Read Time:2 Minute, 38 Second
Di tengah redupnya diskusi mahasiswa, Rusabesi tetap bertahan dengan coraknya. Tak heran jika berbagai karya sastra telah mengudara.
Berawal dari keresahan akan sempitnya ruang diskusi sastra di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Ari Setiawan, Rahmat Edi Sutanto dan M. Adhi Kurnia mendirikan komunitas diskusi. Mereka berusaha menginisiasi komunitas ini untuk melangsungkan diskusi sastra yang bebas dari campur tangan politik.
Dalam ruang lingkup kampus, kebanyakan komunitas justru mati karena membawa misi politik tertentu. Untuk itu, Zaki beserta kedua kawannya ingin menghadirkan komunitas diskusi dengan membawa misi kajian sastra dan budaya tanpa mengedepankan unsur politik. Bagi mereka, ruang diskusi akademis yang netral dan bebas dari intervensi sangatlah penting. Faktanya, intervensi politik dapat mengeruhkan kegiatan yang berbasis sastra dan budaya.
Dengan mengusung visi belajar sastra dan kebudayaan bersama-sama tanpa intervensi politik praktis, Komunitas Rusabesi berdiri tepat 11 Oktober 2014 dengan mengusung beberapa program kerja. Salah satunya diskusi rutin setiap Kamis yang bertempat di selasar Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Legoso, dan selasar Auditorium Harun Nasution.
Melalui diskusi rutinan dan tadarus puisi, mereka menyalurkan kecintaan para anggota komunitas untuk membedah karya sastra. Salah satunya “Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Sastra Sebagai Media Kritik Budaya” pernah menjadi pembahasan.
Sebelum diskusi berlangsung, terlebih dulu dibuat silabus yang menentukan topik pembicaraan dan daftar karya sastra yang akan dibedah. Pembicara dalam forum berasal dari anggota komunitas Rusabesi sendiri. Karya sastra dibedah dan dikaji secara kompleks, mulai dari fenomena, teori, hingga tokoh pengarang karya sastra pun tak ketinggalan dikupas.
Selain diskusi, Rusabesi juga sering menggelar musikalisasi puisi dalam bentuk teatrikal. Menurut Koordinator Komunitas Rusabesi Adam Alhadi, Rusabesi pernah diundang untuk membawakan musikalisasi puisi dalam acara yang diadakan berbagai fakultas di UIN Jakarta. “Kita juga pernah diundang dalam ASEAN Literacy Festival di Taman Ismail Marzuki,” ucapnya saat ditemui di Selasar FAH, Kamis (5/4).
Selain kegiatan diskusi mingguan, komunitas juga rutin menerbitkan Jurnal Rusabesi setiap 4 bulan sekali. Untuk memperingati hari jadi, Komunitas Rusabesi rutin menggelar syukuran setiap tahunnya. “Sudah dua tahun terakhir acara Syukuran Hari Jadi lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Rangkaian acara Syukuran Hari Jadi diadakan selama seminggu. Mereka mengadakan pameran dan bedah buku. Demi memeriahkan acara tersebut Rusabesi berafiliasi dengan para seniman tanah air, salah satunya Imam Budiman. Melalui acara ini mereka belajar bagaimana seniman merespons karya sastra yang kemudian divisualkan.
Sementara itu, mengenai perekrutan anggota, Rusabesi tidak memberlakukan sistem yang ketat. Mereka mempersilakan bagi siapa saja yang ingin mengikuti diskusi untuk datang ke tempat yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang terhimpun dalam grup WhatsApp, Adam mengaku, kini tercatat ada 63 orang yang telah menjadi anggota. “Biasanya kami sebar flyer terkait agenda kami,” katanya.
Mayoritas anggota komunitas ialah Mahasiswa UIN Jakarta yang tertarik dengan kajian sastra. Bahkan Rusabesi juga terdiri dari Dosen, Musisi, Perupa, Penerjemah, Penyair, Esais dan Cerpenis. Selain dari UIN Jakarta, juga ada anggota dari kampus lain yang turut berkontribusi dalam komunitas.
Komunitas yang berorientasi pada kesenian dan kebudayaan kontemporer ini juga pernah menorehkan beberapa prestasi. Dalam tingkat lokal, Rusabesi pernah menjadi Peserta Malam Puisi Tangerang, Blok S Festival. Pada taraf Internasional, komunitas ini juga pernah menjadi salah satu peserta di Peserta dan Pengisi Asean Literary Festival di Taman Ismail Marzuki.
Siti Heni Rohamna
Average Rating