Hadiah untuk Reza

Read Time:2 Minute, 8 Second

Apa yang ku mau jangan disalah tafsir dengan diam tanpa aksi
Hidup adalah hidup tak mau ku tukar dengan kematian
Merah, hitam, biru, kuning adalah bagian makna kecil kehidupan yang mampu menciptakan
sesungging senyum dan seonggok asa sebagai bekal menapaki titik balik kehidupan
Sepenggal puisi di atas sengaja dipersembahkan untuk Reza Anggara Saputra mahasiswa Universitas Nasional (Unas) angkatan 2008. Puisi yang diberikan bermaksud untuk mengenang kepergian Reza. Sosok Reza dikenal sebagai mahasiswa yang akif. Ia bergabung di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Wretta Aksa fotografi.
Kepergian Reza memberikan banyak kenangan yang tak bisa dilupakan para kerabat, sahabat-sahabat, terutama keluarga dan sanak saudara. Tepat pada tanggal 14 Agustus lalu ia pergi menghadap Tuhan karena penyakit tumor yang dideritanya. Sebelum detik-detik kematian, ada satu harapan terbesar yang ingin sekali dicapainya yaitu bisa mengadakan pameran tunggal fotografi.
Selasa (19/12) Wretta Aksa fotografi mengadakan acara peluncuran buku dan pameran foto persembahan khusus untuk Reza. Terdapat 59 frame, seluruhnya merupakan karya terbaik Reza yang dipajang pada pameran tersebut.
Ode untuk Reza artinya pujian atau karya yang selama ini dihasilkan dari kepiawaian Reza mengintai objek dan menghasilkan foto yang sarat makna.
Acara yang berlangsung dibuka dengan pembacaan puisi oleh Teater Ghanta, dilanjutkan dengan pemutaran film “Mengenang Reza”. Film tersebut menceritakan perjalanan panjang Reza selama aktif di organisasi Wretta Aksa.
Selang beberapa menit, terdengar alunan biola, tanpa pancaran cahaya lampu, ruangan hanya disinari oleh lilin-lilin yang menyala di sekeliling ruangan sehingga membuat suasana terasa semakin hikmat. Setelah itu acara pembukaan pameran baru bisa dibuka.
Ketua pelaksana Wahyu Budi Setiawan mengatakan, semasa hidupnya Reza banyak menghasilkan karya-karya fotografi yang memukau. “Banyak pesan yang bisa diambil dari foto-foto tersebut,” ungkapnya pendek.
Kendati demikian, Wahyu menambahkan acara tersebut diadakan dalam rangka mengenang dan mewujudkan mimpi dan keinginan Reza. “Tawa yang gurih, senyum yang ikhlas tak akan ada lagi. Tapi saya percaya, walaupun jasadnya mati, tapi karyanya nggak akan pernah mati,” katanya dengan penuh keyakinan.
“Terharu, sedih, bangga, enggak menyangka sampai sebegitu solidnya kawan-kawan Reza mengadakan acara seperti ini,” ungkap Hernilia, ibunda Reza. Menurut wanita paruh baya itu, acara ini merupakan penghargaan terbesar untuk Reza. Hernilia merasa sangat bangga atas penghargaan tersebut.
Di saat yang bersamaan, ayah Reza bernama Sugimantoro, tidak bisa berkata apa-apa lantaran bangga akan karya anaknya itu. Selain pameran fotografi, para rekan Reza juga mempersembahkan peluncuran buku untuk Reza yang berisi seluruh karya Reza. Keuntungan hasil penjualan buku akan disumbangkan untuk Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia. Acara bertajuk Ode untuk Reza yang diadakan di Universitas Nasional, dibuka untuk umum pada tanggal 19-23 Desember 2012. (Nurmalisa)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Kebangkitan Islam dan Runtuhnya Majapahit
Next post Standardisasi Pendidikan Bunuh Kreativitas Anak