GMB, Pengagas Mukena Bersih Indonesia

Read Time:2 Minute, 52 Second
Mahasiswi sedang memakai mukena Gerakan Mukena Bersih

(GMB)

Bagi seorang wanita, mukena merupakan kebutuhan wajib dalam beribadah. Namun ironisnya, di Indonesia yang notabene mayoritas penduduknya beragama Islam, mukena yang tersedia di tempat umum justru terlihat sangat kotor. Untuk itu, Gerakan Mukena Bersih (GMB) hadir pada 27 Desember  2007 menjadi sebuah solusi dalam menanggulangi peliknya kebersihan mukena yang ada di tempat-tempat umum seluruh Indonesia.

Gita Saraswati, pendiri GMB menuturkan, gerakan nonkomersil ini terlahir dari keprihatinan Gita beserta beberapa rekannya terhadap keadaan mukena yang sangat kotor di tempat umum serta keinginannya untuk mengkoordinir bagaimana pengupayaan mukena bersih ini dapat berjalan sistematis.
“Indonesia mayoritas dinaungi oleh umat Muslim, namun kotornya mukena di tempat umum ini terlihat mencerminkan kurangnya kepedulian umat Muslim dalam mengikuti syariat. Oleh sebab itu, saya rasa perlu sebuah mekanisme dan sistem untuk mengupayakan kebersihan mukena ini agar di tempat umum pun kita tetap menerapkan syari’at,” ujar Gita.
Gita menuturkan, dalam kesibukan rutinitas kehidupan, rasanya saat ini hampir setiap hari sejumlah umat Muslim melaksanakan  minimal  tiga waktu salatnya di luar rumah. Namun, dapat terbayangkan, dengan kesibukan itu, betapa wanita terpaksa menggunakan mukena kotor yang ada di tempat umum berulang kali dalam sehari.
Menurutnya selama ini, kesadaran individual untuk mengupayakan kebersihan mukena, dengan keinginan untuk mencuci mukena di tempat umum, telah muncul di benak banyak orang. Namun, Gita menambahkan, untuk mengoptimalisasi keinginan banyak individu ini, ia beserta beberapa rekannya merasa perlu merumuskan sebuah mekanisme yang mengatasi masalah tersebut.
Pada tahap awal, GMB mengadakan kegiatan fund-rising (pengumpulan sumbangan dari para donatur). Setelah itu, dana yang didapatkan melalui hasil sumbangan umat tersebut akan digelontorkan untuk memproduksi mukena dengan standar dan spesifikasi yang terseleksi oleh GMB.
Tidak hanya dana, GMB pun menerima sumbangan berupa kain ataupun mukena yang memenuhi  spesifiksi GMB, yakni kain atau mukena yang berbahan katun serta berwarna pastel. Kemudian, mukena yang diproduksi lantas akan menjadi sebuah paket mukena yang akan diberikan kepada para relawan yang telah mendaftar.
Setelah mukena diproduksi, mereka pun melaksanakan program pemeliharaan mukena bercap GMB di sejumlah tempat umum oleh para relawan. Gita menuturkan, seorang relawan akan mendapat satu paket mukena GMB yang berisikan 4 unit mukena secara cuma-cuma.
Setiap  relawan hanya diberikan amanah untuk merawat mukena-mukena tersebut minimal satu kali dalam seminggu melalui kocek pribadi. Sebagai relawan, mereka juga diberikan kebebasan untuk memilih tempat umum yang akan diberikan paket mukena, sehingga mereka dapat mengukur kemampuannya untuk melakukan pemeliharaan.
“Mukena GMB bukan untuk diperjualbelikan. Saya kira untuk beramal tidak harus selalu berbentuk uang. Namun, GMB menekankan pelayanan ikhlas tanpa rasa ingin dilihat siapapun dan tanpa pamrih kepada umat. Kami hanya berupaya mempromosikan serta mengaplikasikan Islam dalam kehidupan di dunia,” ujar Gita.
Hingga kini dengan beranggotakan relawan pria dan wanita, GMB telah memiliki sekitar 600 relawan yang tersebar di 42 kota. Mengawali langkahnya hingga kini, GMB menyebarluaskan  program GMB ini melalui pengajian-pengajian. Meskipun sempat mejumpai fase jatuh bangun di tengah tahun pertama awal pembentukannya, Gita menuturkan bila kini ia telah menemukan formula yang tepat untuk menjalankan program ini.
Gita mengatakan, GMB merupakan sebuah kelompok yang memiliki visi yang sama. Selain dua, kegiatan utama, para relawan juga seringkali megadakan tausiyah, ESQ training, atau acara lainnya yang diadakan secara berkala untuk mempererat silaturahmi.

Seorang pengguna mukena GMB di Masjid Al-Jami’ah, UIN Jakarta, Aminatuz Zuhriyah, menuturkan ia sangat terbantu dengan adanya mukena GMB di tempat umum. Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah ini pun merasakan mukena ini memang lebih bersih dibanding mukena lainnya. (Adea Fitriana)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post LPM INSTITUT Lantik Pemimpin Umum Baru
Next post Psikologi Galang Dana Untuk Anak Autis