Read Time:2 Minute, 27 Second
Suci Amalia tengah berada di Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jumat sore (9/12) lalu. Ia ingin menemui temannya yang berada di FSH. Setelah menunggu setengah jam di lantai dasar, teman yang dinanti tak kunjung datang. Ia pun memutuskan naik ke lantai dua FSH untuk mencari temannya tersebut.
Namun, alangkah terkejutnya ketika tengah berada di lantai dua gedung FSH. Amal—biasa ia di sapa—menyaksikan tak kurang dari 50 orang berkumpul di depan ruangan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Terlihat beberapa orang tengah duduk menyaksikan pidato salah satu peserta aksi. Tangga menuju lantai tiga pun tengah dipenuhi peserta aksi. “Kami minta keterangan dari KPPS,” terdengar teriakan dari peserta aksi, ujarnya, Jumat (9/12).
Menurut keterangan Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini, peserta aksi bergantian melakukan orasi di depan massa. Pada awalnya aksi berjalan dengan tertib tanpa ada kericuhan. Namun, keadaan berubah mencekam sekitar tiga puluh menit kemudian. Pasalnya ada seorang lelaki yang menyambar pengeras suara ketika aksi tengah berlanjut. Tanpa basa-basi lelaki yang memiliki tinggi sekitar 165 sentimeter itu berorasi di depan massa. Tak terima dengan orasi pria tersebut karena diduga provokator, massa aksi pun mengejar ke depan. Aksi saling pukul pun tak terelakkan. “Kericuhan berlangsung sekitar 15 menit,” ujarnya.
Kepala Satuan Pengamanan UIN Jakarta (Satpam) Satori mengungkapkan saat kericuhan terjadi, ia sedang berada di Pos Satpam untuk berjaga. Beberapa saat kemudian, dirinya menerima laporan dari KPU terkait kericuhan di FSH. Setelah mendapat laporan itu, Satori dan enam orang Satpam lain bergegas menuju FSH untuk mengamankan kericuhan.
Sesampai di FSH ia mendapati adu mulut dan saling pukul antar mahasiswa terjadi di lantai dua tersebut. Tanpa basa-basi Ia langsung maju ke tengah-tengah massa untuk melerai keributan. Beruntung, keributan itu bisa diredam dalam waktu singkat. “Tak ada korban jiwa, hanya beberapa orang yang mengalami luka lebam,” ujar Satori, Jumat (9/12).
Salah satu peserta aksi Farid Prasetyo mengatakan mereka berkumpul di FSH menuntut keterbukaan KPPS dalam penyelesaian sengketa terkait tidak diloloskan pasangan M. Fahmi dan Syahroni dari Hukum Ekonomi Syariah serta pasangan Abdan Syaquro dan Ahmad Syauki Maky dari Prodi Hukum Tata Negara. Mereka menduga terjadi kecurangan dalam proses verifikasi Pemira 2016 oleh KPPS FSH. “Pada awalnya kita ingin meminta keterangan dari KPPS,” ujarnya, Jumat (9/12).
Menanggapi kericuhan dan tuntutan massa aksi, Ketua KPPS FSH Adep Davega Prasna menyampaikan bahwa pihaknya telah menjalankan tugas sesuai dengan prosedur dari KPU. Lebih lanjut ia pun tidak dapat menerima gugatan dari dua pasangan calon yang tak lolos verifikasi. “Tak ada kecurangan,” bantahnya di depan massa aksi, Jumat, (9/12).
Ditemui di depan gedung Student Center, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama FSH Yayan Sofyan menyayangkan kericuhan yang terjadi FSH. Menurutnya, peristiwa ini tak seharusnya terjadi dalam sistem demokrasi, terlebih di kalangan kaum terpelajar. Lebih lanjut, ia pun meminta semua pihak legowomenerima keputusan yang telah ditetapkan oleh KPPS. “Lebih baik menyelesaikan permasalahan dengan jalan musyawarah,” tandasnya, Jumat (9/12).
AZ
Average Rating