Komunitas Surat Sobek mengubah limbah kertas menjadi kertas layak pakai. Mereka mengajak masyarakat untuk peduli terhadap sampah kertas dan menciptakan solusi ramah lingkungan.
Surat Sobek adalah rumah produksi yang mendaur ulang limbah kertas menjadi kertas layak pakai. Sejak berdirinya Surat Sobek pada 2022, mereka bergerak dalam isu sosial masyarakat (sociopreneurship) yang menjadi solusi kreatif bagi permasalahan sampah. Komunitas ini berlokasi di Jalan Ampera Poncol, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan.
Umam (29) sebagai pendiri Komunitas Surat Sobek mengungkapkan, asal usul nama Surat Sobek berasal dari nama pena di blogspot-nya. “Nama Surat Sobek itu, nama pena di blogspot aku dulu dari tahun 2012 sampai sekarang. Kemudian 2022, kita sematkan dia sebagai nama dan kendaraan mendaur ulang kertas buat kita belajar bareng-bareng,” ungkap Umam melalui telepon, Minggu (3/11).
Berdirinya Surat Sobek karena perjalanan Umam bersepeda dari Depok ke Bali. Saat itu, ia menuju festival Get The Fest 2022, festival musik dengan konsep waste to energy. Setelah acara tersebut, ia mulai mencoba untuk mendaur ulang limbah kertas sebagai kebutuhan pribadinya seperti menulis daftar lagu dan catatan. Dari pengalaman itu, muncul ide untuk mengembangkan usaha yang akhirnya berkembang menjadi Surat Sobek hingga saat ini.
Proses daur ulang berasal dari kertas bekas, kardus, dan bungkus rokok. Mulai dengan memotong kertas menjadi ukuran kecil, lalu merendam kertas hingga lunak dan dihancurkan hingga menjadi bubur kertas. Setelah itu, disaring dan dicetak di atas screen untuk mengurangi kadar airnya. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Hasil produk berupa notebook dan kertas dengan berbagai ukuran.
Dika (25) sebagai anggota Surat Sobek, sudah prihatin dengan sampah di sekelilingnya. “Tindakan aku sebagai individu yang sadar akan sampah. Kebetulan aku kerja, di mana membutuhkan banyak kertas dan kalau salah print ya dibuang. Jadi, aku ngobrol sama Umam buat didaur ulang lagi,” ujar Dika, Minggu (3/11).
Surat Sobek bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai daur ulang kertas sekaligus menjual produknya. Surat Sobek juga kerap berkolaborasi dengan berbagai acara seperti lokakarya. Dalam setiap lokakaryanya, mereka mengadakan kegiatan yang mengusung konsep wisata masa lalu. “Wisata masa lalu itu, kita kasih experience berupa menggambar dan mengetik pakai mesin ketik dengan kertas daur ulang,” ujar Dika.
Farhat (24) sebagai anggota termuda Surat Sobek bergabung dengan alasan kesadaran akan sampah di sekelilingnya. “Aku bergabung ke sini, karena kesadaran-kesadaran kolektif yang pada dasarnya sama,” kata Farhat, Minggu (3/11).
Lanjut Farhat, kesadaran masyarakat mengenai kertas daur ulang masih menjadi tantangan. “Masyarakat memilih menggunakan kertas HVS. Karena sudah jadi kebiasaan dan harganya lebih murah. Tapi surat sobek bergerak bukan hanya untuk jualan saja, tapi untuk masa depan kita,” ujar Farhat.
Setiap lembar kertas yang terbuat dari bahan daur ulang adalah langkah kecil yang berdampak besar. Menurutnya, dengan daur ulang limbah kertas, dapat mengurangi penebangan pohon yang sangat berarti untuk masa depan bumi.
Reporter: ARD (Kontributor)
Editor: Rizka Id’ha Nuraini