Sumber: id.inter-pix.com |
Read Time:6 Minute, 33 Second
Oleh: Ikhya Ulumuddin*
Pada hari yang menjadi gelap, tak disangka muncul ke dunia nyata bukan lagi dalam ruangan sempit nan bulat, satu laki-laki sedikit gemuk dan tembem. Wajah nan anggun tersenyum dihadapan para penjenguk, “kamu ganteng sekali” ujar salah satu penjenguk, padahal bayi itu tidak tahu apa yg dikatanya dan dikatakan semua manusia. Mungkin karena melihat cahaya atau mendengar sesuatu yang menggembirakan hatinya si bayi tersebut tersenyum. Malam telah berganti menjadi siang, kekhawatiran si ibu bangun dalam tidurnya ketika mendengar suara yang sama dari para komunitas bayi. Selembaran kerta dengan penuh pikiran dan ketentuan untuk menumpahkan air hitam penuh nama dan harapan serta menjadikan si bayi ini ada, dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi manusia yang bijaksana.
Lingkungan penuh debu fundamental garis keras membuat si bayi terbatuk dan mengeluarkan lender-lendir kejijian, padahal dia tidak tahu dunia apa yang ada diluar, terasa nyaman sekali berada di gendongan sang ibu meskipun diberi cahaya yang berbeda dari yang seharusnya.
Rumah reot, dibawah naungan langit, dimakan ladang padi yang membentang, diwarnai dengan ketaatan pada agama dan kepercayaan-kepercayaan mistis, membuat lingkaran hitam dan titik-titik didalamnya terisi para manusia juru bicara atau penyambung lidah tuhan, meskipun yang dibicarakan tidak paham. masayarakat tersebut disebut sebagai masyarakat lingkaran, ‘ya mereka hanya berbicara saja’. Kedatangan sang bayi ini menggembirakan para manusia itu, membuat mereka tersenyum dan berkata “semoga kau menjadi anak yang soleh atau solehah dan berbakti kepada kedua orang tua mu”. Masayarakat lingkarang sepertinya sedang tidur di malam itu tapi tidak untuk di siang hari begitu juga sore hari, dan setiap waktunya. mereka sedang lelap dalam jaminan ternyata. selalu saja merasa kangen dengan sebuah kata-kata yang dibikin untuk menidurkan orang, berlindung dan mengumpat dibelakangnya seperti yang terjadi di masyarakat lingkaran.
Tutup mata ketika tembus sedikit cahaya dari kain dogma dan ajaran, selanjutnya menyuruh si A untuk menutup kainya. mereka tidak mau di dalam ada cahaya, karna itu bukan kehidupanya. asing baginya melihat dunia di luar dan orang-orangnya pun asing bagaikan alien yang berkepala besar. Satu kepala suku dari republik lingkaran menganjurkan si pemilik bayi agar dikasih peringatan-peringatan tentang bahaya yang melandanya ketika dia tumbuh dewasa. lagi-lagi bayi itu sebenarnya pura-pura mendengar karena dia tidak bisa memahami. Bayi itu tumbuh dewasa 5 tahun, seorang bayi laki-laki yang manis dan ganteng “kata sang ibu”, dengan keberanianya bayi itu menapaki lantai, merangkak mencoba menegakan badanya dan berjalan keluar dari ligkaran hitam tanpa rasa takut kepada siapapun, mencoba meraih cahaya yang ada diluar. Sayang sekali hari sudah menjelang petang sang bayi pun ditarik oleh ibunya kembali kepangkuan nyamanya bagaikan tembok besar dengan sebuah gerbang yang terkunci rapat dan kunci tersebut ada pada kepala suku lingkaran. Kesenangan bagi sang bayi telah musnah pada hari itu. malang sekali nasibmu nak, tidak bisa meleburkan gerbang menjulang tinggi dihadapanmu.
Ketika bahasa, kata dan kalimat menampakan diri serta tersenyum indah kepadanya, sang ibu palsu lantas merenggutnya dan menawarkan sebuah alternatif baru. “sebelum kau bertambah besar, maka ikutilah apa kataku karena inilah satu-satunya yang terbaik untukmu” ujarnya. dunianya menjadi dunia sang ibu. si bayi itu menangak ke atas melihat langit sungguh besar nan indah ingin sekali mengantonginya dijadikan sebuah mainan buat pengantar tidur, agar berpindah dari sang pangkuan ibu. Dia anggap sang ibu hendak membunuhnya dengan sejata kata-kata bertopeng dan sang ibupun bertopeng tanpa pernah menyadarinya, dengan garis-garis yang indah pahatan yang bernuansa kesejatian. topeng tersenyum berwarna merah menawarkan obat ekstasi lantas tidur. Sungguh senang rasanya tidak mengenali alam yang luas termasuk dirinya sebagai bagian terkecil dari alam akan tapi sekaligus yang terbesar secara kekuatan untuk menaklukanya. Merasa nyaman dengan topeng yang tidak diketahui dan mempunyai hukum tersendiri bagi yang terbius olehnya.
Begitulah para masayarakat di republik lingkaran hanya bisa menampilkan batu keras tanpa tersentuh tetesan air rasional untuk membuat lubang di dalamnya. di depan mereka samudra nan luas, sedikit sekali rasanya orang yang berani mencari ikan kebenaran disana demi menghidupi keluarganya. Kadang mereka hanya meminta kepada tuhan untuk memberinya makan dan uang, untuk belanja keseharian tanpa menggunakan tenaganya untuk mengangkat bumi, menghujaninya dengan air asin yang keluar dari tubuh, menertawai mentari, menantangnya untuk berkelahi dan ketika kala itu rembulan pun akan tersenyum padanya karna sudah memberinya berkah dan mengalahkan sang sinar panas. Begitulah mereka menjajahi hidup dengan menghindari tantangan baik yang datang dari penampakan maupun ideologi yang gerus dengan gergaji mesin, lantas tumbang.
Sang bayi yang diberi nama hikmah tumbuh dewasa kira-kira berumuran 10 tahun dan menyandang gelar sebagai putra mahkota sang penerus kepala suku. Sampai saat ini Gerbang nan besar itu belum juga terbuka, lantas sempat terbesit dalam hati sang bocah berumur 10 tahun itu ‘ada apa sebenarnya di balik gerbang itu’, “ah biarlah toh itu hanya gerbang biasa ko” ujarnya. Sang bocah pun meninggalkan lokasi tersebut dan menuju gubuk reot di salah satu republik itu untuk menjalani perintah dari sang ibu, yaitu mendengarkan ceramah imajinasi sang kepala suku. Sang bayi tidak merasa puas dengan acara tersebut, ia ingin keluar dari lingkaran itu dan lagi-lagi penasaran lantas berhenti di depan gerbang besar. Sejauh ini tidak ada yang berani mendekati gerbang, sampai-sampai menyentuhnya, karena kepala suku akan murka jika melihat seseorang dari republik lingkaran keluar dari gerbang yang besar dan gelap tersebut.
Waktu teruslah hidup, jarum itu terus berputar tak kunjung henti selalu memutari medan kosong, begitu juga sang bocah dengan kegembiraan kosongnya yang tak terbatas, ia lupa akan sosok besar tak bernyawa, hitam gelap tak terlihat apa-apa di luar sana. Pandangan biasa mungkin akan terhalangi oleh bayangan besar sehingga tak terlihat sebenarnya diluar sana sangat ramai, dipenuhi oleh para penembak jitu sniper dan para pekerja keras. Nampaknya mereka itulah yang membuat para dewa enggan untuk memberikan makna yang sesungguhnya, dewa itu pun berkata: “biarlah mereka menggunakan senapan dan tenaganya untuk menembaku, sedangkan masih ada orang-orang yag masih terbius dengan obatku”. Dia tertawa..hahaha..
Seperti layaknya semua orang tua di dunia ini bahkan di mars sekalipun menginginkan anaknya menjadi sukses, bahagia dan selalu taat terhadap agama, tapi sedikit sekali orang tua yang menginginkan anaknya kelak menjadi bijaksana karena sudah menjadi bagian dari republik lingkaran. Ketika sepulang sekolah kira-kira puku 12 siang, tak disangka seorang teman sebayanya bernama hikam,mendapatkan perasaan yang sama (curiga dengan gerbang itu), dan sebenarnya hikamtahu sedikit rumor tentang gerbang tersebut. Konon katanya dahulu kala ada yang pernah membukanya dan satu langkah saja ia berjalan, lantas menghilang. Warga lingkaran menduga bahwa terdapat sumur yang besar dan dalam, ketika seseorang terjerumus ke dalamnya, maka ia tidak akan bisa kembali lagi. Hantu-hantu penasaran dalam diri hikam menggebu dan mengajak hikmahmenemaninya mendekati gerbang.
Langkah pelan tak berbunyi berbisik kepada rumput, kekhawatiran memuncak, kegelisahan mencekik. Mendekati sesuatu yang besar disana langkah bagai ditumpuk batu besar, jarum-jarum bertebaran dijalan, pandangan serasa jauh tak sampai, kanan kiri jalan banyak wajah kepala suku, gerbang besar bagaikan “penggalan” di zaman romawi. Tepat pukul 12 malam sampailah kedua anak tersebut di depan gerbang yang bertuliskan “slamat kepada manusia sesungguhnya”.
Tak seperti yang dibayangkan kedua bocah tersebut, bahwa gerbang itu adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh disentuh sedikitpun. Ternyata pandangan seperti itu runtuh ketika mereka keluar gerbang dengan memakai kunci duplikat, serasa bukan dia yang sesungguhnya, sungguh terang cahaya yang ada di luar, cahaya kebijakan menyinarinya sebagai manusia yang sesungguhnya, hakikat yang mempunyai akal dan prasaan. Ketika kedunya kembali menuju repulik lingkaran, secacar bengis mereka menghancurkan tembok-tembok yang melingkar menjadi rata dan secara otomatis cahaya yang begitu terang dari luar menyinarinya. kepala suku, ketua RT, RW, pemuka agama, tokoh masyarakat tak menduga bahwa rahasia yang selama ini dipendam mengenai gerbang tersebut ternyata telah terkuak. Rahasia tersebut berisi esensi agama dan kepercayaan, keharusan berpikir bebas, dan mengenai rahasia alam semesta yang luas tak berujung tombak ini, dan wktu itu juga republk lingkaran terselamatkan dari fundamentalis radikal dan namanya dirubah menjadi komunitas para pembunuh tuhan.
*Penghuni Mahasiswa Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) dan mahasiswa semester VIII, Jurusan Aqidah Filsafat, UIN Jakarta
Average Rating