Solidaritas Tanpa Henti untuk Negeri Para Nabi

Solidaritas Tanpa Henti untuk Negeri Para Nabi

Read Time:2 Minute, 49 Second

Melihat penindasan tak berujung yang dilakukan Israel terhadap Palestina, UIN JKT SJP kembali gelar aksi. Aksi itu juga untuk mengingatkan kembali mahasiswa agar terus memberikan atensi terhadap Palestina.


Semenjak agresi militer Israel ke Palestina pada 1948, banyak terjadi saling serang antara kedua belah pihak. Mengutip dari cnbcIndonesia.com, setidaknya telah terjadi puluhan penyerangan oleh Israel terhadap Palestina. Terlebih lagi, dukungan dari Negara-Negara Barat menambah masifnya agresi Israel tersebut.

Tujuh Oktober 2023, kelompok pembebasan Palestina, Hamas meluncurkan serangan ke Israel. Serangan yang mereka sebut “Operasi Badai Al-Aqsa” itu merupakan bentuk perlawanan atas penjajahan Israel. Dikutip dari kompas.com, Juru Bicara Hamas, Khaled Qadomi menyebut serangan tersebut sebagai respons Palestina terhadap kekejaman Israel selama beberapa dekade.

Pasca berlangsungnya “Operasi Badai Al-Aqsa”, Israel kian gencar melakukan serangan terhadap Palestina. Serangan membabi buta Israel tak hanya menargetkan militer Hamas. Ribuan warga sipil turut menjadi korban penyerangan tersebut. Menurut otoritas kesehatan Gaza, korban warga Palestina mencapai 42.000 orang.

Hingga minggu lalu, Senin (14/10), Israel masih meluncurkan serangan udara ke halaman Rumah Sakit (RS) Martir Al-Aqsa. Berdasarkan pemberitaan detik.com, serangan tersebut menyasar tenda pengungsian sehingga membuat beberapa penduduk tewas terbakar. Sedikitnya empat warga tewas, dan beberapa lainnya mengalami luka bakar serius.

Melihat serangkaian penderitaan penduduk Palestina, warga dunia ramai-ramai melakukan aksi solidaritas bela Palestina. Puluhan aksi dilakukan untuk menuntut Israel menghentikan serangannya terhadap Palestina. Aksi serupa ikut berlangsung di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selasa (22/10), civitas academica UIN Jakarta yang tergabung dalam UIN JKT Student for Justice in Palestine (SJP) menggelar aksi bela Palestina di kampus satu UIN Jakarta. Kegiatan berawal dengan pengitaran kampus, lalu berhenti di parkiran Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Di sana, beberapa peserta bergantian menyampaikan orasi. Menjelang magrib tiba, peserta aksi bergeser ke gedung Rektorat untuk membacakan tuntutan. Aksi berakhir dengan sholat ghaib bersama di Masjid Student Center (SC).

Aksi yang berlangsung sore itu merupakan bentuk representasi dari hastag #bersuarasampaimerdeka. Pelaksanaannya sengaja bertepatan dengan Hari Santri Nasional (HSN) guna merefleksikan jihad atas kemerdekaan Republik Indonesia (RI). “Tentunya spirit itu harus sama-sama kita tanamkan kepada kemerdekaan Baitul Maqdis,” ungkap Adi Zulfa Fauzi selaku Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid yang menjadi promotor aksi itu, Selasa (22/10).

Selain menggelar aksi, UIN JKT SJP kerap melakukan diskusi soal Palestina. Hal itu merupakan wujud dari tujuan UIN JKT SJP untuk mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya Baitul Maqdis. Harapannya, mahasiswa tidak menormalisasi dan turut merespons penjajahan yang terjadi di Palestina. “Sederhananya dengan bagaimana kita mengekspresikan lewat aksi, doa, boikot, dan tentunya tangan-tangan yang bersosial media harus kita menangkan,” ujarnya.

Dalam orasinya pada aksi itu, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UIN Jakarta, Irfan Rahmad Hutagulung mengecam tindakan Israel di Palestina. Irfan turut mengecam keras pemerintah Negara Barat yang terus mendukung genosida Israel. Menurutnya, genosida yang menimpa penduduk Palestina tak seharusnya terjadi di era modern sekarang.

Hal serupa turut disampaikan Koordinator Bidang Anak Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta, Nadya Kharima saat berorasi. Nadya menyoroti kondisi pilu perempuan serta anak-anak di Palestina. Menurutnya, anak-anak yang seharusnya menikmati masa bahagianya harus menerima realita kehidupan keras akibat penjajahan Israel. Begitupun perempuan, harus menanggung peran ganda melindungi dan menguatkan putra-putrinya saat ayahnya tiada. Mirisnya lagi, perempuan dan anak ikut menjadi korban.

“Mari kita ingat bahwa perjuangan mereka adalah perjuangan kita juga,” pungkas Nadya, Selasa, (22/10).

Reporter: Muhammad Arifin Ilham

Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Teror Digital Menghantui Pengguna Previous post Teror Digital Menghantui Pengguna
Kembali Ramainya Blok M Square Next post Kembali Ramainya Blok M Square