Kulit Hitam dan Perbudakan

Read Time:2 Minute, 25 Second

Judul Film       : Django Unchained
Rilis                 : Desember 2012
Sutradara         : Quentin Tarantino

Di malam hari menjelang musim dingin, segerombol  budak kulit hitam berjalan tanpa alas kaki. Kaki mereka dililit rantai besi. Terpincang-pincang mereka berjalan. Di balik lilitan rantai itu, kulit hitam mereka mengelupas dan berdarah akibat gesekan rantai besi yang sudah berkarat.

Lima orang budak berkulit hitam itu tengah menempuh perjalanan menuju Texas bersama pemiliknya, dua orang berkulit putih yang menungangi kuda. Di tengah perjalanan, rombongan itu bertemu dengan Dr. King Schultz yang mengendarai kereta kuda. Schultz mengaku sebagai dokter gigi pada dua orang berkulit putih dan ia ingin membeli salah satu budak negro yang berasal dari perkebunan Carrucan.

Dari kelima orang, hanya satu yang berasal dari Carrucan. Schultz pun langsung menghampirinya dan menanyakan namanya. “Django” jawab pria berkulti hitam yang menutupi badanya dengan mantel.

Sebenarnya, Schultz seorang pemburu hadiah (pembunuh buronan yang mendapatkan imbalan besar dari pemerintah Amerika). Kali ini, ia tengah mencari buronan asal Carrucan. Ia berniat untuk membeli Django agar dapat membantunya mencari buronan tersebut.

Sejak saat itu, dimulailah perjanan Django dan Schultz. Django, si budak berkulit hitam banyak belajar dari majikannya Schultz. Tak lama setelah mereka menemukan buronan yang dicari, Schultz memerdekakan Django.

Django dan Schultz membuat kesepakatan baru. Mereka akan berpartner memburu hadiah selama musim dingin. Sebagai imbalannya, Django akan diberikan sepertiga imbalan Schultz.  Ia juga berjanji akan menemani Django mencari istrinya di Mississippi.

Perjanan mereka berdua dipenuhi pertumpahan darah. Sebagai pemburu hadiah, Schultz dengan gampang membunuh siapa saja yang menghalanginya. Pada awalnya Django merasa gugup dalam menjalankan tugasnya sebagai pemburu hadiah. Ia merasa kasihan pada buronan yang akan dibunuhnya.

Namun, lama kelamaan rasa gugup itu menghilang, ia pun menjadi seorang pemburu hadiah profesional. Film garapan Quentin Tarantino ini memang sarat dengan adegan baku tembak. Namun, dibalik adegan berdarah tersebut, tersimpan nilai-nilai kemanusiaan tentang  kehidupan dan arti kebebasan.

Berlatar tahun 1858, film ini memperlihatkan masa saat Amerika belum mengenal arti kebebasan. Perbudakan masih marak terjadi. Orang kulit hitam atau negro merupakan kaum yang tertindas. Mereka dijadikan budak, disiksa, dan diperjualbelikan. Tak ada pihak yang membela kebebasan mereka.

Kaum negro menjadi penghuni kasta terendah di tatanan sosial Amerika. Mereka dilarang memasuki tempat-tempat umum bahkan menunggang kuda pun dilarang. Django menjadi salah satu negro yang beruntung.

Ia bukan lagi seorang budak, ia bebas memasuki tempat umum dan menunggang kuda. Walaupun banyak orang yang memandangnya sinis. Django memiliki keberanian untuk menentang orang kulit putih. Ia juga memiliki kecerdasan yang melebihi orang negro pada umumnya. Karakter Django tersebut mampu diperankan Jamie Foxx dengan sangat baik.  

Film berdurasi 165 menit ini mengajak kita merenungkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan arti kebebasan. “I’m a freeman!” ucap Django lantang saat dilecehkan oleh beberapa orang kulit putih. 
Lihat reviewnya disini:
 

(Nida Ilyas)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Jepretan di Tengah Konflik
Next post Pemerintah Perlu Bangun Infrastruktur Energi Alternatif