Judul Buku : Suara Rakyat Suara Tuhan
Penulis : Hendri Teja, Dwi Rahmadi Setya Budi, Muhammad Yunus, Ozzi Amedio
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : 2020
Cetakan : Pertama
Jumlah Halaman : 142 halaman
Di berbagai belahan dunia, memasuki era baru demokrasi, gerakan protes sosial marak bermunculan secara massal tanpa pemimpin. Tak ada perintah, tak ada hierarki. Masyarakat sipil semakin menguat, menjadikan setiap orang adalah pemimpin.
Kemerdekaan untuk berbeda ide menjadi salah satu asas demokrasi. Pertarungan gagasan yang menghidupkan perbedaan itu. Oposisi, menjadi etika utama dalam berdemokrasi. Menumbuhkan sikap cermat terhadap geliat kekuasaan. Namun, apa yang terjadi jika pihak oposisi tergiur oleh kekuasaan? Bagaimana jika perlahan oposisi diberangus perlahan dengan dalih “kita harus bersatu?”. Buku ini menguraikan bagaimana keadaan demokrasi dalam kancah global: warga negara aktif mengambil alih, menjamin agar nafas demokrasi tidak pernah berhenti.
Pada puncak 2019, frekuensi protes sosial meningkat di berbagai negara. Menghantam kawasan Asia, Afrika, Eropa, sampai Amerika Latin. Bentuknya beragam; aktivisme media sosial, unjuk rasa, pemogokan, kerusuhan, juga bentrok antara massa dan aparat. Buku ini berusaha menelisik kesamaan isu yang menjadi pemicu maraknya gerakan protes sosial sedunia.
Ketimpangan ekonomi, korupsi, pemilu yang curang, hukum yang diskriminatif, polarisasi, krisis iklim, demokrasi yang gagal pun menjadi sebab masyarakat sipil terus bersuara. Hendri Teja dan kawan-kawannya memberikan contoh sekaligus menguraikannya dalam bentuk tabel kasus protes massal yang terjadi di dunia. Salah satunya, Protes Massal 2019 yang meliputi 34 negara di berbagai benua.
Diantaranya: Prancis dengan protes kenaikan biaya hidup dan beban pajak. Kazakhstan dengan gerakan anti-Tiongkok. Zimbabwe melakukan protes kenaikan BBM hingga 130%. Bolivia dengan unjuk rasa mengenai kecurangan pemilihan Presiden Evo Morales. Kemudian, Irak dengan maraknya koruptor, pengangguran, dan buruknya layanan publik.
Selain pemicu dari masing-masing negara, protes massal semakin meluas karena aktivisme media sosial (Medsos). Dengan adanya medsos memudahkan orang dari penjuru dunia lebih cepat memperoleh informasi mengenai isu-isu tersebut. Mereka semakin menyadari bahwa ketimpangan sosial benar-benar terjadi dan pemerintah telah gagal menjalankan demokrasi. Sehingga memunculkan rasa simpati bahkan empati dari orang yang pada mulanya tidak saling kenal. Perlawanan dapat digelorakan oleh akun medsos melalui teriakan tagar.
Setiap orang memegang kendali untuk mendukung atau menentang. Berbeda dengan gerakan protes sosial terdahulu, butuh tokoh-tokoh kharismatik, seperti Lenin, Mao Zedong, atau Ayatolah Khomeini untuk memotivasi dan berorasi di depan masyarakat sipil. Dalam buku Suara Rakyat Suara Tuhan, menjabarkan bahwa revolusi dapat terjadi tanpa pemimpin. Setiap individu cenderung melakukan perlawanan dengan sifat inisiatif personal.
Buku ini menyajikan sebuah data sejarah, penyebab, sekaligus dampak dari kegagalan negara dalam menjalankan sistem demokrasi. Menariknya, buku ini tidak menyajikan data pemicu gerakan protes masyarakat sipil dari negara asal penulis, yaitu Indonesia. Meskipun begitu, kasus-kasus pemicu protes massal yang disajikan memiliki potensi yang sama dengan situasi di Indonesia saat ini.
Penulis: Hany Fatihah Ahmad
Editor: Nur Hana Putri Nabila
Average Rating