Syair Melawan Rezim

Read Time:2 Minute, 40 Second



Judul               : Istirahatlah Kata-Kata
Sutradara         : Yosep Anggi Noen
Tahun              : 2017
Genre              : Biografi
Tahun 1996, rumah Widji Thukul kerap kali didatangi polisi dan intel, buku karyanya dirampas karena menyinggung rezim Soeharto dari tulisannya yang kritis. Sipon, istri Thukul dipaksa menandatangani dokumen mengenai penyerahan barang bukti. Widji Thukul yang bergabung dalam Partai Rakyat Demokrasi (PRD) akhirnya melarikan diri ke Pontianak. Karena melarikan diri, PRD disangka sebagai kambing hitam kerusuhan 27 Juli 1996 oleh pemerintah.
Sebelum pelariannya, Thukul sudah curiga bahwa dirinya akan ditangkap oleh antek pemerintah, kecurigaannya bertambah lantaran kawan-kawannya yang diculik dan diintimidasi. Dalam perjalanannya menuju Pontianak, raut wajah Thukul terlihat takut dan gelisah. Thukul merasa makan dan tidurnya tak nyeyak, perasaan waspada selalu membayanginya.
Situasi politik di Pulau Jawa yang sangat mencekam, juga ketatnya sistem pemerintahan yang tak menerima kritisi, menjadi alasan pelarian dirinya ke Pontianak. Dalam pelariannya, Thukul dibantu oleh dua kawannya, yaitu Thomas dan Martin. Saat itu nama Widji Thukul telah ada dalam daftar buronan, akhirnya selama di Pontianak, Thukul berganti identitas menjadi Paul.
Selama perasingannya, Thukul membuat puisi yang mengungkapkan kehidupannya selama menjadi buronan. Diungkapnya lewat kata-kata bahwa hidup menjadi buronan jauh lebih menakutkan dari pada menghadapi sekompi kacang hijau bersenapan lengkap yang membubarkan demonstrasi.
Selama masa pelariannya, Thukul merasa rindu pada anak istrinya yang ditinggalkan. Akhirnya, Thukul dengan kemauan kuatnya pulang mendatangi Sipon dan dua anaknya secara diam-diam. Thukul pulang tanpa ada seorang pun yang tahu, karena dalam lingkungannya, masih ada kaki tangan pemerintah rezim Soeharto yang mengawasi.
Widji Thukul dan Sipon kemudian bertemu. Pertemuan Sipon dan Thukul kemudian dicurigai salah satu tetangganya, kemudian dia mengikuti Sipon. Keesokan harinya tetangga itu pun menebar isu bahwa Sipon wanita tunasusila dikarenakan keluar untuk menemui laki-laki. Padahal Sipon saat itu sedang melepas rindu pada suaminya sendiri.
Karena ucapan dari para tetangganya, Sipon menangis dengan keras. Thukul merasa iba dengan istrinya yang tersakiti. Tak tahan dengan simpati Thukul, secara spontan Sipon mengusir Thukul secara tak langsung. Akhirnya Thukul kembali ke Pontianak pada Februari 1997, kemudian ia pergi ke Jakarta bergabung bersama massa untuk menggulingkan Soeharto.
Berlatar belakang tahun 1996-1998, film ini mengangkat sejarah Indonesia. Film ini mengambarkan perpindahan rezim Orde Baru ke Reformasi yang dalam era ini banyak orang yang diculik entah kemana hingga saat ini belum diketahui keberadaannya. Sebulan sebelum Soeharto lengser pada Mei 1998, Widji Thukul hilang dan keberadaan tak diketahui sama sekali hingga kini.
Istirahatlah Kata-Kata (Solo, Solitude) merupakan sepenggal kisah di masa-masa pelarian Widji Thukul seorang penyair kritis di era pemerintahan Soeharto. Film ini memfokuskan cerita saat periode Widji Thukul dalam masa pelariannya dari Solo ke Pontianak. Periode ini menjadi saksi Widji Thukul diasingkan dan menjadi buronan pada saat rezim Soeharto. 
Film Istirahatlah Kata-Kata telah mendapatkan penghargaan International Film Festival Love is Folly yang berlangsung di kota Varna, Bulgaria. Film ini juga mendapat penghargaan Festival Film Indonesia, Usmar Ismail Award, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Diperankan Gunawan Maryanto sebagai Widji Thukul dan Marissa Anita sebagai Sipon.

ND

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Menyoal Fakultas Baru
Next post Dilema Mahasiswa Berdagang