Kegemaran Zahra menjadi MC berawal sejak ia mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar Harapan Jakarta. Sebelumnya, Zahra merupakan penyanyi cilik di Taman Impian Jaya Ancol. Namun, karena menjadi penyayi banyak pantangan terhadap makanan, akhirnya ia memilih untuk fokus menjadi MC. “Kalau jadi MC kan enggak terlalu banyak pantangan, aku bisa makan apa saja,” tuturnya.
Selain menjadi MC, ia juga menjadi presenter di Televisi Republik Indonesia (TVRI) sejak 2010. Bermula dari kemenangannya dalam mengikuti lomba presenter, Zahra diminta pihak TVRI untuk menjadi pembawa acara. Tak hanya itu, kemenangan Zahra juga membuat ia semakin dikenal dan banyak yang memintanya menjadi MC di acara pemerintahan.
Ia selalu mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh beberapa stasiun televisi. Menurut Zahra, hal itu akan menambah pengalamannya dalam membawakan acara. “Kemarin, aku juga pernah ikut lomba presenter di Surya Citra Televisi (SCTV),” tukasnya.
Ternyata, Zahra gemar mengikuti bermacam-macam lomba sejak masih SD, seperti lomba menulis cerpen, berenang, menjadi duta buku, dan masih banyak lagi. Ia tak peduli nantinya menang atau tidak, yang ia cari adalah sebuah pengalaman. Tetapi, selama ia mengikuti berbagai lomba, ia selalu meraih juara. “Kira-kira ada 60 piala yang berhasil aku sumbangkan di SMA dulu,” ujarnya.
Meski Zahra memiliki banyak tugas kuliah, kegemaran ia untuk menjadi MC tak bisa ia tinggalkan. Menurutnya, menjadi mahasiswa tak harus melulu belajar, akan tetapi mengembangkan kemampuan juga merupakan hal yang penting. “Harus bisa membagi waktu antara kuliah dan menjadi MC. Karena menjadi MC merupakan hobi sekaligus kegiatan yang tak bisa ditinggalkan,” ujar Zahra, Selasa (16/6).
Sekarang ini, Zahra juga menjabat sebagai Ketua Divisi Departemen Sosial dan Politik di Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Jakarta, ia juga membawa acara yang bersifat formal atau nonformal di dalam dan di luar kampus. Setelah sekian lama menjadi MC, ia dapat merasakan buah manis dari pekerjaannya itu. Perempuan dua saudara ini dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya sendiri, semisal membayar biaya indekos.
“Dari nge-MC selama tiga jam, kadang aku menghasilkan uang sebesar Rp7 juta. Sekarang, aku udah bisa beli mobil dan kebutuhan sehari-hari dengan uang sendiri. Terus aku juga lagi nabung buat beli rumah sendiri,” papar Zahra.
Perempuan kelahiran Jakarta ini memiliki banyak pengalaman dan kenalan setelah menjadi MC. Meski ia memiliki cita-cita sebagai diplomat, Zahra tak menolak jika nantinya ia harus mendalami profesinya sebagai MC. “Selanjutnya, aku pengen coba buat daftar jadi news anchor,” tutupnya.
Ika Puspitasari
Average Rating