Jumat (21/12) lalu, aksi mahasiswadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berlangsung bentrok. Aksi yang digelar di depan Sekretariat Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) itu merupakan gelaran yang ketiga kalinya dalam dua bulan terakhir. Walau tak ada yang bertanggung jawab atas kericuhan ini, namun kumpulan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Pemira (Ampera) itu menuntut kejelasan Pemilihan Umum Raya (Pemira) UIN Jakarta.
Kejadian berawal saat ruangan Sema-U sedang digunakanKomisi Pemilihan Umum (KPU)untuk mengumpulkan berkas-berkas pendaftaran Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Tak lama, ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Ampera datang meminta ketegasan Sema-U dan KPU tentang Pemira 2018. Selain itu, Ampera juga menuntut enam hal untuk segera dilaksanakan.
Adapun tuntutan dari aksi itu meminta kejelasan dari pihak Sema-U terkait pembentukan KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang baru.Kedua, perubahan lini masa Pemira yang semena-mena. Lalu, Sema-U dan KPU harus memedulikan surat edaran Wakil Rektor III (Warek III) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Yusron Razak tentang pendaftaran ulang KPPS.
Kemudian Sema-U harus memfasilitasi rapat koordinasi dengan organisasi mahasiswa yang ada di lingkup kampus UIN Jakarta serta menolak Pemira diadakan bulan Januari. Ada juga tuntutan kepada Warek III untuk memecat Ketua Sema-U secara tidak hormat.
Selama tuntutan massa aksi, tidak ada satu pun dari Sema-U memberikan tanggapan. Namun Abdul Rahim selaku Bendahara KPU menanggapi tuntutan Ampera. Salah satunya persoalan pembentukan KPU dan Bawaslu. Rahim menyatakan tidak pernah mendapatkan kejelasan apapun dari pihak Sema-U dan Kemahasiswaan soal perubahan surat keputusan. Menurutnya, Sema-U dan Kemahasiswaan tidak mengonfirmasi KPU dan Bawaslu terpilih. “Kami korban dari semrawutnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Sema-U dan Kemahasiswaan,” ungkapnya di depan Sekretariat Sema-U, Jumat (21/12).
Usai tanggapan Rahim, keadaan massa menjadi ricuh dan berakhir bentrok. Bentrokan ini melukai dua orang mahasiswa, satu orang terlukadi bagian mata dan lainnya di kepala bagian belakang karena lemparan batu. Korban diketahui bernama Dzulhikam Masyfuqil Ibad dari Fakultas Dirasat Islamiyah dan Maulana Subekti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Lebih lanjut, Ampera tidak ingin disalahkan atas bentrokan tersebut. Ampera yangberanggotakan 530 mahasiswa ini pun tidak memiliki struktur aliansi.Kemudian, Institut mencoba menghubungi pengurus organisasiekstra cabang yang ada di lingkup UIN Jakarta terkait Ampera juga Pemira 2018.
Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Muhammad Cahyo Rahmat mengapresiasi terbentuknya Ampera ini. Adanya aliansi ini dapat menjadi pembelajaran untuk Sema-U atau pihak terkait untuk mengoreksi dirinya masing-masing. “Jika ada sesuatu yang mengganjal dan salah, ya perlu adanya protes,” ungkapnya, Sabtu (22/12).
Sedangkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ari Aprian Harahap menanggapi, Ampera ini memang berlandaskan kepedulian mahasiswa atas demokrasi. Ampera terbentuk untuk meminta kejelasan dan keterbukaan informasi Pemira 2018. “Kalau memang membentuk sebuah aliansi, ayo tunjukan siapa ketuanya kita maju bareng-bareng,” ungkapnya, Sabtu (22/12).
Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Fahmi Dzakky menjelaskan juga terkait Ampera. Ampera muncul dikarenakan memang adanya pelaksanaan Pemira yang hingga saat ini mengalami kemunduran pelaksanaan. Seharusnya akhir tahun 2018 Pemira sudah selesai dilaksanakan. “Maka jika tidak ada hambatan apapun, bentrok kemarin mungkin tidak ada,” ungkapnya, Minggu (23/12).
Sedangkan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat Tharlis Dian Syah Lubis menolak untuk memberikan tanggapan. Ia mengalihkan Institut untuk menghubungiBidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) HMI Abdul Fattah Muzakkir. Abdul Fattah mengatakan bahwasannya HMI tidak memberikan instruksi kepada kader-kadernya untuk aksi menyoal Pemira yang bernama Ampera. “Mungkin anak-anak HMI inisiatornya, tapi bukan atas nama HMI,” jelasnya, Minggu (23/12).
Selaku Penanggung Jawab Pemira 2018, Yusron Razak tidak dapat dihubungi hingga berita ini diterbitkan. Namun pihak Kemahasiswaan diwakili Sub-bagian Bina Bakat Kemahasiswaan R Trisno Riyadhi angkat bicara. Menurutnyasetiap penghujung tahun, ada sekumpulan mahasiswa membentuk aliansi, nama-nama aliansi tersebut selalu berbeda. Pada tahun 2018 ini aliansi diketahui bernama Ampera. “Selama membuat aliansi sesuai dengan alasan yang benar, ya tidak apa-apa,” katanya, Sabtu (22/12).
Dalam pantauan Institut, aksi berakhir karena satuan pengaman menerobos masuk bentrokan kemudian melerai massa. Mereka berjaga hingga massa meninggalkan lokasi kejadian. Usai aksi ini, sampah berserakan di depan area Sekretariat Sema-U yang disegel pita kuning . Tak hanya itu, dua sepeda motor juga terlihat rusak imbasbentrokan sore itu. (II)
Sawanganisme—perkumpulan mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) mengadakan forum terbuka perdananya pada Rabu, (20/9) di pelataran belakang Kampus PPG Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Forum tersebut dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari 4 jurusan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Manajemen Pendidikan (MP), dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta diwarnai dengan berbagai nyanyian dan yel-yel. PBAK yang diselenggarakan mulai tingkat universitas hingga Program Studi (Prodi) berlangsung selama empat hari. Beragam nyanyian dan yel-yel sudah menggema di dalam kampus UIN Jakarta sejak hari pertama, Senin (28/8).
Hari terakhir Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2023 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berakhir ricuh. Keributan terjadi di depan Gedung Student Center (SC) pada Kamis sore (30/8). Hal itu mengakibatkan mahasiswa baru dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) terhambat untuk keluar dari Gedung SC.
Dalam rapat koordinasi PBAK (16/8), Sema-U dan Forum UKM tidak dilibatkan, hal tersebut menimbulkan keluhan dari keduanya. Namun, pihak kampus sudah meminta maaf dan mulai mengajak keduanya dalam rapat koordinasi (18/8).
Pra Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menuai kontroversi. Berdasarkan pantauan Institut, Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan, Ali Munhanif memberikan pernyataan mengenai Pra-PBAK pada laman Instagram @lucuin_jakarta, Jumat (25/8).
Gladi bersih Wisuda ke-129 sempat berlangsung kisruh. Hal itu disebabkan karena kebijakan baru pemindahan tali toga yang ditetapkan oleh pihak kampus. Calon wisudawan pun melakukan aksi penolakan terhadap kebijakan tersebut.
Average Rating