Mahasiswa penerima beasiswa KIP-K UIN Jakarta resah akan uang KIP-K yang melewati batas waktu pencairan. Menunggu dan berhemat menjadi jalan satu-satunya mereka bertahan hidup.
Koordinator Kemahasiswaan Administrasi Beasiswa, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Rosma Yenni, mendapat informasi dari pihak Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Bahwasanya penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) Mahasiswa UIN Jakarta untuk angkatan 2019 dan 2020 sudah cair. Sedangkan angkatan 2021 dan 2022 cair pada Kamis (16/3).
Lanjut, Rosma mengatakan, adanya keterlambatan pencairan KIP-K di karenakan kesalahan dari sistem Pelayanan Perbendaharaan Negara (PPN). Seperti sebanyak 68 penerima KIP-K belum bisa diajukan. “Karena nomor rekening tidak kebaca, hingga tidak bisa ditindaklanjuti oleh PPN,” ucapnya, Rabu (15/3).
Ketua Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formabi) Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) UIN Jakarta Sultan Fadhilah. Sultan menanggapi dampak keterlambatan KIP-K benar dirasakan mahasiswa angkatan 2019, 2021 dan 2022. Sedangkan mahasiswa penerima KIP-K 2020 tidak mengalami keterlambatan. “Karena mereka memakai Bank Negara Indonesia (BNI) dan bukan BTN,” Ucapnya, Rabu (15/3).
Lanjut, Sultan mengatakan penyebab keterlambatan KIP-K sebenarnya selain dari kesalahan Bank BTN, juga terdapat kesalahan dari pihak mahasiswa. Yaitu, mahasiswa mengambil semua uang KIP-K, yang seharusnya ketika KIP-K cair sejumlah 6.600.000 rupiah. “Harusnya menyisihkan sebesar 2.400.000 rupiah untuk diblokir guna untuk bayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT),” ujar Sultan, Rabu (15/3).
Adapun, upaya Formabi mengenai keterlambatan KIP-K, Sultan sudah berusaha menghubungi pihak kemahasiswa. Namun, respon dari kemahasiswaaan hanya bisa memberikan saran untuk tetap sabar dan menunggu. “Terakhir dikabari Februari akhir sudah bisa dicairkan, tetapi hingga Maret ini belum juga cair,” kata Sultan, Rabu (15/3).
Mahasiswa UIN Jakarta, Program Studi (Prodi) Jurnalistik Ramona Jolene (RJ)—nama samaran, penerima KIP-K angkatan 2021. RJ sangat resah terhadap keterlambatan KIP-K yang belum cair hingga sekarang. Karena Ia adalah mahasiswa yang bergantung pada KIP-K.
RJ bercerita, Ia memenuhi kebutuhan kuliah dan kebutuhan sehari-hari hanya dari uang KIP-K. Sehingga dari dampak uang KIP-K yang belum cair, Ia merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. “Hingga saya menggadaikan laptop untuk bayar indekos, beli buku pelajaran, beli kuota internet,” ucapnya, Sabtu (11/3).
Lanjut, terkait keresahan RJ saat ini Ia hanya bisa sabar menunggu cairnya KIP-K dan informasi selanjutnya dari kemahasiswaan. Kemahasiswaan pun hanya menjawab sedang berusaha mencari informasi terkait masalah keterlambatan pencairan KIP-K. Seperti melakukan laporan ke Bank Tabungan Negara (BTN) dan mencari informasi ke KPPN.
Tak hanya RJ, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab Sindy Aulia Rahmi, juga merasakan hal yang sama. Sindy mengatakan, semester satu sampai tiga tidak memiliki keluhan mengenai kebijakan pengurus KIP-K. Namun, pada semester empat ini, Ia mengeluhkan keterlambatan KIP-K. “Seharusnya cair pada bulan Februari, namun hingga bulan Maret belum juga cair,” ucapnya, Sabtu (11/3).
Lanjut, Sindy sampai sekarang hanya bisa bersabar menunggu proses selanjutnya dari kemahasiswaan dan bagian pengelola KIP-K. Jika KIP-K belum juga keluar, Ia hanya bisa menghemat lagi pengeluaran kebutuhan pribadi. “Saya tetap akan menunggu dan juga teman-teman penerima KIP-K lainnya,” pungkasnya Sabtu (11/3).
Reporter : PA
Editor : Ken Devina