Read Time:2 Minute, 4 Second
Selain social distancing, cuci tangan juga menjadi hal yang penting sebagai upaya pencegahan penularan virus Corona. Hand Sanitizer (HS) menjadi pilihan masyarakat untuk membersihkan tangan mereka saat berkegiatan di luar rumah. Namun akibat panic buying, keberadaan HS di pasaran mengalami kelangkaan dan harganya pun melonjak tinggi.
Membaca situasi tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Zilhadia menginisiasi pembuatan HS yang kiranya dapat menjawab kebutuhan masyarakat saat ini. Ia menggandeng Kepala Program Studi Farmasi dan para Mahasiswa Farmasi untuk ikut andil dalam proses produksi. Mereka membagikan HS secara gratis ke pihak universitas dan masyarakat sekitar. “Dari Senin hingga Rabu lalu, kami berhasil memproduksi seribu botol HS,” ujar Zilhadia, Jumat (20/3).
HS bernama Shihahmerujuk pada bahasa Arab yang memiliki arti sehat. Dengan begitu, Zilhadia berharap pengguna Shihah akan sehat dan selalu dalam lindungan Allah Swt. Walau di tengah pandemi Corona ini. Distribusi Shihah mulai dilakukan sejak Selasa (17/3). Setiap fakultas masing-masing mendapat sepuluh sampai dua puluh botol. Ada pun sebanyak tiga ratus botol didistribusi melalui Social Trust Fund.
Selain berasal dari Dana Pengabdian Masyarakat Dosen Farmasi, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis turut menambahkan anggaran produksi Shihah. Tim Produksi Shihah pun dapat memproduksi lebih banyak HS. Sehingga, Rektor juga ikut mendistribusikan 250 botol Shihah langsung kepada masyarakat. “Sisanya, akan kami bagikan lagi ke masyarakat sekitar dan unit-unit kampus lainnya,” ungkap Zilhadia.
Ke depannya, Zilhadia berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut jika ada dana dan bahan baku. Selain itu, sulitnya mendapat persediaan botol wadah HS juga menjadi kendala. Zilhadia menambahkan, harganya pun naik mencapai dua kali lipat. Terhalang kendala tersebut, salah seorang Mahasiswa Farmasi Ade Nur pun berencana menggalang dana agar bisa memproduksi HS secara mandiri bersama kelompok mahasiswa farmasi lainnya.
Ade mengatakan, inisiatifnya juga merupakan wujud dari penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi—Pengabdian Kepada Masyarakat. Dengan menjadi relawan, ia dapat menerapkann ilmunya sebagai mahasiswa farmasi untuk ikut merancang proses produksi. “Sesuai dengan kompetensi seorang farmasi, berusaha di saat genting untuk membuat produk gratis untuk masyarakat,” kata Ade, Jumat (20/3).
Selain Dosen dan Mahasiswa Farmasi, terdapat salah satu program studi yang juga memproduksi HS dan membagikannya secara gratis. Proses produksi dibiayai secara mandiri oleh seorang dosen dan dibantu oleh para mahasiswanya. Pada Rabu (18/3), mereka telah memproduksi seratus botol HS dan mendistribusikannya ke beberapa masyarakat dan sudut-sudut fakultas seperti musala, ruang sidang, dan tempat fingerprint. “Hanya produksi sekali dan stoknya terbatas,” ungkap dosen yang bersangkutan, Jumat (20/3).
Sefi Rafiani & Muhammad Silvansyah Syahdi M.
Average Rating