Pengorbanan Sang Sultan Agung

Pengorbanan Sang Sultan Agung

Read Time:3 Minute, 9 Second

Pengorbanan Sang Sultan Agung
Bertempurnya rakyat Mataram melawan penjajah. Demi membela hak-haknya sebagai rakyat Mataram.

Pada masa Padepokan Mataram, seorang raja kedua Mataram Mas Jolang dengan gelar Panembahan Hanyokrowati memiliki seorang anak yang bernama Sultan Agung Hanyakrakusuma (Ario Bayu). Anak dari ibu Ratu Dyah Banowati (Christine Hakim), istri kedua dari rajaPanembahan Hanyokrowati. Saat berumur 10 tahun, Sultan Agung dititipkan dan diajarkan kepada Ki Jejer (Deddy Sutomo) seorang ulama di Padepokan tanah Mataram untuk hidup sederhana.

Saat itu,  Sultan Agung alias Raden Mas Rangsang telah lama menuntut ilmu di Padepokan Mataram di bawah bimbingan Ki jejer. Akan tetapi, Mas Rangsang secara tidak langsung bertemu dengan seorang perempuan bernama Lembayung (Putri Marino), saat sedang menjalani pendidikan di padepokan. Mas Rangsang dan Lembayung pun saling jatuh cinta.

Suatu hari, Raden Mas Rangsang dikejutkan oleh kedatangan seorang utusan dari Mataram yang memerintahkan untuk mendatangi kerajaan. Tanpa mengelak, Raden Mas Rangsang pun menuruti perintah kerajaannya. Raden Mas Rangsang pun memasuki kediaman ibunya. Setibanya, Raden Mas Rangsang dikejutkan dengan cerita Ratu Dyah Banowati yang melontarkan kondisi Kerajaan Mataram semakin kisruh. Ratu Dyah Banowati menyampaikan bahwa Raden Mas Rangsang harus menjadi penerus Kerajaan Mataram.

Akan tetapi, Raden Mas Rangsang menolaknya, ia berkeinginan untuk menjadi seorang ulama. Sebab, Raden Mas Rangsang tidak memiliki kesiapan atas tahta kerajaan ini. Ratu Dyah Banowati tetap bersih keras menasehatinya, Raden Mas Rangsang yang merupakan anak keturunan Senopati yang tentunya akan menduduki jabatan dalam kerajaan.

Suatu ketika, utusan Kerajaan Mataram mendatangi Mas Rangsang untuk mengabarkan kematian ayahnya. Seketika mendengar kabar kematian ayahnya, Raden Mas Rangsang pun berlari menuju kerajaan. Raden Mas Rangsang pun duduk lemah tak berdaya disertai linangan air mata. Panembahan Hanyokrowati terbujur kaku tak bernyawa. Utusan kerajaan pun memberikan perintah untuk mendatangi sebuah tempat ketika terjadinya polemik.

Setelah diketahui oleh Raden Mas Rangsang terkait permasalahan di Kerajan Mataram, Para jajaran kerajaan pun meyakinkan Raden Mas Rangsang untuk bersedia menjadi raja. Para jajaran yang ada dikerajaan mendukung penuh dan siap membantu di bawah kepemimpinan Raden Mas Rangsang dan diberi gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Awal mula kepimpinannya, Sultan Agung dalam mengatur strategi dan menjaga kerajaan mataram berjalan lancar. Hampir seluruh kerajaan di Jawa dikuasai oleh Mataram. Hanya saja, Banten yang terletak di sebelah barat, luput dari kekuasaan Mataram. Saat itu, kemunculan Perusahaan Hindia Timur Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Sultan Agung memandang VOC bukanlah sebagai musuh, melainkan pedagang semata. Sultan Agung tidak menganggap VOC akan mencari kekuasaan, kejayaan dan mengambil tanah miliknya.

Bermula ketika Belanda ingin bekerja sama dengan Sultan Agung atas wilayah perdagangan VOC. Sultan Agung menyetujuinya. Sultan Agung pun mengadakan perjanjian dengan VOC untuk berdagang di wilayah kekuasaan dengan mendirikan perwakilan di Jepara, serta memberi syarat kepada VOC untuk membayar pajak sebesar 60 % dari setiap penjualannya. Namun, perjanjian tidaklah lama, VOC telah menghianati Sultan Agung lantaran VOC mementingkan dirinya menguasai pundi pundi di Mataram.

Kerajaan Mataram dan VOC pun saling menyerang. Sultan Agung mencoba untuk menggagalkan Belanda dalam menguasai kerajaan Mataram. Akan tetapi, banyak prajurit menjadi korban dalam peperangan itu, hingga Sultan Agung menangani permasalahan dan menjauhi daerah Mataram menuju Batavia.

Pasukan Belanda pun berhasil menemukan tempat penyimpanan persediaan pangan pasukan Mataram. Belanda juga berhasil membakar lumbung-lumbung makanan tentara Mataram di sepanjang pesisir utara. Sultan Agung tidak tinggal diam, ia menyusun strategi untuk melawan VOC dengan mengepung benteng pertahanannya. Hingga akhirnya, pasukan Mataram pun dapat mengalahkan VOC lantaran  Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen (Hans de Kraker) meninggal dunia.

Film berjudul Sultan Agung ini sangat menarik alur ceritanya karena menayangkan adegan yang penuh dramatis. Film “Sultan Agung” berkaitan erat dengan sejarah kerajaan di Indonesia. Film ini sangat cocok untuk ditonton semua kalangan. Mengingat film ini mengandung nilai-nilai pendidikan di dalamnya. Kisah film yang menggambarkan keteguhan dan tekad kuat dari Sultan Agung, seorang Raja Mataram dalam melawan para penjajah dari Eropa yang menjarah secara kejam rempah-rempah dan sumber makanan rakyat.

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Rekonsiliasi Semu Previous post Rekonsiliasi Semu
Hati Dan Pembangunan Sosial Next post Hati Dan Pembangunan Sosial