Sawanganisme menilai, sejak 2019 hingga sekarang fasilitas Kampus PPG tidak memadai bagi mahasiswa. Karena hal itu, Sawanganisme memulai aksi dengan membuka diskusi antar mahasiswa PPG.
Sawanganisme—perkumpulan mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) mengadakan forum terbuka perdananya pada Rabu, (20/9) di pelataran belakang Kampus PPG Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Forum tersebut dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari 4 jurusan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Manajemen Pendidikan (MP), dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Forum tersebut membahas evaluasi kampus PPG sejak 2019 hingga sekarang. Arya Mubarak, selaku pendiri Sawanganisme mengungkapkan, tujuan diadakannya forum ini guna kampus PPG lebih aktif dalam menyediakan fasilitas mahasiswa yang lebih baik. Adanya tuntutan pula sebagai pembuka Sawanganisme sebagai forum diskusi-diskusi selanjutnya. “Agar di notice bahwa mahasiswa membutuhkan fasilitas pendukung,” ucap Arya, Rabu (20/9).
Arya melanjutkan, ada lima tuntutan yang menjadi pemantik dalam forum perdananya ini, seperti sarana dan prasarana luar ruangan, kebersihan PPG, kecacatan fasilitas, parkir berbayar dan setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) melaksanakan kegiatannya di kampus PPG. Harapannya, tuntutan segera direalisasikan dan mahasiswa bisa merasakan kehidupan yang lebih aktif di kampus. “Dalam waktu dekat ini kami akan membuat angket keluhan fasilitas yang dikhususkan kepada mahasiswa PPG saja,” ujarnya.
Mahasiswa tahun 2019 FY–bukan nama sebenarnya mengatakan, adanya forum ini bukan sekadar tuntutan fasilitas semata, namun juga pembuktian bahwa mahasiswa PPG juga aktif berdiskusi di kampus. “Kalau kita pengen lingkungan kampus hidup, dari kitanya dulu yang jalan,” ucap FY, Rabu (20/9).
Berdasarkan pantauan Institut, fasilitas di Kampus PPG terlihat tidak terawat, seperti bangunan dinding yang keropos sehingga menimbulkan korban jiwa. Mita selaku korban jatuhan puing bangunan mengatakan, dirinya pernah kejatuhan puing saat berada di pelataran belakang gedung PPG. Namun sampai saat ini pihak kampus tidak ada upaya perbaikan maupun ganti rugi. “Punggung aku sampai berdarah, padahal sudah dilapisi dua kain namun batu itu tetap tembus ke punggung,” kata Mita, Rabu (20/9).
Dari kejadian itu, Mita berharap agar tidak ada lagi korban kejatuhan puing seperti dirinya. Pihak kampus pun harus lebih peduli dengan keamanan fasilitas yang ditujukan kepada mahasiswanya. “Semoga ada perbaikan fasilitas dan tidak memakan korban lagi,” ujarnya.
Mahasiswa baru (Maba) jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Fahri Akbar mengatakan, ekspektasi dan realitas berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sangat berbeda. Kiranya akan berkuliah di kampus satu dengan berbagai fasilitas yang memadai, namun kenyataannya dia berkuliah di kampus PPG dengan fasilitas seadanya. “Disini kami berasa tempat kerja yang polanya berangkat, pulang, kosan setiap harinya,” pungkasnya, Rabu (20/9).
Reporter : Ken Devina
Editor : M. Naufal Waliyyuddin