basket dalam lomba yang digelar tiap dua tahun sekali tersebut. Alasannya, dana Kemahasiswaan UIN Jakarta tidak cukup untuk mengikuti semua cabang lomba yang ada.
Tak hanya Inamul, minimnya dana untuk mengikuti lomba pun dirasakan Dzulkarnaen Lana Saputra sebagai Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Hiqma. Zul bercerita, untuk dapat memilih perwakilan terbaik yang akan dikirim dalam perlombaan perlu ada seleksi yang ketat dan itu membutuhkan dana dan waktu yang lama. Namun dari anggaran awal Rp22 juta yang turun hanya Rp2 juta. “Padahal kita perlu membeli peralatan dan seragam baru supaya bisa menang,” keluhnya, Rabu (19/4).
UKM Hiqma merupakan salah satu pihak yang ditunjuk kemahasiswaan untuk melakukan seleksi peserta di bidang seni. Di antaranya Musabaqoh Tilawatil Quran, Musabaqoh Hifdzul Quran, Musabaqoh Syarhil Quran, Pop Solo Islami, Kaligrafi, dan Puitisasi al-Quran.
Namun kurangnya dana membuat proses seleksi peserta kurang maksimal. Menurut Zul, dari enam cabang lomba, seleksi hanya dilakukan pada bidang kaligrafi. Kekurangan dana pun menyebabkan pengumumannya cuma menggunakan media WhatsApp. “Tidak pakai banner atau brosur, jadi sosialisasinya kurang merata,” tutur Zul.
Mengenai kekurangan dana, Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak membenarkannya. Menurutnya tidak hanya basket saja yang tidak ikut dalam Pionir di Aceh, lomba marawis, voli dan sepak takraw pun tidak bisa mengikutinya. Banyaknya jumlah anggota dalam satu tim menjadi alasan lain pembatalan keberangkatan.
Satu tim terdiri dari lima sampai sepuluh orang, sedangkan piala yang didapat hanya satu itu pun kalau menang. Oleh karena itu, UIN Jakarta lebih memilih lomba dengan jumlah orang sedikit tetapi lebih potensial meraih medali. “Kita enggak sanggup membiayai rombongan sebanyak itu, sementara pialanya satu,” kata Yusron saat ditemui di Gedung Kemahasiswaan, Rabu (12/4).
Ketika tim basket diputuskan tidak ikut, Inamul mendapatkan tawaran dari seniornya untuk berangkat lewat jalur darat. Namun tidak mendapat izin dari Warek III yang juga menjabat sebagai pimpinan kontingen Pionir ke-8 UIN Jakarta. Alasannya risiko kecelakaan tinggi karena perjalanan Jakarta-Aceh bisa memakan waktu 3-4 hari perjalanan. “Enggak enak juga dilihat kampus lain, masa atlet lain naik pesawat yang lainnya lagi naik bus?,” jelasnya.
Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) Zaenal Arifin pun mengakui bahwa dana untuk Pionir 2017 lebih kecil dibanding tahun 2015. Pada Pionir 2015 di Palu anggaran pionir mencapai Rp785 juta, sedangkan sekarang berada di kisaran Rp143 juta. Ini merupakan imbas dari penghematan anggaran negara di kementerian, termasuk Kementerian Agama.
Membandingkan dengan dana tahun 2015 yang berbeda jauh, Institut pun mengkonfirmasi untuk kedua kalinya. Zaenal Arifin mengatakan jumlah Rp143 juta merupakan perkiraannya. Untuk jumlah sebenarnya, Ia menyarankan agar Institut menanyakan pihak kemahasiswaan. Hingga berita ini diturunkan, pihak kemahasiswaan belum bisa dimintai keterangan.
Berkurangnya anggaran tahun ini pun berimbas pada jumlah atlit yang dikirim. Pada gelaran Pionir ke-7 2015 di Palu, UIN Jakarta mampu mengirim 95 atlit yang bertanding di 45 nomor cabang lomba. Sedangkan pada Pionir ke-8 2017 di Banda Aceh UIN Jakarta mengirimkan 56 atlit dan berlaga di 42 nomor cabang lomba.
Muhamad Ubadillah
Average Rating