Menyuarakan Aspirasi, BEM Nasionalis Melakukan Aksi

Read Time:2 Minute, 20 Second
Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional  Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nasionalis mengadakan aksi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, Senin (22/5). Aksi massa tersebut melibatkan sekitar tujuh perguruan tinggi, antara lain: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Pamulang, UIN Sultan Maulana, Banten, dan Sekolah Tinggi Ekonomi Bank Jakarta. Dalam aksi tersebut massa menuntut pemerintah dan DPR bersinergi membenahi persoalan politik, ekonomi, dan pendidikan Indonesia.
Massa BEM Nasionalis menuntut pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla menepati pelbagai janji dalam kampanye yang tertuang dalam Nawacita. BEM Nasionalis juga menilai bahwa janji dalam bidang politik belum teralisasi. Hal itu terbukti  bahwa situasi politik nasional belakangan terlihat kacau-balau. Dalam segi ekonomi pun tak jauh beda. Kesenjangan ekonomi semakin pincang antar si miskin dan si kaya. Terlebih lagi, hutang luar negeri Indonesia pun kian hari kian meningkat.  
Tak hanya itu massa aksi juga menuntut pemerintah dan DPR untuk menuntaskan kasus Hak Asasi Manusia masa silam. Menurut perserta aksi kasus itu penting untuk dituntaskan. Pasalnya hingga kini belum terlihat keseriusan pemerintah dalam penuntasan pelanggaran masa silam. Padahal penegakan hukum sering digaungkan oleh penguasa. “Kita menuntut keadilan hukum di Indonesia,’’ tegas Koordinasi Lapangan Muhammad Aulia Rahman, Senin (22/5).
Ketua Korlap Muhammad Aulia Rahman mengatakan bahwa aksi ini gelar berdasarkan keresahan mahasiswa melihat kondisi Indonesia saat ini. Keprihatinan ini bukan hanya dirasakan oleh mahasiswa UIN Jakarta, akan tetapi pelbagai kampus di Indonesia. Kondisi ini pun melahirkan kesepakatan bahwa turun ke jalan menuntut pemerintah untuk mendengarkan tuntutan mereka.
Menurut Rahman, bidang pendidikan salah satu yang jadi sorotan. Pasalnya beberapa kampus dinilai melenceng dari Undang-Undang Dasar 1945. Komersialisasi pendidikan marak  terjadi di perguruan tinggi, termasuk UIN Jakarta. Penerapan Uang Kuliah Tunggal menjadi bukti nyata bentuk komersialisasi pendidikan. “UIN Jakarta mengalami terjebak dalam lingkarannya,’’ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA-U) UIN Jakarta Riyan Hidayat menambahkan, aksi kali ini berangkat dari semangatnya reformasi.  Tema aksi kai ini terbagi   tiga hal yakni semangat reformasi pendidikan, ekonomi, dan semangat reformasi untuk politik. Namun, di antara masalah yang paling serius adalah komersialisasi pendidikan. Pendidkan era reformasi menurut Ryan banyak yang melenceng dari tujuan reformasi. “Pendidikan tidak ubahnya seperti pasar tempat mencari keuntungan. Memperbanyak harta kekayaan,’’ tegasnya, Senin (22/05).
Senada dengan Riyan, Ketua DEMA UIN Sultan Maulana Hasanudin,  Banten, Rizki santika mengungkapkan aksi ini dilakukan guna mengungkapkan keresahan dan kegundahan mereka melihat realitas dalam negeri. Ini merupakan salah satu momentum  bagaimana mahasiswa bisa ikut serta menyampaikan aspirasinya. “Kegundahan  yang terjadi hari ini harus segera diselesaikan oleh pemerintah,” katanya, Senin (22/5).
Setelah melakukan aksi di depan gedung DPR, massa pun bergerak menuju Istana Negera, markas Presiden Jokowi. Aksi di warnai atribut demo dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Di depan Istana peserta aksi dihadang oleh polisi yang berjejer dengan senjata dan kawat berduri  pembatas jalan.

JP

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Hendak Menolong, Mahasiswa UIN Tewas Tenggelam
Next post SUPREME, Refleksi Masa Kejayaan Inggris