Peranan Bahasa dan Sastra dalam Multikulturalisme

Read Time:1 Minute, 46 Second


Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Seminar Internasional yang bertajuk “Pendidikan Berbasis Keragaman Budaya: Sumbangan Bahasa dan Sastra Indonesia”. Seminar tersebut digelar di Syahida Inn, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 46 November 2014.
Seminar tersebut menghadirkan pembicara kunci, Prof. Dr. H.A.R. Tilaar (Jakarta). Pembicara utama Prof. Dr. Zamzani (Yogyakarta), Dr. Darsita Suparno (Jakarta), dan Sujiwo Tejo (Jakarta). Sedangkan pembicara dari luar negeri adalah Prof. Dr. James T. Collins (ahli bahasa Melayu-Indonesia sekaligus guru besar di Institut Kajian Etnik, Universiti Kebangsaan Malaysia), Prof. Dr. Md. Salleh Yaapar (guru besar Universitas Sains Malaysia), dan Dr. Andy Fuller (sarjana Australia sekaligus peneliti pada KITLV Belanda).
Ketua panitia, Jamal D. Rahman menyampaikan, sumpah pemuda adalah momen lahirnya bangsa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan. “Sumpah pemuda merupakan sebuah puisi. Maka dari itu, Indonesia dilahirkan oleh sebuah puisi. Seminar ini diadakan untuk menjawab pertanyaan dari sumpah pemuda tersebut,” papar dosen UIN Jakarta ini dalam sambutan pembukaan seminar, Selasa (4/10).
Pimpinan redaksi majalah Horison tersebut menambahkan pula, seminar ini diadakan untuk menggali pemikiran, peranan, dan sumbangan yang harus dimainkan bahasa dan sastra Indonesia. “Munculnya konflik sosial baik atas dasar etnis, agama, dan lainnya belakangan ini, menuntut bahasa dan sastra Indonesia untuk memainkan peran dalam menjamin keniscayaan dan  keragaman budaya, khususnya melalui pendidikan,” ujarnya.
Senada dengan Jamal, Wakil Rektor II bidang Administrasi Umum, Amsal Bakhtiar menjelaskan, ke depannya perang bisa menggunakan bahasa. Siapa yang menguasai bahasa, ia dapat menguasai dunia. Ia mencontohkan dalam penggunaan internet saja hampir semua bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. “Kita bisa berharap bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional,” paparnya, Selasa (4/10).
Sedangkan H.A.R Tilaar, yang hadir sebagai pembicara kunci menyampaikan, bahasa sebagai alat komunikasi serta pola berpikir anggota masyarakat Indonesia perlu dikembangkan sejak taman kanak-kanak sampai tingkat universitas. Hal itu ia sampaikan dalam makalahnya yang berjudul Multikulturalisme, Bahasa Indonesia, dan Nasionalisme dalam Sisterm Pendidikan.
Selain itu, sarana pendidikan di luar sekolah seperti media massa, televisi, dan radio perlu ikut serta dalam pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu juga perlu dilakukan untuk memupuk identitas bangsa Indonesia, agar menjadi masyarakat yang maju.
Nur Hamidah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Ekspresikan Diri di FISIP Fashion Week
Next post Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat