Asmara dan Impian, Inspirasi Sebuah Karya

Read Time:2 Minute, 5 Second
Salah satu karya seni murni bertemakan Fana dipamerkan di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Jumat (14/2).
Sebuah lukisan bergambar hati dengan cat merah muda diletakan di ujung ruangan Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki (TIM). Lukisan serba pink itu menandakan seseorang sedang jatuh cinta. Di sampingnya terlihat screen print dengan detail 60 bunga. Warna bunga yang beraneka macam memberi tanda akan hari-hari yang telah dilalui dengan sang kekasih.
Karya selanjutnya mulai terlihat lebih abstrak. Sebuah kubus dipadukan dengan gambar lingkaran, menunjukkan atas sesuatu yang tidak akan pernah cocok. Gambar ini menunjukan atas hubungan seseorang yang mulai mengalami banyak masalah.
Karya seni yang ditampilkan sejak 12 Februari ini merupakan perwujudan dari perjalanan sang pelukis, Agung Tri Wijaya. “Sudah menjadi tanggung jawab seorang seniman untuk membuat karya,” ujar pria berkacamata ini, Jumat (14/2). Beberapa karya Agung diletakan secara berurutan seakan memberikan alur cerita kepada pengunjung.
Pameran seni murni ini menampilkan 17 lukisan dan 15 kriya. Karya-karya yang dihasilkan tak jauh dari kehidupan pribadi pelukis. Salah satu lukisan yang terdapat dalam pameran itu berupa gambar seorang laki-laki yang bersedih, dengan gambar pilot dan pesawat. Agung mengatakan lukisan itu dibuat oleh rekannya bernama Rio Septi Rangga. Lukisan-lukisan tersebut menggambarkan harapan Rio yang ingin sekali menjadi pilot.
Suasana di dalam ruangan pameran terlihat ramai. Beberapa remaja sedang berfoto di depan lukisan. Pengunjung lain terihat mengamati kriya. Karya-karya tersebut dibuat oleh tujuh mahasiswa tingkat akhir Fakultas Seni Rupa di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Diantaranya Agung Tri Wijaya, Nessha, Iman Hartono, Panca Satria, Anas Rosyid, Rio Septi Rangga, dan Abdul Ghani Arkaprana.
Selain sebagai bentuk tugas akhir tiap tahun, Agung juga menyatakan, pameran ini diadakan sebagai bentuk apresiasi karya sastra. Menurutnya, hasil dari seorang seniman adalah berupa pameran. Dengan itu, orang-orang dapat menikmati sebuah karya dengan mudah.
Agung mengatakan, proses pembuatan karya-karya tersebut membutuhkan waktu empat hingga lima bulan. Untuk proses pembuatan lukisan, Rio menggunakan cat air dan cat minyak. Sedangkan untuk grafis sendiri, rekannya yang lain menggunakan mesin hasil desain pribadi.
Selain seni grafis dan lukisan, pameran ini juga memperlihatkan beberapa karya yang terbuat dari barang bekas. Seperti alat musik ukulele dan gitar yang mengunakan kayu jati dan sepeda motor dari besi bekas.
Pameran ini tidak hanya didatangi mahasiswa. Agung mengaku, beberapa pengusaha hingga ibu rumah tangga pun tidak melewatkan pameran ini. Ia tidak menutup kemungkinan jika karya-karyanya diperjualbelikan.
Ya saya sih tidak menutup kemungkinan untuk diperjualbelikan. Ada yang melihat saja saya sudah senang, apalagi sampai membeli,” ujar Agung sambil tersenyum.
Nur Hamidah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Dinding Berpuisi di Jalanan Ibukota
Next post Realitas Sosial Budaya dalam Lukisan