Gaung Universitas riset telah lama terdengar di Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta. Berbagai kendala mewarnai proses pencapaiannya.
Read Time:3 Minute, 45 Second
UIN Jakarta mencanangkan menjadiresearch university sejak 2004 silam. Akan tetapi UIN Jakarta dihadang beberapa kendala dalam proses mewujudkan universitas riset.
Secara garis besar, universitas riset adalah sebuah perguruan tinggi yang aktivitas utamanya digunakan untuk penelitian. Demikian dikatakan oleh Direktur Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristek Dikti) Muhammad Dimyati. “Untuk menjadi universitas riset ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya harus melampaui teaching university,” ujarnya, Rabu (6/4).
Sedangkan menurut Rektor UIN Jakarta Dede Rosyada, hingga kini UIN masih dalam tahap teaching university. “Budaya riset di UIN Jakarta masih rendah. Masih banyak dosen yang Kelebihan Jam Mengajar (KJM) sehingga tak fokus dalam melakukan penelitian,”kata Dede ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (12/4).
Kelebihan jam mengajar pun dirasakan salah satu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) Andi Faisal Bakti.Menurutnya, UIN Jakarta perlu mengubah sistem SatuanKredit Semester (SKS) bagi dosen dengan mengurangi jumlah 12 SKS menjadi 6 SKS untuk menuju universitas riset.
Karena itu, sekarang ini Dede mengurangi beban mengajar sampai 3 SKS dari 12 SKS dalam seminggu bagi dosen yang akan meneliti. Dengan begitu, peneliti memiliki waktu yang cukup dan fokus dalam melakukan riset.
Langkah kedua untuk mencapai universitas riset, sambung Dimyati, universitas harus memiliki dosen yang kompeten terhadap penelitian karena mereka nantinya akan membimbing mahasiswa untuk melakukan riset. Selanjutnya, publikasi jurnal nasional atau internasional harus meningkattiap tahunnya.
Namun, saat Institut meminta data rekapitulasi jurnal internasional ke Lembaga Penjamin Mutu (LPM) UIN Jakarta, tercatat pada 2015, UIN Jakarta hanya berhasil memublikasi 27 judul di jurnal internasional, 15 judul yang sudah terindeks Scopus—pusat data terbesar di dunia—dengananggaran penelitian sebesar Rp7,5 miliar.Dari 27 jurnal yang telah terpublikasi di jurnal internasional, belum ada satu pun yang mendapat Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Kurangnya publikasi jurnal di UIN Jakarta dibenarkan oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), M. Arskal Salim. Ia menjelaskan, sedikitnya hasil penelitian di UIN Jakarta karena Sumber Daya Mahasiswa (SDM) yang masih rendah. Menurutnya, banyak dosen yang belum pernah melakukan penelitian, sehingga mereka tidak mengerti cara membuat proposal penelitian. “Mereka hanya sibuk mengajar. Padahal setiap dosen harusnya memenuhi tridharma perguruantinggi yaitu bukan hanya mengajar, tapi juga meneliti, dan mengabdi,” paparnya, Selasa (12/4).
Arskal menambahkan, beberapa peneliti kerap terlambat mengumpulkan hasil penelitian dari tenggat waktu yang ditentukan. Karenanya, saat ini UIN Jakarta akan memantau langsung para peneliti. Selain itu, LP2M juga membentuk bengkel proposal dan tim percepatan publikasi. Bengkel proposal merupakan program pendampingan revisi proposal penelitian bagi para dosen yang tidak lolos seleksi. Pendampingan ini dilaksanakan oleh profesor dan doktor.
Tak hanya jurnal, menjadi universitas riset juga perlu sarana-prasarana yang lengkap, salah satunya laboratorium. Beberapa laboratorium bahasa di UIN Jakarta tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, salah satunya laboratorium bahasadi Fakultas Adab dan Humaniora.
Menanggapi hal itu, Ketua Unit Layanan Pengadaan (ULP) Agus Budiono mengatakan kelengkapan laboratorium bahasa menjadi penting dalam menuju universitas riset. “Selain itu, yang perlu diperbaiki adalah Pusat Laboratorium Terpadu (PLT),“ tutur Agus, Jumat (15/4).
Sedangkan Rektor UIN Jakarta, Dede Rosyada mengaku bahwa manajemen PLT masih perlu dibenahi. Sampai saat ini, belum ada evaluasi terkait PLT meskipun PLT sempat menjadi laboratorium terbaik serta mengalahkan laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2002.
Guna mencapai universitas riset, menginjak tahun kedua kepemimpinanya, Dede mengeluarkan berbagai kebijakan. Di antaranya melibatkan mahasiswa dalam penelitian. Nantinya, dana penelitian mahasiswa akan didapat dari Unit Pengumpulan Zakat (ULP) yang bekerjasama dengan Badan Amal, Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS) DKI Jakarta. Tapi, hingga kini UIN Jakarta belum menyediakan dana untuk penelitian mahasiswa lantaran UPZ belum berjalan.
Terkait akademik, Wakil Rektor (Warek)I Bidang Akademik, Fadhilah suralaga menjelaskan, dalam upaya mewujudkan universitas riset, ia mulai mengganti kurikulum berbasis riset. Sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), capaian pembelajaran lulusan S1 harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan riset.
Maka dari itu, sambung Lala, UIN Jakarta tengah meningkatkan kuantitas dan kualitas riset dan publikasi karya ilmiah dosen dan mahasiswa. Mahasiswa ditugaskan melakukan penelitian sebagai tugas kuliah atau dilibatkan dalam dosen sebagai asisten peneliti. “Tahun ini ditargetkan 300 hasil penelitian dosen bisa terpublikasi di jurnal internasional,” ujarnya, Jumat (15/4).
Menyoal kuantitas jurnal ilmiah, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Keuangan Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Zilda Huda mengatakan, tiap tahunnya meningkat untuk seluruh perguruan tinggi di bawah naungan Kemenag. Akan tetapi, dari segi kualitasnya masih kurang. “Beberapa dosen terkesan melakukan penelitian hanya untuk menggugurkan kewajiban,” pungkasnya, Kamis (7/4).
Ika Puspitasari
Average Rating