Melacak jejak AS di Iran

Read Time:4 Minute, 4 Second
Sumber: Internet
Penulis                                     : Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin        
Penerbit                                   : Gigih Pustaka Mandiri
Cetakan                                   : Maret 2014
Tebal                                       : 218 halaman

Iran 1979 adalah puncak dari gejolak politik yang menimpa negara itu. Tahun yang menjadi awal sejarah konflik berkepanjangan dengan negara-negara seterunya hingga kini.
Semuanya bermula sejak naiknya Reza Pahlavi sebagai Shah (raja) Iran pada 1953. Lalu mulailah era kekejaman Shah dengan dibantu polisi intelejennya, SAVAK. Di bawah Shah, Iran mengalami masa kediktatoran hingga puncaknya terjadi pada 4 November 1979  dengan meletupnya Revolusi Iran. Warga yang berontak, memenuhi ruas-ruas jalan Kota Teheran, khususnya di depan Gedung Kedutaan Amerika Serikat (AS). Mereka menuntut agar Shah turun dari jabatannya.
Saat itu, AS memang disebut-sebut menjadi dalang atas semua yang terjadi di Iran termasuk naiknya Reza Pahlavi menjadi Shah (raja) Iran. Sebagai bentuk kekecewaan, mereka  akhirnya menyandera 50 Staf Kedutaan Besar AS. Namun, enam di antaranya berhasil lolos. Mereka yang lolos kemudian bersembunyi di kediaman Ken Taylor, seorang Duta Besar Kanada di Iran selama 444 hari.
Mendapati kabar tersebut, Peme-  rintah AS melalui Departemen Luar Negeri berunding mencari upaya untuk memulangkan keenam staf kedubes tersebut. Akhirnya diputuskan anggota CIA bernama Tony Mendez (Ben Affleck), yang dikirim ke Iran. Tony Mendez terpilih lantaran ia terkenal ahli menyelundupkan orang keluar dari negaranya. Ide yang ditawarkan yakni dengan membuat sebuah film palsu fiksi ilmiah berjudul “Argo”.
Mendez dibantu atasannya di CIA, Jack O’Donnell (Bryan Cranston) yang kemudian mengontak John Chambers (John Goodman), seorang penata rias Hollywood untuk membantu menggarap film tersebut. Untuk lebih menyempurnakan kebohongan Argo, ia juga meminta Lester Siegel (Alan Arkin), seorang produser terkenal dari Hollywood untuk berperan sebagai produser gadungan  dalam pembuatan Studio Six dan mempublikasinya di majalah.
Selang dua hari di Iran, Mendez yang memimpin penyamaran tim produksi film, meminta Staf Kedubes AS untuk segera mendalami peran yang dirancang jauh hari sebelumnya. Namun, di hari keberangkatan, Pemerintah AS membatalkan misi tersebut dan menarik pemesanan tiket pulang. Kabarnya, CIA menerima informasi bahwa tentara Iran mengendus keberadaan enam pegawai AS yang lolos. Meski begitu, dengan keyakinan penuh, Mendez tetap berhasil meyakinkan bahwa misinya akan berhasil.
Mendengar kabar enam tawanan yang lolos, tentara Iran langsung meningkatkan penjagaan, terlebih di Bandara. Mereka beranggapan, Bandara merupakan satu-satunya tempat jalan keluar yang bisa digunakan tawanan meninggalkan Iran. Maka, penjagaan pun diperketat dan pos pemeriksaan ditambah.
Di saat publik Iran mendesak Pemerintah AS agar mengembalikan Reza untuk diadili, mereka meminta Perdana Menteti Iran, Ayatullah Khomeini untuk memimpin tampuk kekuasaan Iran sementara waktu.
Pada akhir film, Mendez berhasil membawa enam Staf Kedubes AS kembali ke Negeri Paman Sam. Karena keberhasilannya, Mendez pun menerima penghargaan dari Pemerintah AS berupa Bintang Intelijensi. Perkara ini berhasil terekspos ke publik pada 1997.
Film Argo didasarkan pada kisah nyata Tony Mendez dalam buku The Master of Disguise pada tahun 1979. Film yang dirilis tahun 2012 ini, juga sempat termuat dalam artikel Joshuah di majalah Wired berjudul The Great Escape. Kondisi di mana Iran yang kala itu sedang kacau oleh politik pemerintahannya. Krisis penyanderaan Iran berakhir pada 20 Januari 1981.  Lolosnya enam warga AS yang bersembunyi di kediaman Kedubes Kanada melengkapi misi CIA.
Belum setahun pasca rilis, Argo telah menyabet beberapa penghargaan, seperti Golden Globe Awards dan British Academy Film Awards (BAFTA). Puncaknya, pada tahun 2013, film garapan Ben Afleck ini memenangi Piala OSCAR untuk tiga kategori sekaligus; Film Terbaik, Editing Film Terbaik, dan Naskah Adaptasi Terbaik.
Meski telah berhasil dengan banyak torehan, film ini tidak luput dari ketidakakuratan. Ada beberapa informasi yang dinilai tidak sesuai fakta dari kisah nyata film ini. Misalnya, dalam informasi awal, tahun 1950 Iran memilih Mohammad Mosaddegh sebagai perdana menteri. Lalu di tahun 1953, AS dan Inggris menggerakan kudeta untuk menggulingkan Mossaddegh dan menunjuk Reza Pahlavi sebagai Shah muda.

Padahal, faktanya Reza Pahlavi telah lama menjadi Shah di Iran sejak 1941-1979. Saat itu, Iran menganut sistem pemerintah Monarki Konstitusional dengan Shah sebagai kepala negara dan kepala pemerintah disebut perdana menteri. Pada tahun 1951, Mossadegh terpilih menjadi Perdana Menteri Iran. Namun, tahun 1953, AS dan Inggris berhasil melakukan kudeta dan menggugurkan Mossadegh.

Triana Sugesti

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pramuka UIN Jakarta Rayakan HUT Ke-26
Next post Menari Bukan Ajang “Unjuk Gigi”