Read Time:2 Minute, 10 Second
Sampah merupakan barang atau benda yang sudah tidak terpakai lagi. Namun, di tangan yang kreatif, sampah disulap menjadi sesuatu yang unik. Kresipah menyulap barang-barang tidak terpakai menjadi alat musik yang harmonis hingga menghasilkan alunan nada indah.
Kresipah adalah akronim dari Kreasi Musik Sampah. Sebuah komunitas musik yang alat musiknya berasal dari barang bekas. Berdiri pada 10 November 2012 dan diresmikan di kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Komunitas yang berada di bawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kreasi Mahasiswa IISIP (Kremasi) ini beranggotakan sebelas orang.
Ketua Kresipah, Rizky Fadliansyah, menjelaskan terbentuknya komunitas ini dilatarbelakangi oleh permintaan teman-temannya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Maka ia mengusulkan sebuah musik alternatif yang semua alat-alatnya berasal dari barang bekas dan memainkannya dengan cara dipukul. “Aku mainkan dan akhirnya mereka setuju,” ungkap pria asal Bekasi ini, Sabtu (12/7).
Menurut mahasiswa jurusan Hubungan Masyarakat (Humas) ini, tujuan dibentuknya Kresipah adalah ingin berkreasi dengan alat musik yang berbeda. Mengingat alat musik yang ada selama ini seperti gitar, piano, drum dan sebagainya sudah banyak yang menggunakannya.
Mahasiswa semester IV yang biasa disapa Iing mengakui, tingkat kesulitan memainkan alat musik yang terbuat dari barang bekas jauh lebih sulit daripada alat musik pada umumnya. “Teman-teman sering mengeluh susah dalam memainkannya,” paparnya.
Alat musik yang digunakan didapat dari sekitar lingkungan kampus, seperti galon, kaleng, pelek, dan sebagainya. Rizky menambahkan, alat musik dalam Kresipah tidak monoton karena bila ada barang bekas yang mempunyai nada yang pas, maka ia pakai sebagai tambahan dalam bermusik.
Tiap penampilannya, Kresipah selalu membawakan musik instrumental bercorak kedaerahan karena cintanya pada kekayaan budaya Indonesia, seperti musik tradisi Padang, Sunda, Bali dan lainnya. Dalam memainkan musik tersebut Iing sering mengalami kesulitan, “Saat bermain musik tradisi Padang lalu mau masuk ke musik tradisi Bali, itu kan nadanya beda. Jadi kita mesti cari nada yang bisa menjembatani kedua musik tradisi tersebut,” katanya.
Kresipah yang baru dua tahun berdiri telah menunjukkan eksistensinya, terbukti komunitas ini pernah tampil di MetroTV, RCTI dan dimuat di harian Sindo serta Media Indonesia. Selain itu, Kresipah pernah diundang oleh instansi pemerintah saat peresmian Waduk Pluit tahun 2014.
Meski telah dua tahun berdiri belum satu album pun yang dihasilkan karena faktor dana dan belum adanya sekretariat resmi. “Selama ini kami latihan di sekret Kremmasi setiap Jum’at sekali. Tahun ini kami menargetkan membuat album,” tambahnya.
Rizky mengatakan, pihaknya selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar musik ala Kresipah. Baginya, suatu ilmu haruslah disebarkan, jangan hanya disimpan untuk diri sendiri. Ia berpesan, dalam bermusik tidak harus selalu menggunakan alat-alat bagus tapi bisa menggunakan alat apa saja. “Karena bermusik adalah bentuk kreatifitas kita,” katanya.
FH
Average Rating