Read Time:2 Minute, 53 Second
Implementasi Tridarma Perguruan Tinggi tak selalu Kuliah Kerja Nyata (KKN). Membina desa pun salah satu bentuk pengabdian.
Bukan hanya mengikuti belajar di kelas, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi agen perubahan di mana pun berada. Berbagai macam bentuk kegiatan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat. Bahkan perguruan tinggi pun menyediakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang fungsinya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Pengabdian kepada masyarakat pun tak hanya berbentuk KKN saja. Bahkan beberapa organisasi mahasiswa telah membuka tempat mengabdi dengan menyelenggarakan desa binaan. Tak jarang, inisiatif kegiatan disebabkan karena kondisi masyarakat setempat yang memprihatinkan. Seperti kondisi pendidikan, kesehatan sosial serta lingkungan desa tersebut yang perlu mendapat binaan. Maka, mahasiswa yang punya kepedulian sosial yang tinggi meluncurkan program desa binaan.
Hal itulah yang membuat mahasiswa yang tergabung dalam Beastudi Etos Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan kegiatan desa binaan yang bernama Desa Produktif Rengas. Menurut Ketua Desa Produktif Ach. Wasila Amin desa binaan mereka sudah berjalan dari tahun 2015. Wilayah yang menjadi tempat binaan yaitu Desa Rengas, Tangerang Selatan, Banten.
Lebih lanjut, menurut mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos itu pemilihan tempat desa binaan tersebut berdasarkan pelbagai aspek. Pemilihan desa pun berdasarkan Assessment Area kemudian menyusun rencana strategis untuk menjadikan Desa Rengas yang mandiri. “Kita melihat dari segi aspek pendidikan, ekonomi, budaya dan sosial,” ujar Wasila, Rabu (11/4).
Desa binaan bisa kembali menghidupkan budaya yang positif. Menurut Wasila, mahasiswa yang jadi relawan Desa Rengas dapat melakukan pengajaran dua kali dalam seminggu di Taman Pengajian Alquran. Bahkan setiap hari Jumat selalu diadakan program marawis. “Desa Rengas itu kan punya potensi Marawis, kita ingin menghidupkannya kembali,” tutur mahasiswa semester enam itu, Rabu (11/4).
Tak hanya Desa Produktif Beastudi Etos, kegiatan yang sama juga dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Farmasi. Di bawah Departemen Pengabdian Masyarakat (Pemas), para mahasiswa Farmasi menyelenggarakan desa binaan di Kampung Dungus Biuk Desa Babakan Kecamatan Tenjo Bogor.
Adapun program binaan di Desa Babakan yaitu edukasi kepada masyarakat setempat. Menurut Ketua Departemen Pemas Laila Tsani kegiatan tersebut salah satunya pengajaran bahasa inggris yang ditujukkan kepada siswa Madrasah Tsnawaniyah. “Jadi pengajarannya yang kita berikan bersifat keilmuan,” ungkap mahasiswa semester enam itu, Jumat (13/4).
Selain itu, terdapat juga pembinaan bagi kaum hawa tentang cara menanam tanaman obat. Ke depannya, lanjut Laila, di Desa Babakan akan didirikan mandi cuci kakus bagi masyarakat. Untuk itu, Departemen Pemas pun akan mencari donatur untuk mewujudkan program tersebut.
Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syarif Hidayatullah (Syahid) pun juga mempunyai program desa binaan. Menurut Ketua Koordinator Ikhwan Pos Solidaritas Umat (PSU) Ahmad Baydhowi bahwa fokus pada pembinaan pendidikan anak-anak. Selain itu, nantinya terdapat pembinaan ekonomi kreatif.
Desa binaan LDK Syahid terletak di Jalan Mawar Ciputat. Mayoritas masyarakat setempat bermata pencaharian pemulung. Oleh karena itu, mahasiswa yang terlibat di desa binaan tersebut memberikan materi pendidikan dengan mengajar kepada anak-anak. Baydhowi pun menambahkan setiap Idul Adha menyelenggarakan kurban untuk dibagikan kepada warga sekitar.
Adanya desa binaan yang dikelola mahasiswa mendapat tanggapan dari Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Djaka Badranaya. Menurut Djaka kegiatan semacam ini perlu diberi ruang oleh PPM seperti tidak perlu mengikuti KKN. “Saya yakin mahasiswa UIN banyak memiliki kecenderungan untuk menjadi relawan,” ujarnya, Senin (16/4).
Akan tetapi menurut Djaka, KKN yang mengunakan konsep sebagai relawan tidak dapat berjalan lancar. Ia pun pernah mengajukan konsep ini pada 2015 namun tidak mendapat dukungan dari pihak rektorat. Bahkan penolakan konsep ini juga terdapat dalam internal seperti dari administrasinya yang sulit serta secara teknis juga sulit untuk dilaksanakan.
Hidayat Salam
Average Rating