Pelbagai keluhan mahasiswa soal sistem parkiran berdatangan.
Saban sore, antrean keluar parkir memanjang.
Akhir-akhir ini, kepadatan lalu lintas di Kampus Satu, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi sorotan. Kondisi tersebut menghambat lalu-lalang pengendara dan pejalan kaki.
Berdasarkan pantauan Institut pada Kamis, 8 September lalu, kepadatan kendaraan di kampus tersebut membuat antrean sangat panjang saat sore hari. Antrean tersebut memanjang dari gerbang keluar Kampus Satu hingga Gedung Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM).
Muhammad Nur, Pengelola Green Parking mengatakan kondisi itu disebabkan berbagai hal. Menurutnya, jumlah gerbang keluar yang minim menjadi salah satu sebab antrean panjang. “Siapa pun pengelola parkirnya, jika infrastrukturnya terbatas itu tidak akan mengurai kemacetan,” ucap Nur, Kamis (15/9).
Selain itu, ia pun pernah mencoba ikut mengantre sekaligus meneliti penyebab antrean panjang. Dari percobaannya tersebut, Nur mulai mengklasifikasi durasi mahasiswa saat di gerbang parkir.
Pertama, mahasiswa yang membayar dengan uang pas akan memakan waktu lima detik. Kedua, jika mahasiswa membayar dua ribu rupiah akan menjadi tujuh detik. Ketiga, mahasiswa yang membayar 90 ribu akan memakan waktu 15–20 detik. Terakhir, jika karcis parkir hilang akan sampai satu menit lebih. Sebab, petugas harus mengecek surat kendaraan mahasiswa.
Nur menyarankan kepada mahasiswa untuk mendaftarkan uang elektroniknya ke pihak mereka. Menurutnya, pendaftaran tersebut akan meminimalisir kemacetan di Kampus Satu sekaligus transparansi biaya parkir, yaitu seribu rupiah. “Kami tidak memiliki kewenangan mewajibkan pada mahasiswa. Yang jelas itu sebuah inovasi kita untuk mengurai kemacetan,” jelas Nur, Kamis (15/9).
Mahasiswa Program Studi Matematika, Raynaldi Ilham merasa keresahan saat membawa motor masuk ke dalam kampus satu. Terlebih saat jadwal kuliah pagi, dirinya harus datang lebih awal. “Jika kesiangan berangkatnya akan sulit mencari parkiran,” kata Raynaldi, Jumat (16/9).
Kemudian, Mahasiswa Program Studi Perbandingan Mazhab Jalaluddin Barir juga turut kesulitan saat mencari lahan parkir. Berdasarkan pantauannya, itu disebabkan karena banyaknya kendaraan saat ini ketimbang tahun lalu. “Dulu masih senggang, kalau sekarang sulit karena banyak kendaraan,” tutur Jalal, Kamis (15/9).
Selain pengendara, mahasiswa pejalan kaki dari Program Studi Jurnalistik, Raodatuljannah pun turut merasakan kesulitan mengakses jalan di Kampus Satu. Walaupun di kampus tersedia jalan khusus pejalan kaki. “Meskipun ada tempat khusus buat jalan kaki, tetapi menurutku tetap sulit sekali berjalan karena banyaknya juga mahasiswa lain,” ucap Rodatuljannah, Jumat (16/9).
Kemudian, Mahasiswa Program Studi Matematika, Aqlani Wafi merasa tidak terlalu kesulitan saat berjalan kaki di Kampus Satu. Tetapi ia selalu waspada sebab banyak kendaraan yang berlalu-lalang di kampus. “Sebenarnya aku biasa saja, tapi kalau mau ke Student Center itu banyak motor, jadi harus lebih waspada pas jalan,” jelas Aqlani, Jumat (16/9).
Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian UIN Jakarta membuat imbauan dengan spanduk bertuliskan “Kepada seluruh Civitas Academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertempat tinggal dan kost-nya berdekatan dengan kampus, diimbau agar tidak membawa kendaraan pribadi mengingat keterbatasan lahan parkir.” Hal itu untuk mengurangi kepadatan kendaraan di Kampus Satu yang mengakibatkan kemacetan panjang.
Spanduk tersebut mulai terpampang lebar di area pintu masuk pada Jumat, 9 September. Isi imbauan tersebut pun menghasilkan berbagai argumentasi di kalangan mahasiswa.
Di antaranya, mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Surya Mahmuda menganggap imbauan tersebut diperlukan. Sebab kendaraan yang padat akan membuat kesulitan mencari tempat parkir. “Karena saya pun merasakan mencari tempat parkir di kampus bisa dikatakan cukup sulit karena volume kendaraan yang membludak,” tutur Surya, Sabtu (17/9).
Sedangkan Mahasiswa Program Studi Matematika, Raynaldi Ilham memilih untuk netral terkait imbauan itu. Menurutnya, kebutuhan mobilitas mahasiswa saat berkegiatan tidaklah sama. “Seperti ada yang membutuhkan kendaraan karena ada kegiatan yang mengharuskan dia membawa motor,” ucap Raynaldi, Jumat (16/9).
Mulanya Institut menghubungi Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Ahmad Rodoni pada Rabu (14/9). Namun, Institut diarahkan untuk menghubungi Kepala Bagian (Kabag) Umum, Imam Thobroni. Namun sejak Jumat (15/9), Imam tak kunjung merespons.
Reporter: Febria Adha Larasati
Editor: Syifa Nur Layla
Average Rating