Mengenang Reformasi 1998

Mengenang Reformasi 1998

Read Time:4 Minute, 6 Second
Mengenang Reformasi 1998
Kericuhan serta perlawanan terjadi antara pihak kepolisian dan aktivis. Sehingga para aktivis saling menjaga serta melindungi diri dalam perubahan mekanisme era reformasi 1998.

Kondisi sosial politik di Indonesia sangat mencemaskan dalam masa pemerintahan era Soeharto pada tahun 1997. Banyak Terjadi krisis moneter, barang-barang sembako yang sulit didapat, biaya hidup yang mahal, dan terbungkamnya demokrasi. Masyarakat mulai mengalami kejumudan terhadap pemerintahan yang telah berkuasa selama 32 tahun.

Sehingga muncul Mahasiswa sebagai agen perubahan. Mahasiswa mulai melakukan serangkaian aksi solidaritas. Aksi tersebut bertujuan terhadap isu  lokal yang tak lain penghilangan dan pembunuhan aktivis. Tak hanya itu, kini isu lokal berubah menjadi isu nasional. Alhasil, timbul Puncak aksi yang dilakukan dalam skala nasional oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia adalah dengan menduduki gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Senayan saat reformasi 1998.

Dalam hal ini bukan hanya mahasiswa yang mengikuti serangkaian aksi. Mahasiswi pun turut serta ke jalan-jalan dan gedung DPR. Bersama-sama tanpa memandang jenis kelamin dan bias secara gender, mahasiswa dan mahasiswi bertekad untuk menjadi agen perubahan dalam sejarah Indonesia. Institut berhasil mewawancarai Dosen sekaligus Sekretaris Program Studi (Prodi) Ilmu Politik Suryani yang juga salah satu aktivis mahasiswi. Ia ikut andil dalam reformasi tahun 1998.

Apa latar belakang dan kesan yang teringat saat menjadi aktivis?
Pada saat saya diajak menjadi aktivis oleh bang Ray Rangkuti dalam mengikuti pelatihan secara intens di organisasi luar kampus yaitu Pusat Informasi dan Jaringan Aksi untuk Reformasi (PIJAR) Indonesia. Beberapa mahasiswa dari berbagai kampus melakukan advokasi. Selain itu, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia yang menjadi rumah bersama kelompok aktivis kampus dari berbagai organisasi, sehingga muncullah sebuah konsolidasi. Tak hanya itu, serangkaian aksi 1998, yang berawal dari aksi-aksi  kecil seperti aksi solidaritas dikarenakan kejadian yang dianggap perlu diangkat secara lebih nasional walaupun kasusnya adalah kasus lokal. Aksi dilakukan di UI (Salemba), sepanjang jalan Diponegoro, DPR, Kejaksaan, KPU dengan cara Long March (jalan) tidak dimobilisasi.

Apa melatarbelakangi mengikuti aksi 1998?
Saya harus menjadi bagian perubahan itu, meskipun saya tidak dipandang sebagai sesuatu yang memiliki peran besar, namun, memotivasi diri saya dan berkeinginan memiliki sejarah yang bisa dikenang diri sendiri, saya dapat bangga pada diri sendiri dan saya adalah bagian dari perubahan itu. Saat itu, saya tidak memikirkan hasil yang penting dalam melakukan yang benar. masyarakat sudah tahu bahwa orde baru  telah melakukan kejahatan yang masif selama bertahun-tahun. Lalu orang tua saya mendukung untuk mengikuti aksi perubahan itu, hingga saya merasa nyaman.

Setelah mengikuti aksi 1998, apakah pengaruh reformasi langsung dirasakan?
Ketika Soeharto turun dari singgasana kekuasaan. Sistem secara perlahan berubah, kesadaran politik masyarakat bermunculan. Salah satu indikatornya, kami para mahasiwa menduduki DPR. Kami tidak satu detik pun kekurangan makan. Masyarakat memberi sumbangan yang berlimpah. Hal ini mengindikasi masyarakat menyambut baik akan ada perubahan, mereka menghendaki perihal itu. Akan tetapi, mereka tidak punya kekuatan cukup untuk menjadi pressure group. Karenanya berharap pada kekuatan mahasiswa dan beberapa elit politik nasional yang lain. Kebebasan berorganisasi pun lebih terbuka dengan muncul banyaknya partai-partai politik. Hal ini pun dipersiapkan guna menyambut pemilu di tahun 1999.

Di saat aktivis perempuan melakukan aksi 1998, bagaimana kondisi di lapangan?
Disitu banyak terjadi kericuhan, serta perlawanan antara pihak kepolisian dan pihak aktivis. Banyak teman teman saya dipukul, ditarik-tarik. Tapi, kita menyelamatkan diri dari kericuhan tersebut. Hingga kita membangun koordinasi bersama-sama. Hal itu yang didapat saat mempelajari pelatihan aksi di PIJAR.

Tepatnya di depan Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sana ada pos, saya pun naik dan berorasi. Saya mendapat teguran bukan hanya dari pihak kepolisian tapi juga dari pihak kampus, yaitu oleh dekan dan dosen pembimbing akademik saya. That’s a life, itu tidak menggugurkan tekad saya yang telah kita bangun bersama teman teman untuk bisa menjadi bagian dari agen perubahan.

Bagaimana tanggapan ibu terhadap reformasi 1998 dan peran mahasiswi saat itu?
Peran mahasiswi sangat besar. Bahkan banyak dari teman-teman perempuan lebih berani dibandingkan dengan laki-laki. Hingga saat itu, memang tidak membangun sekat antara laki-laki dan perempuan, jadi kita tidak peduli saat itu. Ini menjadi sesuatu yang bukan karena kita laki-laki atau perempuan untuk menjadi berani tetapi karena kita memiliki tekad untuk menjadi bagian dari agen perubahan itu.

Bagaimana tanggapan ibu terhadap mahasiswa dan mahasiswi  yang ada saat ini?
Sangat memprihatinkan, pertama daya kritis mahasiswa menjadi sangat rendah. Terpengaruh oleh sistem kampus secara sistemik, sistem pembelajaran dan kenyamanan suasana kondisi sosial politik yang sudah dirasakan sekarang. Semua saat ini mudah, mahasiswa atau mahasiswi saat ini dimanjakan dengan fasilitas yang ada.

Dulu kita tidak punya tuntutan yang sifatnya materiel dan berlebihan sehingga kita punya banyak waktu untuk bisa menggeluti hal-hal yang sifatnya non materiel. Tidak punya target apa-apa. Selain itu, kita juga membuat waktu yang lebih produktif. Semisal saya lebih memilih terlibat di organisasi-organisasi diskusi seperti Formaci. Lalu bersama bang Ray, bang Ace dan mas Anik membuat Lingkar Studi Advokasi dan Demokrasi. Kita mampu membuat diri kita terlibat dengan organisasi di luar. Saya juga aktif di organisasi perempuan.

NVM

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Tabloid Edisi 56
Kontradiksi Keabsahan dan Implementasi Cryptocurrency pada Investasi Syariah Next post Kontradiksi Keabsahan dan Implementasi Cryptocurrency pada Investasi Syariah