Sambilan Jadi Penonton Panggilan

Read Time:3 Minute, 3 Second
Menjadi penonton di program acara televisi menjadi salah satu kegiatan baru beberapa mahasiswa saat ini. Sebagian di antara mereka karena alasan uang.

Gelak tawa dan riuh tepuk tangan terdengar dari sejumlah penonton acara Stand Up Comedy di Studio 1 Indosiar, Senin (5/10) malam itu. Sebagian dari mereka adalah para mahasiswa dari beberapa kampus yang mengenakan jas almamater masing-masing. Termasuk di antaranya mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Salah satu Mahasiswa semester 3 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) yang menghadiri Acara Stand Up Comedy adalah Indah Muazdin. Sehari sebelumnya, ia ditawari lewat pesan singkat oleh salah satu seniornya untuk menjadi penonton di acara itu dengan iming-iming uang Rp50 ribu dan makan gratis.

Menjadi penonton panggilan untuk program televisi sudah kali kedua bagi Indah. Sebelumnya, ia juga pernah menghadiri Konser Music Trio Lestari di Trans TV karena tawaran salah satu temannya. Meski begitu, tak semua program televisi Indah mau hadiri, ada alasan yang menjadi pertimbangan Indah. “Kalau acara yang kaya Facebookers aku enggak mau, apalagi kalau harus makai jas almamater,” tutur Indah, Minggu (18/10).

Sama halnya Indah, Melpi Nuryanti juga pernah menjadi penonton panggilan untuk salah satu program televisi. Saat itu, ia bersama teman-temannya di Jurusan Ilmu Perpustakaan (IP) FAH diminta oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) IP untuk menghadiri Talk Show Kick Andy di Metro TV. Namun tak seperti indah, Melpi kala itu tak mendapat tawaran uang.

Lain lagi dengan Rusnul Nur’ahlina Hanifi. Mahasiswa semester 5 Jurusan Tafsir Hadis (TH) Fakultas Ushuluddin (FU) itu sudah terhitung dua tahun aktif menjadi penonton panggilan di banyak acara televisi. Antara lain Mata Najwa di Metro TV, Debat Mahasiswadi Trans TV, dan Acara Stand up Comedydi Indosiar. Dalam sebulan, ia bisa 4-6 kali menjadi penonton panggilan.

Dari setiap acara yang hadiri, biasanya Lina memperoleh uang kisaran Rp25-50 ribu plus makan gratis untuk satu kali acara. Bahkan sudah sebulan terakhir, Lina juga diminta menjadi koordinator untuk mencari mahasiswa yang tertarik menjadi penonton panggilan. Untuk satu mahasiswa yang ia dapat, Lina dibayar Rp5 ribu. “Biasanya saya mendapat Rp125 ribu dalam sekali nonton,” ujarnya, Jumat (16/10).

Bukan tanpa alasan Lina masih aktif menjadi penonton panggilan sekaligus koordinator menarik penonton untuk acara-acara televisi, selain mendapat uang, ia juga merasa senang dapat mengenal orang-orang yang bekerja di sana. Lina berharap, di kemudian hari ia bisa juga berprofesi di dunia pertelevisian.

Sudah sebulan terakhir, Puput Fauzia diminta menjadi koordinator untuk mencari penonton panggilan dari kalangan mahasiswa di program acara Stand Up Comedy di Indosiar. Untuk satu kali tayangan, Puput bisa menarik 10-50 mahasiswa untuk menjadi penonton. Dengan jumlah itu, ia bisa mendapat uang  Rp50-250 ribu.

Sama halnya Lina, mulanya Puput juga aktif menjadi penonton panggilan di acara-acara televisi. Dan hingga kini, terhitung sudah dua tahun mahasiswa semester 5 Jurusan TH FU itu menjalani aktivitas sambilannya itu.

Meski demikian, tak jarang Puput menemui kendala menarik mahasiswa untuk menjadi penonton. Umumnya, mereka yang menolak karena tidak mendapat uang. Padahal, tak semua acara televisi yang mencari penonton dari kalangan mahasiswa menyediakan uang. “Tergantung acaranya, kalau acara Mata Najwa meskipun mereka enggak dapat duit, peminatnya banyak,” kata Puput.

Sementara itu, Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) UIN Jakarta, Eko Siswandanu berharap, mahasiswa bisa selektif memilih acara televisi yang akan ditonton. Misalnya, acara-acara yang dapat memberi wawasan dan pembelajaran kepada mahasiswa.
Pasalnya, kata Eko, mahasiswa merupakan perwakilan kampus terlebih ketika mengenakan jas almamater di acara televisi. Eko juga berharap, ke depannya pihak kampus bisa menentukan acara-acara televisi yang layak untuk ditonton mahasiswa. “Kampus kita bisa dinilai buruk apabila melihat mahasiswa mengenakan jas almamater menghadiri acara komedi ataupun konser musik,” tutupnya, Rabu (21/10).
Ika Puspitasari

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Jonru
Next post Arti Penting Keluarga