Mahasiswa: Lebaran di Ciputat Aja

Mahasiswa: Lebaran di Ciputat Aja

Read Time:2 Minute, 38 Second

Mahasiswa: Lebaran di Ciputat Aja

Lebaran identik dengan mudik, biasa dijadikan momentum yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat di kampung halaman. Hasrat tersebut seakan tak bisa terbendung lagi bagi setiap orang. Banyak orang yang rela untuk merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli tiket yang melambung tinggi menjelang lebaran. Bukan hanya itu, sebagian orang pun rela berdesak-desakan di dalam transportasi umum untuk bisa mudik. Tak jarang juga, beberapa orang memilih untuk mengendarai kendaraan pribadi berpuluh-puluh hingga ratusan kilometer.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, lebaran kali ini cukup memprihatinkan. Saat ini, Indonesia tengah dilanda pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang semakin hari semakin meningkat jumlah pasien positifnya. Dalam situasi yang genting ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 seperti memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), physical dan social distancing, serta mengimbau masyarakat untuk selalu berada di dalam rumah. Semua kebijakan yang telah diterapkan harus dipatuhi oleh masyarakat atau akan dikenakan denda hingga sanksi sosial jika melanggar.

Aturan yang telah ditetapkan pemerintah menuai berbagai reaksi dari masyarakat, termasuk dari kalangan mahasiswa. Ada hal unik yang terjadi menjelang lebaran ini. Salah satu Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Sarjan rela melakukan perjalanan ke kampung halaman dengan cara berjalan kaki dari Ciputat hingga Bima, Nusa Tenggara Barat. Mahasiswa semester 6 tersebut nekat melakukan hal itu demi dapat berkumpul dengan sanak keluarga. Mudik dengan jalan kaki dilakukan Sarjan sejak Minggu (26/4). Ia menargetkan akan sampai di kampung halaman sebelum lebaran. “Saya sudah mempersiapkan bekal yang cukup sebelum mudik serta menyimpan segala keperluan lainnya,” tutur Sarjan, Sabtu (23/5).

Berbeda dengan Sarjan, Quraish Shihab justru memilih untuk tetap berada di area Ma’had Al-Jami’ah UIN Jakarta. Ia merayakan Idulfitri bersama muddabir teman-teman ma’had lainnya, menutupi sepinya jauh dari keluarga. Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab itu memilih untuk tidak pulang kampung meskipun orang tuanya telah menyuruh Shihab untuk segera pulang ke rumah. Hal tersebut Shihab lakukan guna mematuhi instruksi langsung dari pemerintah Indonesia untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. “Risiko untuk pulang kampung sangat besar karena kita tidak tahu apakah kita membawa virus tersebut atau tidak ke kampung halaman,” tutur Shihab ketika diwawancarai via WhatsApp, Selasa (19/5).

Bukan hanya mahasiswa yang berada di Ma’had yang memilih untuk tidak mudik. Mahasiswa lain pun yang tinggal di indekos turut memilih untuk menetap. Seperti Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab Maya Rohmayati dengan alasan yang tidak jauh beda yaitu untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Rohmayati mengungkapkan,alasan lain untuk untuk tetap berada di kos ialah agar menghemat ekonomi dan beban keluarga. “Ada rasa haru dan sedih karena tidak pulang ke Ciamis, Jawa Barat. Jadi, hanya silaturahim melalui WhatsApp,” ujarnya, Senin (25/5).

Cerita lain dari Abdurrahman Ad-Dakhil dengan pertimbangannya untuk tidak pulang ke kampung halaman mengingat harga tiket yang meroket. Bahkan, Abdurrahman sempat memesan tiket namun tiket yang telah dipesan justru dibatalkan oleh pihak Kereta Api Indonesia. Menutupi kesedihan akibat tidak mudik, ia pun turut aktif mengembangkan potensi diri dengan mengikuti program di luar perkuliahan. “Selama berada di kosan, saya menulis, mengikuti diskusi online, mengikuti program beasiswa, menjadi relawan,pungkas Abdurrahman yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur tersebut, Selasa (19/5).

Amrullah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Telaah Takrif ‘Islam Kaku’ Previous post Telaah Takrif ‘Islam Kaku’
Ulah Masyarakat Versus Protokol Pemerintah Next post Ulah Masyarakat Versus Protokol Pemerintah