Setelah dipastikan menang Pemilu, Joe Biden tak lama lagi segera bercongkol di tampuk kekuasaan. Segudang wacana mengenai proyeksi kebijakannya telah diprediksi oleh para pakar, terlebih lagi mengenai dampaknya bagi Indonesia.
Kekalahan Donald Trump di Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) 2020 menandakan sinyal ketidakpuasan publik AS terhadap pemerintahan Trump. Kebijakannya yang tak lepas dari kontroversi hingga menuai kritik dari masyarakat mewarnai periode pertamanya sebagai Presiden AS. Akibatnya, Ia terpaksa menerima pil pahit setelah dipecundangi Joseph Robinette Biden (Joe Biden) dengan margin suara elektoral sebanyak 306 berbanding 232 suara.
Kemenangan Joe Biden pun dinilai membawa babak baru bagi Amerika Serikat sekaligus dunia internasional. Pria kelahiran Pennsylvania ini nantinya akan didaulat sebagai Presiden AS ke-46 pada Januari 2021, menyusul kekalahan rival petahananya, Donald Trump. Segelintir wacana mengenai kebijakan politik AS di tangan Joe Biden pun telah diprediksi pakar-pakar politik internasional.
Diskursus mengenai dinamika politik AS tak melulu soal kontestasi antara nama-nama kandidat presiden. Sejauh ini, raksasa politik AS seperti Partai Demokrat dan Partai Republik juga turut mengambil peranan dalam setiap keputusan yang dikeluarkan presiden. Di lain sisi, nama Indonesia pun nampaknya takkan pernah lepas dari hegemoni beserta pengaruh kebijakan luar negeri AS, tak terkecuali di era kekuasaan Biden nanti.
Melihat fenomena tersebut, Institut melakukan wawancara khusus dengan Nazaruddin Nasution, Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta, yang sekaligus mantan Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk AS tahun 1997-2000. Wawancara ini dilakukan pada Selasa (24/11).
1. Bagaimana perbedaan mendasar antara presiden dari Partai Demokrat dan Partai Republik?
Perbedaan yang prinsipil dari presiden Partai Republik, dalam hal ini diwakili oleh Donald Trump, George W Bush, Bush Senior, dibandingkan dengan presiden dari Partai Demokrat yang diwakili oleh Barrack Obama, Bill Clinton, dan nanti Joe Biden adalah Partai Demokrat ingin mengedepankan multilateralisme, sedangkan Republik mengedepankan bilateralisme. Partai Demokrat lebih mengedepankan soft power—pendekatan secara diplomasi, sedangkan Republik lebih mengedepankan hard power—pendekatan kekerasan.
Sebagai contoh, apa yang dilakukan George W Bush di Afghanistan dalam menghadapi terorisme sebagai akibat dari peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat. Kemudian berlanjut invasi AS ke Irak yang juga dilakukan oleh George W Bush yang semula disinyalir memiliki senjata pemusnah massal, akan tetapi tidak terbukti. Sehingga tetap melakukan serangan ke Irak yang semata-mata pada akhirnya adalah untuk mengganti Presiden Irak Saddam Hussein.
2. Apa pengaruh kemenangan Presiden AS dari Partai Demokrat bagi masa depan Indonesia?
Pada masa Soeharto berkuasa di Indonesia, saat itu yang menjadi Presiden AS adalah Bill Clinton. Ada dua masalah yang muncul saat itu. Pertama, masalah yang bekaitan dengan krisis ekonomi, di mana Indonesia terkait dengan International Monetary Fund (IMF). Presiden Clinton berupaya untuk membantu mengatasi krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia, dan meminta kepada Presiden Soeharto untuk menandatangani satu MoU dengan IMF pada 15 Januari 1998 yang disaksikan petinggi IMF.
Berselang 2-3 bulan kemudian, Indonesia menjadi terpuruk karena Presiden Soeharto sudah tidak bisa menguasai keadaan di Indonesia, pergolakan terjadi di hampir seluruh kota, sehingga pada puncaknya terjadilah peristiwa pada bulan Mei 1998 di mana Soeharto pada akhirnya mengundurkan diri karena masalah ekonomi dan politik yang menekan di dalamnya.
Selain itu, pada masa Bill Clinton Indonesia juga mengalami tantangan, karena menghadapi tuduhan pelangaran hak asasi manusia yang terjadi di Timor Timur, sehingga pada saat itu AS melakukan embargo kepada Indonesia dengan tidak memberikan suku cadang pesawat F-16 buatan AS, karena dituduh telah melakukan pengeboman di Timor Timur. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Partai Demokrat dalam hal ini Presiden Bill Cllinton lebih mengutamakan isu-isu yang bersifat soft power, seperti demokrasi, good governance, HAM, dsb.
3. Akankah Joe Biden mengikuti garis kebijakan para pendahulunya dari Partai Demokrat?
Pada masa Obama, tercipta suatu upaya meluruskan persepsi yang selama ini keliru bahwa Islam adalah teroris, dan teroris itu adalah Islam—yang terjadi pada masa George W Bush. Presiden Obama menyatakan dalam pernyataannya di Kairo pada 2009, bahwa perlu diwujudkannya suatu babak baru hubungan antara dunia Islam dengan barat, karena adanya mispersepsi keliru yang selama ini ditujukan AS pada masa George W Bush. Pendekatan dari Presiden Obama yang mewakili Partai Demokrat, sebagaimana yang terjadi dengan Presiden Bill Clinton lebih pada pendekatan yang bersifat prinsipil, yaitu masalah yang berkenaan dengan masalah toleransi beragama.
Diperkirakan Presiden Joe Biden akan mengikuti garis kebijaksanaan dari kedua pendahulunya yakni Obama dan Clinton untuk menciptakan kerukunan umat beragama dan HAM, good governance, demokrasi, lingkungan hidup, dsb.
4. Apa efek terpilihnya Biden terhadap masa depan masyarakat muslim dunia, khususnya Indonesia?
Diperkirakan upaya-upaya pendekatan juga akan dilakukan Biden dengan kelompok-kelompok muslim di berbagai belahan dunia termasuk di Asia-Pasifik—dalam hal ini termasuk di Indonesia. Menarik perhatian bahwa di dalam salah satu pidatonya di depan Council on Foreign Relations, capres Joe Biden pada saat itu menyatakan bahwa di Asia-Pasifik ada beberapa negara yang menjadi mitranya, dan disebutkan empat negara—Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia. Disebutnya nama Indonesia secara eksplisit ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat melihat faktor bahwa Indonesia adalah penting.
Yang jelas, Presiden Joe Biden sesudah terpilih nanti menyatakan bahwa ia akan mengubah kebijakan Presiden Donald Trump yang melarang Sembilan negara muslim untuk memasuki AS, dan ini sesuatu yang tentu diharapkan dalam waktu dekat akan ada satu pernyataan, dan lazimnya itu disampaikan presiden pada satu pidato yang disebut State of Union Address pada 20 Januari 2021 nanti, saat Biden dilantik sebagai Presiden AS.
5. Apa harapan Anda dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS selanjutnya?
Apa yang diharapkan dari Joe Biden tentu saja pendekatan dengan negara-negara yang selama ini diabaikan, atau diacuhkan oleh Trump akan dibina dan dirintis oleh Biden. Sehingga diperkirakan AS akan melakukan pendekatan yang lebih erat dengan Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina dalam upaya untuk mengimbangi pengaruh Cina di kawasan Asia-Pasifik. Segala upaya investasi Cina yang berlangsung di negara tersebut diperkirakan akan diimbangi AS dalam upayanya untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara di Asia Tenggara.
Sehingga diperkirakan pada masa Presiden Biden mendatang akan banyak sekali perubahan-perubahan kebijakan yang lebih mempunyai dampak positif bagi Indonesia. Kita juga harus membuat suatu pelajaran dari apa yang dihadapi Indonesia pada masa Obama maupun Clinton. Jadi, yang kita harus waspadai dan cermati adalah apabila Indonesia dihadapkan dengan isu-isu pelanggaran demokrasi, HAM, pemerintahan yang bersih, lingkungan hidup, dsb. Pendekatan-pendekatan soft power yang dikemukakan Biden dari Partai Demokrat ini akan mengikuti pola sebagaimana yang telah dilakukan presiden-presiden Demokrat sebelumnya.
Maulana Ali Firdaus
Average Rating