Menanggapi Kritikan Akun Pemirauin

Read Time:2 Minute, 32 Second

Momentum Pemilihan Umum (Pemilu) Mahasiswa kembali hadir di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam perayaan pemilu ini, muncul akun anonim bernama pemirauin di media sosial Instagram. Dalam pantauan Institut hingga 21 Desember 2016, akun ini telah  memiliki 1280 followers dan 6.417 following.

Dalam postingan berupa gambar yang diisi dengan kata-kata, pemirauin kerap mengkritik pada penyelenggara pemilu di UIN Jakarta. Isinya tertulis, “Pemira ini milik siapa? Kok Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Pemilihan Pemungutan Suara (KPPS), dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)-nya kebanyakan dari organisasi ekstra (Oreks)?”

Tak hanya penyelenggara, partisipan pemilu juga menjadi sorotan akun tersebut. Seusai pelaksanaan debat kandidat calon Ketua dan Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas (Dema-U) pada Jumat (16/12) lalu, akun ini kembali membuat postingan di Instagram. “Mulai sekarang, berhentilah menghujat oreks dan para calonnya. Kini waktu yang tepat untuk menertawakan para pendukungnya,” tulis akun yang dibuat pada 8 Desember 2016 lalu.

Saat ditanya lewat pesan langsung Instagram, pengelola akun pemirauin mengaku prihatin terhadap para mahasiswa yang diperalat oleh calon kandidat pemilu. Berdasarkan data dari tahun sebelumnya, pemilu kerap dihantui dengan keributan dari oreks. “Pemirauin hadir untuk mengedukasi dan mengkritik beberapa hal dalam pelaksanaan pemilu,” jelasnya, Jumat (16/12).

Berbagai respons pun datang dari beberapa pihak. Ketua Umum (Ketum) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) cabang UIN Jakarta Khoirur Rahman tak mempermasalahkan isi postingan akun tersebut. Ia menganggap ini bagian dari proses demokrasi di kampus. “Sah-sah saja,” jelasnya, Sabtu (17/12).

Senada dengan KAMMI, Ketum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat Muhammad Rafsanjani menyayangkan kemunculan akun pemirauin. Pasalnya, akun yang muncul sejak 8 Desember 2016 lalu hanya mengkritik tanpa memberikan solusi. “Jangan hanya nyinyir, tapi beri solusi,” katanya, Minggu (18/12).

Berbeda dengan PMII, Ketum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat Muhammad Zainuddin Asri menganggap penilaian pemirauin terhadap oreks tak bisa dianggap sebelah mata. Asri menjelaskan, kontribusi oreks membuat kehidupan kampus lebih berwarna. “Besarnya nama UIN Jakarta berasal dari nama alumni yang ada di oreks,” ungkapnya, Sabtu (17/12).

Sebagai penyelenggara pemilu, pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) UIN Jakarta merasa kecewa dengan adanya akun ini. melalui Humas KPU Khaidir Ali menganggap cara yang dilakukan pemirauin sebagai bentuk ketidakdewasaan dalam berpolitik. Ia pun menilai akun ini berdampak buruk karena mengajak mahasiswa untuk apatis dalam pelaksanaan pemilu.

Tak hanya itu, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum ini juga menyayangkan persoalan identitas akun ini. Lebih lanjut, ia mengatakan tujuan dari postingan akun ini juga tak jelas karena tak menjabarkan data yang valid. Terlebih, foto akun pemirauin juga menggunakan logo KPU tanpa izin. “Kalau memang mau mengkritik, harusnya secara terbuka,” jelasnya, Selasa (20/12).

Menanggapi kemunculan akun pemirauin, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Yusran Razak mengatakan kemunculan akun anonim ini merupakan kritik terhadap sistem politik mahasiswa. Dalam hal ini, ia menyatakan bahwa keberadaan akun ini sah-sah saja dalam proses demokrasi di lingkungan kampus.

Lebih lanjut, Yusran mengatakan berharap isi postingan tersebut bisa menjadi bahan evaluasi terhadap para kandidat yang sedang berkompetisi. “Walaupun identitasnya tak diketahui, tapi bagian kritiknya saja yang harus dicermati,” katanya, Selasa (20/12).

Dicky Prastya

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Organisasi Kemahasiswaan sebagai Sarana Pencerdasan Politik
Next post Sistem Keamanan Pemilu Mahasiswa