Read Time:5 Minute, 54 Second
Alam semesta ini bersifat baru, keberadaan alam semesta berasal dari ketiadaan. Dalam hal yang baru ada maka pasti ada yang menciptakan. Lalu siapakah yang menciptakan alam semesta ini dari ketiadaan menjadi ada?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka akan dikaji berdasarkan ilmu pengetahuan (sains) dan Alquran.
Kajian Sains dan Logika
Teori yang paling umum dianut tentang penciptaan alam semesta yang berasal dari ketiadaan adalah teori big bang. Teori menyebutkan keberadaan alam semesta berasal dari ledakan besar (big bang) yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun silam. Dalam teori ini, awal mula alam semesta ini berbentuk satu massa besar (nebula primer), kemudian terjadi dentuman besar (big bang) pemisah sekunder yang mengakibatkan pembetukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lainnya.
Telah banyak ilmuan yang memberikan bukti-bukti kebenaran teori ini, salah satunya dibuktikan oleh seorang astronom Amerika Serikat yaitu Edwin Hubble pada tahun 1925 di mana dalam bukti pengamatannya yaitu semua galaksi bergerak saling menjauhi satu sama lain. Dengan demikian ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta ini bersifat baru, dan muncul dari ketiadaan.
Berdasarkan ilmu pengetahuan (sains) yang juga mengatakan bahwa alam semesta bersifat baru jadi jawaban dari pertanyaan ini terdapat dua kemungkinan yaitu alam semesta sendiri yang telah menciptakan dirinya sendiri atau zat lain di luar dari alam semesta yang telah menciptakannya. Ketika kita telaah secara logika, maka tidak mungkin alam semesta menciptakan dirinya sendiri karena proses penciptaan menghajatkan adanya perbuatan. Lalu bagaimana dia akan berbuat jika dirinya sendiri belum ada?. Maka tinggal jawaban kedua yang bisa berlaku dimana alam semesta ini telah diciptakan oleh Zat di luar dari alam semesta.
Zat di luar dari alam semesta dibagi lagi menjadi dua kemungkinan yaitu bersifat baru juga dan berasal dari ketiadaan atau zat yang bersifat azali tanpa permulaan. Pada kemungkinan pertama jika hal tersebut bersifat baru maka akan menghajatkan pencipta lain, jika pencipta lain yang menciptakan juga bersifat baru, maka akan menghajatkan pencipta yang lain juga dan begitu seterusnya. Tentu hal ini tidak mungkin karena akan terjadi tasalsulul hawadits, yaitu kejadian terus menerus yang tiada ujungnya. Jika penciptaan alam semesta seperti ini maka hasilnya tidak akan ada penciptaan sama sekali, dan tidak akan ada alam semesta ini.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi dalam penciptaan alam semesta? Untuk memperjelas hal ini, maka diumpamakan dengan seorang teroris yang ingin dihukum mati. Orang yang ditugaskan untuk menghukum mati disebut algojlo. Algojlo tidak mengeksekusinya jika tidak mendapat perintah dari atasannya. Begitu juga dengan atasannya, tidak bisa memberikan perintah hingga turun perintah dari atasaannya yang senior dan begitu seterusnya.
Setiap atasan tidak bisa memberikan perintah kecuali telah turun perintah dari atasannya yang paling senior darinya. Jika hal ini berlanjut tanpa ada ujungnya maka yang terjadi tidak akan ada eksekusi hukum mati bagi seorang teroris tersebut. Namun jika didapati seorang teroris tersebut telah dieksekusi hukuman mati oleh aljoglo maka dapat diketahui bahwasanya ada perintah dari atasan tertinggi yang tidak lagi memiliki atasan. Sehingga untuk menurunkan perintah tidak lagi menunggu perintah dari atasannya yang lain.
Begitu juga dengan penciptaan alam semesta ini, menunjukkan ada zat yang telah menciptakan yaitu zat yang bersifat azali, tanpa permulaan dan tanpa diciptakan. Dialah Allah SWT yang menciptakan alam semesta dengan keindahan yang luar biasa. Keteraturan, keharmonisan dan keindahan alam semesta menunjukkan adanya zat yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Langit dengan segala hiasannya dan bumi dengan lautan, sungai yang mengalir di dalamnya, gunung yang begitu kokoh menjulang tinggi, hewan dan tumbuhan dengan berbagai macam jenisnya, semua itu menjadi bukti kebesaran Allah SWT. Penciptaan alam semesta menjadi sebuah karya yang luar biasa dari Sang Pencipta.
Kajian Alquran dan Sains
Allah SWT menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Demikianlah Allah menciptakan langit dan bumi, dari semula tidak ada menjadi ada. Allah menciptakan sesuatu dengan perkataan Kun (jadilah). Perkataan ini adalah penyederhanaan tentang Maha besarnya kekuasaan Allah, apa saja yang dikehendaki untuk ditetapkan semua terjadi dengan mudah. Kata fa yakun (maka jadilah) di sini tidak mesti diartikan bahwa sesuatu itu terjadi seketika itu juga, melainkan melalui tahapan proses yang memerlukan waktu. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta melalui beberapa masa. Dalam sejumlah surah, Alquran selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa atau enam periode. Sebagaimana dalam firmannya yang berbunyi:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍ بِأَمْرِهٖۙ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya :
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’Raaf: 54)
Ayat di atas menjelaskan bahwa ke enam masa tersebut adalah (1) Masa pertama, masa sejak Big Bang dari Singularitas sampai pada Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal, menjadi awal terbentuknya ruang, waktu dan materi. (2) Masa kedua, alam semesta mengembang di mana antar galaksi saling menjauhi dan langit semakin meninggi melalui proses perubahan yang bertahap. (3) Masa ketiga, masa terbentuknya matahari yang berfungsi sebagai sumber cahaya dan bumi berputar pada porosnya, sehingga terjadi perubahan siang dan malam. (4) Masa keempat, masa munculnya daratan bumi akibat tubrukan antaran sebuah komet dengan matahari sehingga sebagian massa matahari terpental keluar yang nantinya akan berubah jadi planet-planet, salah satunya planet bumi. (5) Masa kelima, bumi menjadi ada air yang bersumber dari komet yang menghantam bumi. Kandungan dalam komet bereaksi ketika tubrukan dengan unsur-unsur yang ada di bumi sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut menjadi hujan di bumi. Setelah air dibentuk tumbuh-tumbuhan mulai bermunculan. (6) Masa keenam, masa terakhir ini terbentuk gunung setelah daratan tercipta dan setelah pembentukan air serta tumbuhnya tanaman. Fungsi gunung untuk menyeimbangkan kerak bumi dan mencegah goyangnya tanah. Setelah gunung terbentuk barulah hewan dan manusia
Alquran mengajak manusia untuk menyaksikan eksistensi Tuhan melalui ciptaan-Nya dan menyingkap tabir keghaiban-Nya melalui perhatian mendalam akan realitas konkret yang terhampar luas di langit dan di bumi. Sains bisa menggapai Tuhan melalui observasi yang diteliti dan tentang hukum-hukum yang mengatur fenomena alam itu.
Alquran menunjukkan adanya realitas Intelektual Yang Agung, yaitu Allah SWT. Lewat penelitian yang cermat dan mendalam akan semua ciptaan-Nya. Kesadaran juga makin tumbuh bahwa unsur wahyu Ilahi tentang Tuhan dan kehendak Tuhan mengenai manusia dalam Alquran merupakan rimba mahalebat yang tidak akan dapat diketahui secara tuntas oleh manusia itu sendiri. Kemajuan sains memberikan arti positif dalam eksegese dengan mempertajam interpretasi Alquran dalam tingkat signifikansi religius.
Nurhasanah
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Average Rating