Telat Kembalikan Buku, Kesadaran Mahasiswa Dipertanyakan

Read Time:1 Minute, 30 Second
Tak dapat dipungkiri, meski denda diberlakukan, kesadaran mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengembalikan buku tepat waktu di Perpustakaan Utama (PU) masih kurang. Terbukti dari adanya mahasiswa yang tidak mengembalikan buku sampai berbulan-bulan, hingga dikenai denda ratusan ribu rupiah.
Seperti halnya mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) M. Nur Rohman Eka Saputra yang dikenai denda hingga Rp 150.000. Ia mengaku telah menahan tiga buku hampir satu semester dengan alasan malas karena jarak antara kampus satu dan kampus dua cukup jauh.
Berbeda halnya dengan Rajif Amar Kahfi. Mahasiswa yang juga Jurusan HI ini mengaku, telah menahan satu buku selama tiga bulan karena merasa masih membutuhkannya. Karena kelakuannya itu, ia dikenai denda sebesar Rp 100.000.
Menanggapi hal tersebut, Ketua PU, Nuryudi memaparkan, kesadaran mahasiswa untuk mengembalikan buku tepat waktu sangat dibutuhkan. “Mahasiswa harusnya sadar, buku-buku PU itu milik bersama,” katanya, Rabu (20/3).

Ia menambahkan, mahasiswa pun harus tahu, jumlah eksemplar satu judul buku di PU itu terbatas. Sehingga, jika buku dipinjam terlalu lama, mahasiswa lain yang juga membutuhkan akan kerepotan.
Terkait hal tersebut Dosen Ilmu Perpustakaan (IP), Mukmin Suprayogi menjelaskan, untuk meminimalisir mahasiswa yang tidak mengembalikan buku tepat waktu adalah dengan mensosialisasikan peraturan perpustakaan secara berkala.

“Selain itu, dipertegas juga dengan adanya spanduk atau brosur tentang peraturan perpustakaan yang ditempel di setiap sudut perpustakaan,” jelasnya.
Seharusnya, lanjut Yogi, mahasiswa juga diinfokan tentang aturan main di perpustakaan sejak awal mendaftar sebagai anggota. Di samping itu, pendidikan pemakai untuk para pengguna perpustakaan juga penting diadakan.

Selain itu, denda bagi yang terlambat mengembalikan buku juga penting dilaksanakan. “Bukan perpustakaan mau mencari keuntungan, tapi untuk mendidik dan menegakkan kedisiplinan,” tambahnya.  Namun, kesadaran para pengguna perpustakaanlah yang terpenting. Para pengguna harus mengerti, perpustakaan bukan untuk individual, melainkan untuk kolektif. Rabu, (20/3). (Siti Ulfah Nurjanah)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post UI Ciptakan Mobil Ultraefisien
Next post H.A.R Tilaar Tawarkan ‘Catur Dharma’ Perguruan Tinggi