Keberagaman Pulihkan Alam dan Lingkungan

Keberagaman Pulihkan Alam dan Lingkungan

Read Time:2 Minute, 22 Second
Keberagaman Pulihkan Alam dan Lingkungan


Judul: SEMESTA

Sutradara: Chairun Nissa

Perusahaan Produksi: Tanakhir Films

Produser: Nicholas Saputra & Mandy Marahimin

Tanggal Rilis: 30 Januari 2020 (Indonesia)

Durasi: 90 menit

Permasalahan lingkungan sering kita jumpai di pelbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Sebuah film dokumenter berjudul SEMESTA mengangkat isu tersebut beserta solusi yang memungkinkan.

Hanya sekitar tujuh persen wilayah laut di dunia yang merupakan wilayah yang dilindungi. Naiknya temperatur air laut membuat makin banyak kerusakan habitat terumbu karang akibat pemutihan karang. Dengan menjaganya, kita—manusia—member biota laut punya kesempatan untuk melakukan regenerasi.

Tak dapat dipungkiri, perubahan iklim selama beberapa dekade terakhir menjadi salah satu perbincangan dan isu penting di seluruh dunia. Menjaga lingkungan atau kelestarian alam menjadi kewajiban kita sebagai makhluk hidup. “Hal terpenting yang harus kita sadari di dalam kehidupan ini, alam itu sesuatu yang sebetulnya tidak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia.” Itulah yang Iskandar Waworuntu—satu dari tujuh tokoh inspiratif dalam film SEMESTA—katakan.

Misal, upaya tersebut dilakukan oleh Almina Kacili bersama Kelompok Wanita Gereja di Kapatcol, Papua Barat. Mereka melakukan suatu tradisi, yaitu sasi—kearifan lokal guna melindungi wilayah dari eksploitasi, terutama nelayan-nelayan yang menggunakan peralatan ilegal. Tak hanya Papua, Bali juga menjadi sorotan di sini.

Misalnya dalam Agama Hindu, Tokoh Budaya Tjokorda Raka Karthyasa bersama segenap umat Hindu di Ubud, Bali menjadikan momentum Hari Raya Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta. Pada menit ke-9 detik ke-30, Tjokorda Raka Karthyasa menjelaskan, saat Nyepilah alam mengadakan pembenahan diri sementara. Walaupun hanya satu hari dalam setahun, itu bisa  memberi dampak secara makro dan mikrokosmos yang luar biasa.

SEMESTA adalah film dokumenter yang disutradarai oleh Chairun Nissa dan diproduksi oleh Tanakhir Films. Film yang juga diproduseri oleh Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin ini berkisah tentang tujuh sosok di tujuh daerah berbeda di Indonesia, yaitu Aceh, Bali, Yogyakarta, Jakarta, Kalimantan, Flores, hingga Papua.

Ketujuh sosok yang berperan dalam film ini dipilih untuk mewakili manusia dan alam Indonesia yang beragam. Mereka bergerak menekan dampak perubahan iklim dengan merawat alam Indonesia atas dorongan agama, kepercayaan, dan budaya masing-masing. Lima figur lain yang berperan ialah Agustinus Pius Inam, Romo Marselus Hasan, Muhammad Yusuf, Iskandar Waworuntu, dan Soraya Cassandra. Mereka juga memiliki satu visi, yaitu berusaha keras merawat Indonesia.

SEMESTA sebelumnya berhasil menjadi nominasi dalam kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia pada 2018. Tak hanya itu, film ini juga terseleksi dan telah melakukan World Premier di Suncine International Invironment Film Festival (SIEFF) yang berlangsung di Barcelona, Spanyol, pada 6—14 November 2019. SIEFF merupakan sebuah festival film di Barcelona yang khusus untuk film dokumenter yang bertemakan lingkungan.

Film dokumenter yang diproduseri oleh aktor sekaligus pendiri Tanakhir Films—Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin—memberi pelajaran bagi para penontonnya tentang pentingnya lingkungan bagi kelangsungan makhluk hidup. SEMESTA menyajikan alur yang ringan.Tak ada adegan yang menampilkan dampak dari pemanasan global, tetapi lebih fokus pada langkah nyata yang dapat manusia lakukan untuk mencegahnya.

Herlin Agustini

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Gaya Baru Gerakan Literasi Previous post Gaya Baru Gerakan Literasi
Problematik Zoom Premium dalam PJJ Next post Problematik Zoom Premium dalam PJJ