Pangan hingga Layanan Medis Jangkau Desa Terisolir di Sigi

Read Time:2 Minute, 34 Second
SIGI – Sama seperti Palu dan Donggala, Kabupaten Sigi turut terkena dampak bencana yang cukup parah. Bahkan, 11 hari pascabencana, sejumlah kecamatan di Sigi masih terisolir. Salah satunya adalah Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Akses jalan sulit dilalui sebab banyak terjadi tanah longsor, seperti kondisi di Desa Salua.
Rabu (10/10),  Aksi Cepat Tanggap (ACT) berupaya menjangkau desa tersebut. Butuh waktu 3 jam dari Kota Palu dengan menempuh jarak  sekitar 65 kilometer menuju lokasi yang letaknya di area perbukitan itu.
Koordinator Posko ACT Wilayah Kabupaten Sigi Rahadiansyah mengungkapkan, sudah tiga kali tim ACT menyambagi Desa Salua. Namun demikian, akses jalan masih saja menjadi kendala. Sesekali tim harus turun untuk mengurangi beban agar kendaraan dapat melewati jalanan yang licin karena berlumpur.
“Bencana yang menghantam Kabupaten Sigi ini lengkap, ada gempa bumi, ada tsunami, likuefaksi, dan longsor. Jadi, memang sulit sekali bisa menembus wilayah ini. Meski begitu, kami terus berikhtiar. Kali ini kami datang membawa logistik berupa beras, gula, sembako, dan telur untuk kita suplai ke sini,” kata Rahadiansyah, Rabu (10/10).
Tak sekadar memberikan logistik, ACT juga membuka dapur umum agar warga bisa saling membantu memasak bahan makanan yang diberikan. “Kami suplai bahan mentahnya supaya mereka tidak makan mi terus karena di sini belum ada warung yang buka. Insya Allah setiap dua hari sekali akan ada bahan makanan untuk 200 hingga 300 pengungsi,” papar Rahadiansyah.
Ikhtiar ACT dalam menyebarluaskan posko sekaligus membangun dapur umum mendapat dukungan dari masyarakat, utamanya Desa Salua. Marwah (47), misalnya, ibu paruh baya ini dengan sukarela membantu di dapur umum. Katanya, desanya baru pertama kali mendapat bantuan berupa dapur umum.
“Alhamdulillah, sangat senang sudah ada bantuan seperti ini. Lebih praktis, di sini kami bisa masak sama-sama dan makan juga sama-sama. Sehingga, bantuan bisa langsung dinikmati dan menyebar merata. Terima kasih ACT,” tutur Marwah.
Selain Desa Salua, Rahadiansyah menyebut ACT akan membuka dapur umum di wilayah lain yang juga masih terisolir. “Kalau dapur umum kita akan coba satu lagi di Desa Pandere, dan Insya Allah satu lagi mungkin di Dolo Selatan, Sigi,” jelasnya.
Layanan kesehatan di Desa Salua
 Berbicara tentang bencana, pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan urgensi. Apalagi di wilayah terdampak yang letaknya sulit dijangkau. Perkara serupa juga dialami masyarakat Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Sejak bencana datang melanda wilayahnya, belum ada satupun warga yang tersentuh bantuan medis.
Relawan Medis ACT dr. Ayu Mufidah menuturkan, banyak warga yang mengalami luka sebab tertimpa reruntuhan akibat gempa. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka semua bahkan belum ditangani tim medis, hanya mengandalkan alat dan obat seadanya mereka coba bertahan dari rasa sakit.
 “Alhamdulillah, Tim Medis ACT sudah sampai di sini dan membantu mereka sembuh dari lukanya. Semoga mereka bisa lekas pulih. Saya dengar juga, beberapa ada yang sudah mulai sakit karena cuaca mulai tidak mendukung. Sering hujan, apalagi letak desa mereka di perbukitan,” jelas dr. Ayu.
Desa Salua, satu contoh kecil dari sekian banyaknya desa yang terisolir dan belum terjamah bantuan. Dampak yang timbul begitu masif. ACT akan terus berikhtiar menjangkau mereka dengan menyalurkan amanah kepedulian masyarakat Indonesia untuk Palu, Donggala, dan juga Sigi. [] Eko Ramdani

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Arkadia Raih Juara Orienteering Internasional
Next post Kepedulian untuk Sulawesi Tengah Juga Datang dari Merauke