Tiga Benda Bermakna

Read Time:2 Minute, 35 Second


Oleh: Sinta Amelia (Fak. Ekonomi &Bisnis)*


Sebuah benda mungkin dinilai dari kegunaannya. Namun, Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 membuat beberapa benda yang kini saya miliki menjadi sesuatu yang bermakna. Beberapa benda yang saya miliki tersebut mungkin biasa saja bagi kebanyakan orang. Tetapi bagi saya, benda-benda tersebut bersejarah dan bermakna.

Ada tiga benda berbeda yang bermakna bagi saya dan menyatu dalam kegiatan OPAK. Tiga benda tersebut mempunyai cerita yang berlainan, namun tetap berhubungan dengan kemeriahan pelaksanaan OPAK. Benda-benda itu adalah batu, kaleng minuman, dan novel.

1. Batu (Rasa Gugup)

Sebuah batu yang saya ambil di sekitar gerbang samping UIN mempunyai cerita tersendiri bagi saya. Sebuah batu berbentuk segitiga telah menjadi pelampiasan rasa gugup yang saya rasakan saat melakukan geladi resik upacara pembukaan OPAK Tahun 2014. Meski bukan acara utama, rasa gugup itu hadir karena saat itulah pertama kalinya saya bersama teman dalam Pasukan Pengibar Bendera UIN yang lain tampil di hadapan kurang lebih 4500 mahasiswa baru. Tidak ada waktu untuk merasa gugup, karena rasa itu hanya akan mengganggu konsentrasi. Itulah alasan, kenapa saya mencari sebuah batu untuk menyalurkan rasa gugup saya–selain untuk mengeratkan kepalan tangan. Hingga saat ini, batu itu tetap saya simpan untuk mengingatkan pengalaman yang pernah saya alami itu.

2. Kaleng (Rasa Berani)

Cerita ini terjadi saat OPAK Fakultas 29 Agustus 2014 lalu. Saya mendapat sebuah hadiah minuman kaleng produk susu, setelah saya berani  bertanya. Saat itu, tengah diadakan pengenalan dan penjelasan mengenai tugas dekan dan wakil dekan. Seusai menjelaskan, panitia menyilakan para peserta OPAK untuk bertanya soal hal yang belum jelas. Tak banyak yang mengangkat tangan untuk bertanya, mungkin karena takut atau ragu, se-perti saya. Awalnya, hanya satu orang yang mengangkat tangan, namun karena saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, akhirnya saya juga mengangkat tangan dan menjadi orang kedua yang bertanya, disusul satu orang teman lainnya.

Untuk mengajukan pertanyaan, kami bertiga maju ke podium dan berhadapan langsung dengan para pe-tinggi fakultas. Rasa gugup mungkin ada, namun saya memantapkan hati untuk berani bertanya.

Sesuatu yang tidak dapat saya lupakan. Setelah itu, kami para penanya diberikan hadiah oleh dekan satu kaleng minuman susu. Meski ragu, apakah saya tidak salah dengar? Itu suatu kesempatan yang langka, menurut saya pribadi sebagai mahasiswa baru.

3. Novel (Rasa Penasaran)

Saya suka membaca. Saya senang dengan buku, terlebih novel. Oleh karenanya, benda inilah yang paling berkesan bagi saya. Saya mendapat novel saat acara sharing alumni berprestasi dalam OPAK Jurusan tanggal 29 Agustus 2014. Sungguh hal yang tidak pernah saya duga, karena saya mendapatkannya lantaran rasa penasaran yang saya tanyakan langsung kepada alumni. Saya sedikit kaget mendengar beliau menyebut nama saya agar maju ke depan untuk me-nerima novel karena telah bertanya.

Bagi saya, inilah kejadian sekaligus benda yang paling berkesan saat OPAK tahun 2014 ini, apalagi buku adalah hadiah terbaik yang pernah diberikan.

Itulah cerita mengenai ketiga benda yang bersejarah bagi saya dalam pelaksanaan OPAK. Mungkin terlihat terlalu naif atau berlebihan, namun setiap orang memiliki pandangan berbeda. Inilah pengalaman yang paling berkesan bagi saya dalam OPAK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 ini.


*Penulis adalah pemenang lomba esai #CeritaOPAK

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post UIN Jakarta Butuh Rektor Populer
Next post Penyebaran Wi-Fi Kampus Tidak Merata