Perbudakan Perempuan Dalam Perang

Perbudakan Perempuan Dalam Perang

Read Time:4 Minute, 13 Second
Perbudakan Perempuan Dalam Perang
Judul Film : Snowy Road
Genre : Drama Sejarah
Durasi : 121 menit
Tanggal Rilis : 1 Maret 2017
Peperangan selalu menyajikan luka dan lara, rintihan hanya menjadi tontonan ulah kebengisan sesama insan. Di sisi lain, perempuan menjadi objek paling rentan akan perbudakan, tidak ada nilai kemanusiaan dalam perang. Kekalutan tersebut tercermin jelas pada pertempuran Jepang dan Korea tahun 1944. Bukan hanya ekspansi wilayah, perempuan pun menjadi korban eksploitasi seks kebiadaban tentara Jepang. 
Dua gadis bernama Choi Jong Boon (Kim Hyang-gi) dan Kang Young Ae (Kim Sae-ron) tinggal di pedalaman Korea pada masa Penjajahan Jepang. Latar belakang keduanya sangat berbeda. Jong Boon merupakan gadis tuna aksara yang miskin dan Young Ae sosok cerdas dari keluarga berkecukupan. Young Ae bersekolah di sekolah milik Militer Jepang, ia sangat fasih berbahasa Jepang. Sedangkan Jong Boon lebih banyak menghabiskan waktu di desa membantu ibunya.
Suatu hari Jong Boon mengantar selimut ke rumah orang tua Young Ae, kebetulan ia bertemu dengan Young Ae. Jong Boon terpukau melihat Young Ae, sayangnya tak ada obrolan di antara mereka. Raut tak suka terpancar dari wajah Young Ae atas Jong Boon, lain hanya Jong Boon yang mengaguminya. Karena kekagumannya, Jong Boon pun ingin mengikuti jejak Young Ae bersekolah. Namun sayang, ibunya tidak menyetujui karena masih berpandangan bahwa wanita lebih baik di dapur dan menikah.
     
Masalah mulai mucul ketika segerombolan tentara Jepang masuk ke desa. Karena kekurangan personel, tentara Jepang memaksa pemuda desa bertempur untuknya. Young Ae memilki seorang kakak laki-laki bernama Young Jo yang tak luput dari paksaan. Young Ae berusaha menahan, akhirnya ia tak mampu mencegah kakaknya pergi. Pada saat kejadian, Joong Boon berada di tempat perkara  dan sontak berusaha membangunkan Young Ae yang terjatuh.
Semenjak dari kejadian penangkapan itu, keadaan desa mulai tidak aman. Ibu Jong Boon sangat khawatir dan membatasi kegiatan Jong Boon dan adiknya. Ibunya menyembunyikan anaknya di bawah tanah, saat itu juga Tentara Jepang datang menyidak rumah Jong Boon. Karena kecekatan ibunya, Jong Boon dan adik laki-lakinya Jong Kil bisa lolos dari penangkapan Tentara Jepang.
Sayangnya, keberuntungan tidak selalu berpihak kepada Jong Boon. Saat ibunya meninggalkan Jong Boon dan Jong Kil untuk berjualan ke luar desa, mereka harus melewati peristiwa yang sangat memilukan hati. Pada malam saat mereka berdua tidur, sekelompok pria mendatangi rumahnya dan menculik Jong Boon. Itulah akhir dari Jong Boon melihat adiknya.
Jong Boon dibawa ke dalam kereta dan dimasukkan ke dalam ruangan. Ruangan tersebut berisi perempuan yang sama sepertinya. Namun ada seseorang yang menarik perhatian Jong Boon. Orang itu adalah Young Ae. Young Ae tadinya memimpin parade gadis di sekolahnya ternyata dikhianati oleh Tentara Jepang. Young Ae mengira dirinya akan dikirim ke Jepang ternyata hanya akan dijadikan perempuan hibur untuk para tentara.
Seluruh perempuan tahanan dibawa Tentara Jepang ke rumah bordil, di sana mereka diperlakukan sebagai pelacur. Young Ae yang memiliki prinsip kuat, memilih untuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan Jong Boon, memilih untuk sabar dan bertahan hidup. Young Ae memberontak dengan tetap mempertahankan bayi yang ia kandung. Namun madam yang mengurus pelacur di rumah bordil itu bersikeras menggugurkan bayi Young Ae, alhasil ia pun keguguran.
Keguguran membuat gelap dan hampa bagi Young Ae. Keadaan tersebut membuat Jong Boon dan Ayako tak tinggal diam, mereka berusaha semaksimal mungkin memberikan warna hidup bagi Young Ae. Kesengsaraan di rumah bordil juga dialami Ayako, sakit kulit menjadikan wajah Ayako buruk rupa. Dalam keadaan ini, ia menaruh harapan akan segera terbebas dari tempat yang merenggut mimpi-mimpinya. Tetapi mimpi tak berujung nyata, keadaannya membuat ia harus mati tertembak peluru.
Kejanggalan sikap Tentara Jepang begitu mencurigakan bagi Young Ae. Dalam keadaan putus asa, sulit baginya dan juga Jong Boon untuk keluar dari rumah bordil. Namun, kesempatan selalu tersedia di saat ada usaha. Malam hari pesta meriah diadakan di rumah bordil, mereka pun mengambil kesempatan untuk kabur. Ketika usaha mereka hampir herhasil, nahas Tentara Jepang menembaki Young Ae. 
Di tengah perjalanan, Young Ae sudah banyak kehilangan darah dan memutuskan untuk beristirahat. Di sinilah akhir perjalanannya bersama Jong Boon. Young Ae memaksa Jong Boon untuk terus melangkah meninggalkan ia sendiri. Jong Boon dengan berat hati meninggalkan Young Ae yang sekarat. Jong Boon akhirnya tiba di desanya dengan sesak di hati melihat keadaan desa tak seperti semula. Dengan tegar, Jong Boon melanjutkan hidupnya dengan menggunakan nama samaran sebagai Young Ae.
Selama bertahun-tahun hidup, Jong Boon tidak mau membuka suara atas pengalaman yang menimpa. Hingga akhirnya ia bertemu dengan anak Sekolah Menengah Atas (SMA) yang nakal. Anak SMA itu berujar agar ia tak perlu malu menjelaskan peristiwa yang dialaminya. Akhirnya Jong Boon mengurus surat kematian Young Ae. Setelah pasca kemerdekaan, pemerintah Korea Selatan mengangkat masalah perbudakan Militer Jepang dengan tidak akan pernah memaafkan Jepang atas kejadian itu kapan pun.
Kelebihan dari film bertajuk “Snowy Road” ini, penonton dibuat sadar akan keberadaan perempuan. Hak perempuan perlu diperhatikan dan dijaga. Film dengan durasi waktu 2 jam 1 menit ini juga menunjukkan bahwa tidak perlu menyandang profesi tentara untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dengan menjadi perempuan yang kuat dan berprinsip, perempuan bisa menjadi bagian dari pergerakan kemerdekaan. Film bergenre drama historis ini  juga mempunyai kelemahan, alurnya yang maju mundur dapat membuat penonton kebingungan akan konten yang dimuat.

DBA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Awas UKT Naik Previous post Awas UKT Naik
Jeritan Bisu May Next post Jeritan Bisu May