Persembahan Untuk Sang Maestro

Read Time:2 Minute, 19 Second


Sejak tiga tahun terakhir, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI) menggelar acara rutin Pekan Apresiasi Sastra dan Drama (Pestarama). Acara tahunan kali ini mengusung tema Jejak Maestro Drama Indonesia. Pada Senin (23/4), digelar puncak acara Persembahan Untuk Akhudiat.
Memasuki Hall Student Center (SC), malam penutupan Pestarama Jilid III ini terlihat kental dengan nuansa seni. Dikelilingi Spot foto pameran dari beberapa seniman dan budayawan. Sisi kanan Hall SC dipenuhi karya Akhudiat. Bagian kiri ada karya Wisrna Hadi dan sisi lain karya Putu Wijaya. Hiasan lampu redup menambah kesan artistik suasana malam lalu.
Memandang ke depan panggung terdapat bannerbertuliskan Festival Budaya Persembahan untuk Akhudiat melintang diatas panggung. Bambu-bambu menghiasi latar belakang panggung. Tata kursi penonton pun dibuat rapih dan terlihat fokus ke segala arah panggung.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Jurusan PBSI, Makyun Subuki. Dalam sambutannya, ia mengatakan adanya acara ini untuk memberikan penghargaan kepada Akhudiat. “Terimakasih kepada Akhudiat yang telah menemani kita ditengah acara ini,” ucapnya, Senin (23/4).
Waktu menunjukkan pukul 20.32 WIB. Di atas panggung terlihat sepasang penari—Dion yang berasal dari Trenggalek dan Martina dari Jerman. Dalam tarian tersebut mereka membawakan Tarian Wiwaha yang merupakan tarian kontemporer. Dengan gaya energik, tarian tersebut mendapat sambutan tepuk tangan yang meriah dari para pemirsanya. Tidak ketinggalan juga jurusan PBSI mempersembahkan  Tarian Jaipong. Tak lupa, Pojok Seni Tarbiyah pun turut memeriahkan acara ini.
Puncak dari acara Pestarama Jilid III adalah Apresiasi untuk Akhudiat Maestro Darmawan Indonesia. Akhudiat merupakan penulis naskah skenario drama. Selain itu, ia juga menulis cerita pendek, puisi dan buku non-fiksi. Karyanya juga diapresiasi Andri Lazuardi yang termasuk penggiat teater.
Menurut Lazuardi, Akhudiat telah menemukan naskah Dewa Mabuk dan Dua Dengung yang hilang. “Akhudiat pun pernah memainkan naskah itu pada saat masih muda, ternyata naskah itu masih disimpan temannya, yakni Rendra,  dan naskah tersebut asli,” kata Andri Lazuardi, Senin (23/4).
Begitu pun Radhar Panca Dhana seorang Federasi Teater Indonesia memberikan apresiasi untuk Akhudiat. “Akhudiat memang pantas mendapat pujian-pujian dan mencontohlah Akhudiat dari karya-karya dan kelebihannya,” tuturnya, Senin (23/4).
Menurut Ketua HMJ PBSI Siti Fatimah Nur Azma, kegiatan ini telah berlangsung selama seminggu, sejak 17 hingga 23 April. Ia juga menyatakan, tujuan diadakannya acara ini untuk menghargai sastrawan Indonesia. “Mungkin tujuannya sangat sederhana tapi maknanya mendalam,” ujarnya, Senin (23/4).
Lebih lanjut, ia menuturkan, acara Pestarama bermaksud memperkenalkan sastrawan Indonesia. Kedepannya,Pestarama juga menjadi salah satu festival yang dinanti mahasiswa jurusan PBSI. “Semoga Pestarama empat dapat diadakan lagi,” ucapnya, Senin (23/4).
Salah seorang pengunjung Mahasiswi PBSI Nabila Zakia mengatakan, Pestarama yang memuat kajian drama juga termasuk salah satu mata kuliah di jurusan PBSI. Tiap tahunnya Pestarama mendatangkan Sastrawan Indonesia sekaligus memberi gambaran tentang kajian drama bagi mahasiswa baru.Pengennya Pestarama juga lanjut untuk adik-adik kelas,” tuturnya, Senin (23/4).
ND

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Cerita dari Tanah Pengasingan
Next post Representasi Perjuangan Wanita Lewat Seni