Wahdi: Anggaran Riset untuk Mahasiswa Senilai 10-50 Juta

Read Time:1 Minute, 31 Second
Bagian Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan Pelatihan Riset Mahasiswa pada 29-30 April di Ruang Diorama. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah publikasi jurnal hasil penelitian dari mahasiswa. Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak mengatakan, riset merupakan hal yang penting untuk mewujudkan cita-cita UIN Jakarta menjadi universitas riset.
Dalam pelatihan ini terdapat empat materi yang disamapaikan, seperti Teknik Penyusunan Proposal Riset, Metodologi Penelitian Kualitatif, Metodologi Penelitian Kuantitatif, dan  Pengenalan Jurnal. Kepala Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen) Wahdi Sayuti mengatakan, Jurnal ilmiah merupakan majalah publikasi yang memuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang secara nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dengan ketentuan tertentu.
Wahdi menambahkan, ada lima ketentuan pokok dalam publikasi. Pertama, harus memiliki Internasional Standard Seerial Number (ISSN), memiliki mitra bestari paling sedikit empat orang, diterbitkan secara teratur paling sedikit dua kali dalam setahun, kecuali majalah ilmiah dengan cakupan keilmuan cukup satu kali dalam setahun.
Kemudian yang keempat, bertiras tiap kali penerbitan dengan jumlah minimal 300 eksemplar, kecuali majalah ilmiah yang menerbitkan sistem jurnal elektronik dengan menerapkan sistem online. Terakhir, memuat artikel utama setiap kali penerbitan minimal lima artikel.
Pada tahun ini, kata Wahdi, Puslitpen dan Lembaga Penelitan dan Pengadian Masyarakat (LP2M) memberikan anggaran tersendiri untuk penelitian mahasiswa. “Kami menganggarkan sekitar 10-50 juta untuk riset yang dilakukan mahasiswa,” tuturnya, Sabtu (30/4).
Pelatihan Riset Mahasiswa ini juga menyediakan pendampingan dalam rangka persiapan pembuatan jurnal ilmiah mahasiswa. Namun, hanya 15 dari jumlah mahasiswa yang mengikuti pelatihan tersebut. Mahasiswa yang mendapat pendampingan riset ini harus menyerahkan proposal penelitian kepada bagian kemahasiswaan.
Salah satu peserta pelatihan, Agidia Oktavia menyayangkan sistem seleksi pendampingan  riset mahasiswa yang dibatasi kuotanya. “Seleksi mahasiswa yang ingin mendapat pendampingan riset sifatnya tertutup sehingga menjadi berbahaya karena dapat menimbulkan banyak spekulasi,” pungkasnya.
Ika Puspitasari

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Membarui Harapan Lama Universitas Riset
Next post Sepenggal Memori Tentang Pram