Read Time:3 Minute, 14 Second
Tiga nama calon pengganti Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah muncul. Tak kurang dua minggu, satu nama akan keluar sebagai penguasa baru UIN Jakarta.
Sekretaris Senat Universitas, Suwito, Rabu (1/10) mengatakan bahwa tiga nama–Amin Suma, Dede Rosyada dan Jamhari–dipastikan maju pada pemilihan rektor (pilrek) UIN Jakarta 14 Oktober mendatang. Namun, kepada INSTITUT, ketiga nama tersebut enggan angkat bicara perihal pencalonannya menjadi rektor.
Setelah kandas pada pilrek 2010 silam, kini, Amin Suma kembali menjadi kandidat calon rektor UIN Jakarta periode 2015-2019. Namun, saat dihubungi melalui pesan singkat, mantan dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) itu belum mau komentar mengenai kabar pencalonannya. “Untuk soal itu, mohon maaf. Lain kali saja,” katanya, Senin (29/9).
Di lain kesempatan, eks Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Dede Rosyada juga tak berkomentar banyak seputar desas desus dirinya menjadi salah satu kontestan pilrek. “Nanti saja. Itu kan belum resmi. Akan saya obrolkan dulu dengan tim internal saya,” ujar Direktur Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) itu, saat ditemui di gedung Kementrian Agama, akhir Juli lalu.
Nama terakhir yang dipastikan maju di pilrek adalah Jamhari. Meski mulanya tak diprediksi bakal maju, namun nama Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan Lembaga UIN Jakarta itu dipastikan melenggang di pilrek nanti. Sama halnya dengan dua calon lain, Jamhari juga enggan bicara saat dimintai keterangan.
Awalnya, nama Bahtiar Effendy sempat digadang-gadang menjadi salah satu kandidat calon pengganti Komaruddin. Namun, hingga akhir masa penyerahan formulir, nama Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu tak terdaftar menjadi salah satu kontestan pilrek. Menurut salah satu anggota senat, Oman Fathurrahman, Jumat (19/9), masalah kesehatan membuat Bahtiar mengurungkan niatnya maju di bursa pilrek.
Kepada INSTITUT, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) pilrek UIN Jakarta, Reti Indarsih mengatakan, selama 18 hari masa penjaringan calon rektor (12-30 September), KPU menerima sembilan formulir pendaftaran dari 37 lembar formulir yang dibagikan. Sebelumnya, 37 formulir tersebut dibagikan KPU pilrek kepada semua guru besar (profesor) UIN Jakarta yang dinilai telah memenuhi syarat menjadi calon rektor.
Dari sembilan formulir yang diterima KPU, enam di antaranya menyatakan tak bersedia menjadi calon rektor. Sedangkan tiga formulir lainnya menyatakan bersedia. Namun, Reti ogah menyebut kesembilan nama itu. “Sebaiknya tanya ke ketua senatnya saja,” ujarnya, Rabu (1/10).
Reti menuturkan, para nama calon rektor yang telah disahkan oleh senat bakal bersaing memperoleh suara terbanyak pada 14 Oktober mendatang. Ketiga nama calon rektor akan dipililh secara tertutup oleh 95 anggota senat UIN Jakarta yang terdiri dari 64 guru besar (profesor), 25 perwakilan dosen dari seluruh fakultas, dan enam pejabat kampus bukan guru besar.
Selanjutnya, satu nama peraih suara terbanyak akan diserahkan ke menteri agama untuk dilantik menjadi rektor baru UIN Jakarta. Pelantikan akan dilaksanakan pasca masa jabatan rektor sebelumnya, Komaruddin Hidayat, ber-akhir pada 5 Januari 2015.
Rencananya, pada 14 Oktober nanti pemilihan rektor bakal digelar. Sesuai keputusan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2014 Pasal 6 ayat 2 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor, pemilihan rektor UIN/IAIN dilakukan oleh senat universitas secara tertutup dengan tidak melibatkan mahasiswa.
Mampu Menjaga Identitas
Pasca dilantik, seabrek permasalahan bakal menanti rektor baru kampus peradaban ini. UIN Jakarta selama ini dikenal khalayak lantaran mampu memproduksi wacana keislaman di Indonesia. Karena itu, menurut Direktur Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Jakarta, Irfan Abubakar, tantangan bagi rektor baru nanti adalah mampu menjaga dan memelihara identitas UIN Jakarta sebagai pusat studi kajian Islam di Indonesia.
Lebih-lebih, menurut Irfan, rektor baru nanti bisa menjadi kiblat pemikiran keislaman Indonesia yang toleran dan universal. Karena menurutnya, kelahiran UIN Jakarta tidak lepas dari semangat umat Islam Indonesia dalam memelihara nilai-nilai Islam Indonesia yang khas.
Persoalan lain, mengenai niat UIN Jakarta menuju universitas bertaraf internasional. Irfan mengatakan, peningkatan kuantitas dan kualitas riset perlu perhatian serius dari rektor baru nanti. “Bukan hanya bermutu, tapi juga punya relevansi dan manfaat bagi masyarakat,” katanya, Rabu (1/10).
Thohirin
Average Rating