Ini Kronologi Copot-Pasang Banner Pameran Kalacitra

Read Time:1 Minute, 37 Second
Demi memenuhi kebutuhan publikasi acara pameran susur foto calon anggota (caang), Komunitas Fotografi Mahasiswa (KMF) Kalacitra memasang banner4×6 meter di papan reklame pintu keluar Kampus 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (12/12) malam. Namun banner tersebut menuai kecaman lantaran menampilkan foto sebuah bra berwarna abu-abu yang ditambah sebuah bantal kuning di sisi kanannya.

Seusai pembukaan pameran yang bertajuk Pintang: Ruang yang Hilang, Kepala Bagian Umum Suhendro Tri Anggono menelpon Ketua KMF Kalacitra Abdullah Mahfud, Selasa (13/12) sebelum magrib. Hendro meminta agar KMF Kalacitra menurunkan banner. “Tolong banner segera diturunkan sekarang juga sesuai perintah rektor,” terang Mahfud sembari menirukan suara Hendro.

Merasa ada keputusan sepihak, Mahfud tidak terima. Ia melobi Hendro menunda penurunan banner hingga keesokan harinya dengan maksud bertemu rektor untuk memberikan penjelasan tentang foto yang jadi sampul pameran tersebut. Namun, sebelum bertemu rektor, Hendro menyarankan Mahfud supaya mendapat persetujuan tertulis dari Wakil Rektor (Warek) III mengenai persetujuan tertulis agar banner tetap terpasang.

Selang beberapa jam, sekitar pukul 22.00, Yusuf selaku Kepala Sub Bagian Bina Bakat dan Minat dan beberapa satuan pengamanan (satpam) mendatangi Pengurus KMF Kalacitra ke tempat pameran di Aula Student Center. Mereka memaksa Pengurus Kalacitra menurunkan banner pameran sesuai perintah langsung dari rektor. Akhirnya KMF Kalacitra pun menurunkan bannernya.

Mahfud mengatakan pencopotan banner di baliho pintu keluar tak menyurutkan KMF Kalacitra untuk menyebarkan publikasi pameran. Walhasil, Mahfud kembali memasang banner pameran di balakang sekretariatnya, Rabu (14/12) pukul 10 malam.

Tak bertahan lama, Jumat (16/12) pagi sudah ada dosen dan beberapa satpam mendatangi sekretariat KMF Kalacitra untuk menurunkan banner pameran. Namun, KMF Kalacitra tetap bersikukuh untuk membiarkan banner itu terpasang hingga sore. Lalu, pada sore harinya KMF Kalacita menurunkan banner pameran atas permintaan Warek III.

Mahfud merasa kecewa akan polemik copot-pasang bannerpameran. Ia menyarankan seharusnya penurunan banner harus ada penyataan resmi berupa surat, bukan hanya pernyataan lisan. “Pasalnya pernyataan lisan menggambarkan kesewenang-wenangan para pimpinan kampus saja,” tutup Mahfud, Sabtu (17/12).

Syah Rizal

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Rebut Hati Pemilih Lewat Debat
Next post Organisasi Kemahasiswaan sebagai Sarana Pencerdasan Politik