Gizi Buruk Perlahan Gerogoti Tubuh Mungil Piyanto

Gizi Buruk Perlahan Gerogoti Tubuh Mungil Piyanto

Read Time:1 Minute, 46 Second

Gizi Buruk Perlahan Gerogoti Tubuh Mungil Piyanto
Piyanto Syahputra terbaring lemah di Rumah Sakit Umum Daerah Subussalam. Tak terlihat keriangan di raut wajah bayi berusia 20 bulan ini. Anak kedua dari pasangan Fanetolia Laila dan Jernih Hati Nduru tersebut menderita gizi buruk.
Bayi asal Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kabupaten Subulussalam tersebut menderita gizi buruk sejak berumur 3 bulan. Berat badannya tak senormal anak lain seusianya. Awalnya, Piyanto mengalami diare dan bibir pecah-pecah. Orang tuanya lantas membawa Piyanto ke RSUD Subussalam. Namun, dokter di sana menyarankan agar bayi tersebut dibawa ke Banda Aceh atau Medan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.
Namun, berselang beberapa bulan kondisi Piyanto membaik seiring perawatan yang didapatkan di kota kelahirannya. Akan tetapi, masuk di usia menjelang dua tahun ini, gizi buruk kembali membuat kondisi kesehatan Piyanto tidak seimbang. Laila Khalidah dari Tim Program Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh Laila mengatakan, gizi buruk Piyanto kian akut dan berdampak pada jantungnya. “Sakitnya kini sudah menggerogoti jantung Piyanto,” jelas Laila, Kamis (7/3).
Melihat kondisi anak keduanya yang semakin payah, Fanetolia dan Jernih kembali membawa Piyanto itu ke RSUD Subussalam. Saat hari pertama masuk ruang perawatan, berat Piyanto hanya 5 kilogram saja. Sangat jauh dari rata-rata anak seusianya yang mencapai 12 kilogram. Sedangkan, masuk hari kedua perawatan, pada Selasa (5/3), beratnya turun menjadi 2,5 kg. Sedangkan, di hari ketiga perawatan, Piyanto mengalami penaikan berat bedan menjadi 4 kg.
Kondisi perekonomian keluarga yang masih pas-pasan membuat perawatan Piyanto tak maksimal. Keluarga tak dapat merujuk Piyanto ke Banda Aceh atau Medan karena keterbatasan dana. Sehari-hari Piyanto diurus ibunya yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Sementara sang ayah dan kakaknya bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan di Subussalam.
Sejak beberapa bulan lalu, ACT melalui program Mobile Social Rescue melakukan pendampingan medis terhadap Piyanto. Saat ini, Piyanto pun masih didampingi, terlebih akan mendapatkan rujukan ke Banda Aceh untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Selain  itu, Laila mengatakan, MSR-ACT juga akan melakukan penggalangan dana secara daring. Rencananya, pendampingan ekonomi juga diberikan untuk menunjang ekonomi keluarga Piyanto. “Pendampingan medis dan ekonomi akan dilakukan untuk meringankan beban keluarga Piyanto,” tutup Laila. 
 Penulis: Eko Ramdani (Bagian ACT)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Masjid Fathullah: Satukan Harmoni dalam Keberagaman Previous post Masjid Fathullah: Satukan Harmoni dalam Keberagaman
Melampaui Ide Utopis Next post Melampaui Ide Utopis