Penerapan Software Anti Plagiat Tak Menyeluruh

Read Time:2 Minute, 25 Second
(Sumber: www.balipost.com)
Di tengah banyaknya kasus plagiat, berbagai pencegahan plagiat juga semakin berkembang. Seperti adanya software anti plagiat. Namun, tidak semua Lembaga Pendidikan dan universitas menggunakan software anti plagiat tersebut.

Kepala Seksi Organisasi Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti), Syahril Chaniago menjelaskan, perguruan tinggi di bawah Dikti sudah menggunakan software  pendeteksi plagiat. Software tersebut akan mendeteksi semua karya ilmiah yang masuk ke e-journal. “Sehingga, mahasiswa dan dosen harus mempublikasikan karya ilmiahnya” ujar Chaniago, Rabu (19/11).

Salah satu universitas yang sudah menggunakan alat anti plagiat adalah Universitas Indonesia (UI). Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Bambang Wibawarta menjelaskan, alat deteksi plagiat ini dapat mengecek keaslian skripsi mahasiswa. Sehingga, karya ilmiah yang terdeteksi plagiat akan langsung diketahui.

Bambang menambahkan, perkembangan Information and Technology (IT) merupakan salah satu sebab plagiarisme mudah dilakukan. Selain itu, pendeteksi plagiat juga berkembang. “Ketika kesempatan untuk melakukan plagiat semakin mudah, alat pendeteksi plagiat juga semakin maju,” ujar Bambang, Kamis (7/8).

Salah satu anggota Pengembangan dan Pelayanan Sistem Informasi (PPSI) UI, Gladi Guardin mengatakan, selain menggunakan alat pendeteksi plagiat, UI juga mempunyai cara lain untuk mencegah plagiat. Seperti, menyosialisasikan tentang larangan  plagiat dan memberi pendidikan tentang sejauh mana orang dapat dikatakan plagiat.

Adin menjelaskan, alat  untuk mendeteksi plagiat berupa softwareyang mengubah semua teks menjadi Portable Document Format (PDF). Untuk membandingkan 5000 skripsi mahasiswa, softwaretersebut memerlukan waktu tujuh jam. “Poses membandingkan hasil skripsi hanya untuk satu universitas, kalau seluruh Indonesia menggunkan alat tersebut kita dapat membandingkan dengan universitas lain,” ujarnya, Kamis (7/8).

Berbeda dengan Dikti, Direktorat Jendral Pendidikan Islam (Diktis) masih mendeteksi kasus plagiat secara manual. Kepala Seksi Mutu Akademik, Imam Sayogya, mengatakan, hal tersebut dikarenakan hasil karya dosen atau mahasiswa belum dipublikasikan secara online. “Kami cek satu per satu untuk mendeteksi tulisan yang plagiat. Namun kedepannya, Diktis dalam proses untuk menggunakan softwareanti plagiat,” ujarnya Kamis (4/12).

Sementara itu, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta belum menggunakan alat pendeteksi plagiat. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Moh Mastna mengatakan, untuk mencegah kasus plagiat UIN menyosialisasikan tentang larangan plagiat dan mendeteksi sumber-sumber yang mahasiswa gunakan dalam skripsi.

Menurut Mastna, UIN dalam proses untuk menggunakan alat deteksi plagiat. Selain itu, mahasiswa akan diwajibkan memasukan e-journal. “Untuk sementara kita masih mendeteksi tanpa menggunakan software anti plagiat,” ungkapnya, Kamis, (27/11).

Menganggapi hal tersebut, Pelaksana Subjek Ketenagaan Diktis dan Pendeteksi Plagiat, Rofiq Zainul Mum’ain menjelaskan, untuk mendeteksi adanya plagiarime memang lebih efektif menggunakan software anti plagiat. “Meskipun cara deteksi secara manual juga dapat dilakukan,” ujarnya, Kamis (4/12).

Beberapa mahasiswa juga merasakan pentingnya alat deteksi plagiat. Mahasiswa Jurusan Filsafat Universitas Gajah Madha, Elthy Graha mengatakan, akan lebih baik jika semua universitas memiliki alat pendeteksi plagiat.

Senada dengan Graha, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Jakarta, Ranita Sari mengungkapkan, untuk mencegah plagiarime memang tidak cukup dengan sosialisasi. Menurutnya, kasus plagiat sampai sekarang masih ada meskipun sudah ada sosialisasi tentang hukuman untuk plagiat. 

IP

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post SURAT KMF KALACITRA
Next post Zaki Mubarok: Mahasiswa Rentan Berpaham Radikal