Pada 2018 silam, United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) mengungkapkan bahwa ring of fire telah aktif kembali. Lokasi Indonesia masuk ke dalam ring of fire, membuatnya kerap dilanda bencana alam. Pertemuan Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik, menjadikan Indonesia rentan terhadap ancaman gempa bumi. Pertemuan antarlempeng di zona subduksi, mengancam gempa megathrust melanda Indonesia dengan kekuatan besar.
Terkait ancaman dan upaya penanggulangan bencana di DKI Jakarta, Institut berkesempatan mewawancarai Kepala Satuan Pelaksana Pengelolaan Data dan Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Michael Sitanggang pada Jumat (16/12).
Apakah Jakarta berpotensi menjadi pusat gempa dengan skala besar?
Berkaca dari gempa yang terjadi belakangan ini, episentrum gempa berpusat di luar Jakarta. Namun, pembahasan perihal potensi Jakarta yang menjadi pusat gempa masih menjadi fokus para peneliti dan pakar terkait adanya sesar lain.
Beberapa dokumentasi dan jurnal ilmiah, pernah merilis bahwa terdapat Sesar Baribis dari Purwakarta sampai daerah Banten. Potensi gempa oleh Sesar Baribis diperkirakan terjadi di daratan Jakarta yang dangkal sehingga bisa berdampak besar. Saat ini, BPBD meningkatkan kewaspadaan mengingat dampak gempa darat yang cukup merusak.
Kenapa lokasi sesar tidak mudah untuk diketahui?
Sesar terbentuk secara alami dan belum bisa diketahui secara menyeluruh karena wilayah indonesia yang cukup luas. Terkadang kajian baru bisa dilakukan setelah ada peristiwa yang terjadi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis bahwa gempa Cianjur dipicu oleh sesar baru yang dinamakan Sesar Cugenang yang sebelumnya diduga dipicu oleh Sesar Cimandiri. Keberadaan sesar yang baru diketahui akan berdampak panjang, baik secara tata kota, kewaspadaan masyarakat, regulasi pemerintah, dan lain sebagainya.
Apa langkah BPBD DKI Jakarta setelah mengetahui keberadaan Sesar Baribis?
BPBD melalui program kerjanya menyosialisasikan Sesar Baribis yang membuat Jakarta rentan gempa bumi. Sosialisasi gencar diberikan kepada masyarakat, untuk memberikan peningkatan kemampuan daerah dalam menghadapi bencana. Simulasi evakuasi untuk gedung-gedung tinggi pun karena sudah dilakukan oleh BPBD.
Sejak tahun 2017, BPBD sudah terjun ke masyarakat dan melakukan mitigasi di lebih dari 200 sekolah. BPBD DKI Jakarta mempunyai program bernama SMAB (Sekolah Madrasah Aman Bencana), ini diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 187 Tahun 2016. Ada pula regulasi seputar rambu bencana yang diatur dalam Pergub 170 Tahun 2016.
Bagaimana dengan ketahanan gedung-gedung tinggi di Jakarta?
Struktur gedung dengan tinggi di atas delapan lantai, dirancang untuk tahan gempa apalagi yang baru dibangun kurang dari sepuluh tahun. Saat ini, BPBD sedang menyusun strategi untuk rumah tapak—bangunan di bawah delapan lantai—yang lebih rentan terdampak gempa bumi. Kajian Risiko Bencana (KRB) sedang disusun untuk selanjutnya, dijadikan dasar penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) yang dibuat setiap lima tahun sekali.
RPB mengatur peran dan tahapan yang akan dilakukan oleh BPBD dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait penanggulangan bencana berdasarkan jenis-jenisnya. Dalam menjalankan tugasnya, BPBD berkoordinasi dengan instansi lain, baik secara vertikal maupun horizontal, seperti BMKG dan Dinas Cipta Karya, Tata Kota, dan Pertanahan (DCKTRP) DKI Jakarta terkait mitigasi gempa. Kemudian BPBD juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan terkait program SMAB.
Bagaimana dengan dampak megathrust yang diperkirakan terjadi di selatan Pulau Jawa?
Selain Sesar Baribis, keberadaan zona megathrust juga patut diwaspadai. Jika Sesar Baribis episentrumnya berada di sekitar Jakarta, maka megathrust berada di sekitar selatan Jawa. Getaran gempanya kemungkinan kecil untuk terasa sampai Jakarta, tetapi ancaman tsunaminya perlu diwaspadai karena diduga mencapai ketinggian 30 meter. Daerah selatan Pulau Jawa bagian barat lebih diprioritaskan untuk mitigasi gempa megathrust.
Persoalan megathrust masih dalam kajian histori dan kebumian. RPB lebih fokus pada Sesar Baribis yang episentrumnya lebih dekat dengan Jakarta. Tanda-tanda keberadaan sesar di Jakarta sulit diketahui karena tanahnya sudah dipenuhi bangunan. Kontur tanah dan jenis batuan dapat memudahkan mengetahui lokasi sesar. Saat ini, kajian perihal sesar menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dan mendapat atensi yang luar biasa dari luar negeri.
Reporter: NS
Editor: Nurul Sayyidah Hapidoh