Menjelang wisuda secara hybrid, pelaksanaan itu menuai keluhan dari sejumlah calon wisudawan. Berada dalam gempuran aktivitas kampus lainnya secara offline, pihak kampus berdalih masih pandemi.
Wisuda menjadi momen seremoni yang ditunggu-tunggu tiap mahasiswa. Tak sedikit pula yang menganggap wisuda merupakan momen sakral selama menjadi mahasiswa. Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta sendiri masih menerapkan sistem hybrid—online dan offline—dalam penyelenggaraan wisuda ke-125, Sabtu (27/8) mendatang.
Meta Paramita menjadi salah satu mahasiswi yang tak mendapat kesempatan wisuda offline. Ia menuturkan, dirinya sama sekali tak mengetahui alasan mengapa hingga kini wisuda tak kunjung terselenggara secara offline. Lanjut, kata Meta, pihak kampus tak membeberkan alasannya secara gamblang.
Sebelumnya, tutur Meta, angkatan mahasiswa di atas 2017 diminta untuk membayar Rp475 ribu sebagai salah satu syarat wisuda. Sementara angkatan mahasiswa 2017 membayar UKT yang sudah termasuk biaya wisuda. Meta dan jajaran wisudawan lainnya lantas mempertanyakan dana diberikan kepada pihak kampus. “Ke mana uang yang sudah terkumpul? lari ke mana?,” tuturnya, Minggu (14/8).
Sambutan hangat yang diberikan pihak kampus saat kunjungan MAN 2 Kota Malang pada Selasa (9/8) lalu, membuat Meta merasa pihak kampus menganaktirikan para calon wisudawan. Meta pun merasa sangat kecewa dengan penerapan sistem hybrid di tengah gempuran wisuda offline. “Kampus kita ini basic-nya Islam, tapi kalian melupakan syariat-syariatnya. Cukup memalukan,” tegas Meta.
Tak hanya Meta, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pengembangan Masyarakat Islam, Mutia menuturkan jika melihat wisuda ke-124 lalu, pengumuman wisudawan terbaik yang mendapat kesempatan wisuda offline cenderung dadakan. Selain itu, kata Mutia, banyak mahasiswa yang meraih predikat cum laude, namun mengikuti wisuda online.
Menurut Mutia, tak masuk akal jika pandemi terus dijadikan alasan oleh pihak kampus. “Kampus lain pun sudah mengadakan wisuda offline dari bulan Juni lalu, di UIN Jakarta wisudanya masih hybrid sampai saat ini,” ucap Mutia, Senin (15/8).
Hal serupa juga diresahkan mahasiswa Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Alif Fachrul Rachman mengatakan, memiliki prestasi akademik serta meraih IPK tertinggi menjadi syarat utama yang harus dipenuhi agar bisa wisuda offline. “Hanya mereka yang nilai IPK-nya tinggi dan berprestasi di bidang akademik, yang nonakademik tidak diperhitungkan (untuk wisuda offline),” ujar Alif, Sabtu (13/8).
Alif juga tak setuju jika wisuda dilaksanakan secara hybrid. Ia mengatakan, selain kegiatan pembelajaran di kampus dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah dilakukan secara offline, banyak pula calon wisudawan yang menanti momentum untuk wisuda di Gedung Auditorium Harun Nasution itu. Maka dari itu, Alif meminta agar wisuda offline dapat dipertimbangkan. “Khidmat pengabdian itu lebih terasa ketika kita diwisuda langsung oleh rektor dan jajarannya,” lanjutnya.
Mahasiswa Prodi Jurnalistik Mia Reva Ukhtiana menuturkan, wisuda dengan sistem hybrid membuatnya jadi kurang merasa antusias. Mia hanya bisa berharap dirinya dapat wisuda secara langsung. Namun, lanjut Mia, yang terpenting ialah wisuda dapat berjalan dengan lancar. “Mungkin situasi dan kondisi yang belum memungkinkan, jadi, ya, sudah tidak apa-apa,” tutur Mia, Minggu (14/8).
Menurut Wakil Rektor Kemahasiswaan Arief Subhan, wisuda ke-125 masih diselenggarakan secara hybrid sebab pertimbangan pandemi yang ditetapkan Pimpinan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 UIN Jakarta. Kendati demikian, Arief mempersilakan wisudawan untuk hadir dan berfoto di lingkungan kampus. “Banyaknya keluhan wisudawan dapat dimengerti dan menjadi pertimbangan universitas untuk penyelenggaraan wisuda ke depan,” katanya, Minggu (14/8).
Padahal, Selasa (9/8) lalu UIN Jakarta menerima kunjungan dari ratusan siswa-siswi MAN 2 Malang. Menurut Arief, jumlah peserta tersebut tak bisa dibandingkan dengan jumlah peserta wisuda yang jumlahnya jauh lebih banyak, yakni 1575 wisudawan.
Namun, Arief juga menjelaskan, wisuda ke-125 pada Agustus ini akan menjadi wisuda hybrid terakhir. Wisuda ke-126 (rencananya November 2022), lanjut Arief, akan diselenggarakan secara offline. “Tentu dengan tetap mempertimbangkan perkembangan pandemi dan pertimbangan dari Satgas Covid-19,” tambah Arief.
Senada dengan Arief, Kepala Bagian (Kabag) Bidang Akademik Feni Arfiani menuturkan pihaknya hanya menjalankan keputusan dari pimpinan Satgas Covid UIN Jakarta. “Kita tidak memutuskan, kalau nanya ke akademik alasan kenapa masih wisuda hybrid. Ya, kami hanya pelaksana,” tutur Feni, Kamis (11/8).
Feni turut merespons kegiatan wisuda offline yang dilakukan beberapa kampus lain belakangan ini. Menurutnya, kampus lain mungkin menyewa tempat yang jauh dari wilayah kampus, sedangkan UIN Jakarta masih fokus di wilayah kampus. Feni pun yakin kampus lain menerapkan peraturan-peraturan tertentu saat kegiatan berlangsung. Ia mengaku UIN Jakarta belum mampu melaksanakan wisuda secara offline seperti kampus lainnya.
Institut meminta konfirmasi Ketua Satgas Covid UIN Jakarta Hari Hendarto, Rabu (17/8). Namun hingga berita ini ditulis, Hari tak kunjung merespons konfirmasi tersebut.
Reporter: Haya Nadhira, Nur Hana Putri Nabila
Editor: Syifa Nur Layla
Average Rating