Film : Hiruk-Pikuk si Al-Kisah (The Science of Fictions)
Sutradara : Yosep Anggi Noen
Genre : Drama
Rilis : 10 Desember 2020
Durasi : 106 Menit
Film yang berjudul Hiruk-Pikuk si Al-Kisah atau The Science of Fictions menceritakan tentang seseorang yang bernama Siman, seorang pria yang menjadi satu-satunya saksi akan konspirasi yang terjadi pada dunia, dirinya menyaksikan pendaratan astronaut pertama di bulan. Tetapi, pendaratan itu palsu alias hanya syuting belaka yang terjadi di sebuah padang pasir terlarang dekat desa tempat tinggal Siman. Keberadaan Siman segera diketahui oleh salah satu aparat penjaga. Ia pun ditangkap dan dipaksa untuk menggigit lidahnya, bahkan si aparat penjaga memotong setengah lidahnya,
Semenjak kejadian itu,dirinya tak bisa bicara lagi. Ia Mencoba untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat tentang kebohongan pendaratan di bulan dan pengungkapan sejarah, melalui gerakan lambat menyerupai aktor yang menjadi astronot di padang pasir. Namun, masyarakat tidak mengerti dan mereka malah menganggap Siman gila dan bodoh. Karena hal tersebut ibu Siman depresi kemudian mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Latar film yang tadinya di era 1960-an kini berubah menjadi tahun 2023, dimana Siman bekerja sebagai pengangkut barang di pasar. Ia telah meninggalkan rumahnya yang lama, untuk membangun sebuah pesawat luar angkasa dari perabotan rumah lamanya yang disusun sedemikian rupa.
Siman yang kini pun tetap ingin menyampaikan fakta yang ia temui dahulu, gerakan lambat Siman selalu ia terapkan.. Namun ada beberapa adegan juga yang menampilkan bahwa Siman hanyalah manusia biasa. Ia berjalan biasa ketika marah, ia bisa kesal saat upah kerjanya tidak dibayarkan dan ia juga memiliki rasa tertarik terhadap lawan jenisnya. Siman yang sudah dikenal oleh seluruh masyarakat desa karena gerakan lambatnya, membuat kehebohan masyarakat dari desa lain, hingga suatu hari banyak masyarakat yang mengambil foto Siman dan rumahnya yang berbentuk pesawat luar angkasa itu.
Film ini menggambarkan bagaimana manusia menjadi korban dari masa lalu yang tak manusiawi dan masa kini yang mengedepankan kepentingan pribadi. Tokoh Siman di film ini menjadi cerminan dari korban yang masih fokus mengenang luka dan trauma pada masa lalu. Respon masyarakat terhadap kebisuan Siman yang membawa sebuah fakta, seolah dihiraukan oleh masyarakat seakan mengungkapkan sifat manusia yang tak berubah dari jaman ke jaman.
Bagi penikmat film yang disutradarai oleh Yosep ini bisa dinikmati dari berbagai sudut pandang sejarah dan politik, juga dicerna buku. Film ini pun memiliki nilai tambah tersendiri dikarenakan sinematografi yang apik dan mulus. Namun karena alur dari cerita ini tidak terlalu menjelaskan sebab akibat yang jelas dan konkrit, penonton disarankan untuk tidak meninggalkan adegan demi adegan agar tidak melewatkan makna dari film ini. Tak hanya itu juga, penonton akan disajikan visual film yang menggambarkan realitas kehidupan akan masyarakat desa baik pada era dahulu maupun era sekarang.
Sosok Gunawan Maryanto yang memerankan tokoh Siman adalah orang pertama yang memenangi piala Citra aktor terbaik tanpa bicara sepatah kata pun di film yang ia bintangi. selama film ini berlangsung Gunawan benar-benar tidak berbicara dikarenakan lidahnya yang telah dipotong di awal film. Tak hanya Gunawan, beberapa aktor dan aktris pun mampu menjadi sosok yang tepat baik secara emosi ekspresi sampai gerak tubuhnya adalah bagian penting yang membuat mereka berhasil tampil membuka di film ini
Film ini merupakan karya yang bagus dan layak untuk dinikmati, terbukti film yang disutradarai oleh Yosep ini mampu memenangkan delapan penghargaan Golden Laurel Awards, dua Golden Globes, AFI Life Achievement Award, National Board of Review of Motions Pictures dan masih banyak lagi. Tak hanya itu film ini juga masuk ke enam puluh tujuh nominasi dan festival film internasional.
Ken Devina
Average Rating