2022, PBAK berlangsung hybrid atas kerjasama kampus dengan vendor. Perbedaan pandangan antara pihak kampus dan Dema-U pun menjadi sorotan.
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dilaksanakan pada 23-26 Agustus 2022. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara hybrid melalui daring—menggunakan Zoom dan Youtube, serta luring yang dihadiri 1000 delegasi mahasiswa baru (Maba) dari tiap fakultas di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta.
Menurut keterangan Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan Arief Subhan, PBAK universitas dilakukan secara hybrid sebab jumlah mahasiswa yang terlampau banyak, sehingga kekurangan tempat yang memadai. Sementara itu, kata Arief, PBAK fakultas dilaksanakan luring secara serentak. “PBAK fakultas memberikan informasi lebih detail mengenai Program Studi (Prodi) masing-masing, sehingga dilakukan secara luring sesuai arahan dekan,” ujar Arief, Selasa (23/8).
Arief juga menjelaskan, PBAK tahun ini menjadi ketiga kalinya kampus bekerja sama dengan vendor, terhitung sejak 2020 lalu. Hal tersebut, ucapnya, tertera dalam Surat Keputusan (SK) Direktorat Jenderal (Dirjen) Kementerian Agama tahun 2020. Sebab dalam PBAK, lanjutnya, kepanitiaan diurus oleh beberapa unsur yakni kemahasiswaan, dosen, dan mahasiswa. “Vendor sebagai bantuan media agar penyiaran PBAK bisa berjalan baik dan rapi,” sambungnya.
Arief mengungkapkan, pihaknya masih mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan vendor pada tahun berikutnya. Apabila situasi sudah normal, kata Arief, kemungkinan PBAK akan diurus oleh mahasiswa. “Awalnya vendor digunakan saat pandemi karena membutuhkan pihak yang lebih paham akan teknologi,” tutur Arief.
Ketua Dewan Mahasiswa Universitas (Dema-U), Abid Al-Akbar mengaku kecewa dengan keputusan pihak rektorat menggunakan vendor untuk kegiatan PBAK. Ia menuturkan, pihaknya sudah tiga kali mengirimkan surat audiensi kepada rektor sejak Juli lalu, namun hingga kini tak kunjung mendapat respons. Tetiba, seminggu sebelum pelaksanaan PBAK, rektor baru menanggapi surat tersebut. “Dema-U mengetahui PBAK menggunakan vendor saat rapat pertama seminggu sebelum pelaksanaan PBAK,” kata Abid, Selasa (23/8).
Abid menuturkan bahwa vendor bertugas mengurus susunan acara dan media. Sedangkan perihal teknis dilakukan oleh panitia PBAK. Maka ia mengkhawatirkan transparansi kegiatan PBAK tahun ini. Abid pun turut merasa kecewa karena tidak meratanya jumlah konsumsi yang disediakan. “Seharusnya PBAK menjadi ajang bagi mahasiswa untuk berkreativitas, malah diambil alih oleh pihak kampus,” tambahnya.
Salah satu Maba Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fdikom) Prodi Manajemen Dakwah yang mengikuti PBAK secara daring, Abdurrouf, mengungkapkan keresahannya terhadap PBAK yang dilakukan secara hybrid. Menurutnya, Maba yang ikut PBAK secara daring kurang maksimal dalam mendengarkan maupun memperhatikan materi. “Daring menghabiskan banyak kuota, sedangkan melalui luring euforianya berbeda dan lebih seru,” ungkapnya, Selasa (23/8).
Di sisi lain, Maba Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Ikmely Dina menyarankan agar tahun ini PBAK lebih baik dilakukan secara luring, supaya bisa merasakan keramaiannya secara bersamaan. Ia pun mengeluhkan tugas PBAK yang terlalu banyak. Padahal, ucapnya, tugas PBAK seharusnya sedikit saja namun berkualitas. “PBAK sepatutnya bisa dilakukan secara luring serentak sama seperti Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lainnya,” pungkas Ikmely, Selasa (23/8).
Reporter: M. Naufal Waliyuddin, Aisyah Fitriani Arief
Editor: Sekar Rahmadiana Ihsan
Average Rating