Susuri Negeri Atas Awan

Read Time:2 Minute, 56 Second

Meski tak sepopuler Bromo dan Semeru, Puncak B29 menawarkan pemandangan alam yang menawan. Suku Tengger menjadi pemikat budaya setempat.
Jarum jam menunjukkan pukul 5.30 pagi, terlihat para petani ditemani traktornya berjalan menuju sawah. Mereka hendak membajak sawah seusai panen dan akan ditanami kembali dengan benih padi dan jagung. Memang sejak akhir bulan Ramadan lalu petani sibuk dengan hasil sawahnya.
Mengawali perjalanan dari sisi selatan Jawa tepatnya di Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur, perjalanan ini akan menghabiskan waktu 4 jam lamanya menuju Puncak B29. Terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Puncak B29 menawarkan pemandangan alam berupa ladang hasil bumi yang tertata rapi dan masyarakat Suku Tengger dengan patung Hindu di depan rumahnya. Lebih lagi, pelancong juga dapat menikmati pemandangan Gunung Bromo.
Untuk menuju Puncak B29, pelancong bisa melalui pusat kota Lumajang dan masuk ke Jalan Semeru. Hanya saja, tidak ada angkutan umum yang dapat mengantarkan pelancong sampai ke tempat yang dijuluki Negeri di Atas Awan ini. Maka dari itu, sangat disarankan bagi pelancong untuk membawa kendaraan pribadi, khususnya motor.
Tak seperti Bromo dan Semeru yang harus ditempuh dengan berjalan kaki hingga ke puncaknya, Puncak B29 dapat dicapai menggunakan kendaraan roda dua. Sayangnya, rute yang berkelok dan naik-turun membuat kendaraan harus menepi sejenak untuk mendinginkan mesin. Tapi, tak jarang ada kendaraan yang mesti mendapat perbaikan di bengkel yang berada di sepanjang jalan desa Argosari –desa Puncak B29–.
Jika cuaca cerah, dalam perjalanan pelancong akan disuguhkan pemandangan puncak Gunung Semeru yang dikelilingi awan. Bukan hanya itu, sungai berair jernih dengan endapan pasir hasil erupsi gunung tertinggi Jawa ini akan memanjakan pelancong. Sebelum memasuki jalur khusus puncak B29, terdapat sebuah pura besar, Pura Semeru Agung namanya, yang akan ramai jika ada perayaan hari besar umat Hindu.
Patung Hindu dengan kain kuning menutupi seperempat bagian tubuhnya dapat pelancong temukan di depan setiap rumah desa Argosari. Tidak ketinggalan sajen dan dupa menghiasi sisi atas patung yang biasa masyarakat gunakan untuk sembahyang. Ya, sebagian besar warga di sana berasal dari Suku Tengger yang beragama Hindu.
Masyarakat Suku Tengger pun banyak memanfaatkan hasil olahan alam untuk menyambung kehidupan. Dengan berprofesi sebagai petani, bidang tanah miring dan sejuknya udara digunakan untuk menanam kentang, wortel dan daun bawang. Sebagian dari lahan tersebut ada yang tengah dipanen dan banyak pula yang baru mulai digarap kembali.
Sesampainya di loket masuk, pelancong cukup merogoh kocek Rp5ribu/orang untuk bisa menikmati pesona alam di Puncak B29. Di sekitar loket masuk terdapat pula penjaja jasa ojek motor. Dengan menyisikan Rp10ribu-Rp15ribu pelancong akan diantar hingga puncak.
Namun, bagi pelancong yang ingin berlama-lama menikmati udara sejuk pegunungan bisa dengan berjalan kaki dan memarkirkan kendaraannya di loket masuk. Terlebih, Paving block yang  tersusun rapi akan memudahkan langkah pengujung hingga mencapai puncak B29.
Dengan menempuh jarak 1,5 kilo meter dari loket masuk, pelancong telah tiba di Puncak B29. Lautan pasir dan gagahnya Bromo didampingi bukit-bukit tinggi menjulang akan membuat siapapun berdecak kagum bila memandangnya. Bukan hanya itu, kala matahari sedikit demi sedikit memunculkan wujudnya, lautan pasir yang terlihat sebelumnya akan berganti menjadi taman awan putih laiknya kumpulan kapas.
Oleh karena itu, banyak yang menjuluki Puncak B29 sebagai Negeri di Atas Awan. Bagi pelancong yang hendak menikmati pemandangan tersebut dapat mendirikan tenda untuk bermalam. Namun, sangat disarankan untuk membawa persediaan air minum yang cukup karena tidak tersedianya sumber air.
Di sisi lain, terdapat pula warung tenda yang menjual minuman hangat dan beberapa camilan bagi pelancong. Harga yang ditawarkan pun begitu terjangkau, dengan Rp3ribu pelancong dapat meneguk segelas kopi hangat dan Rp5ribu untuk satu porsi mie instan.

Eko Ramdani

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Seni Dakwah Ala Didin
Next post TABLOID EDISI 44