Jika Dunia Tanpa Hak Cipta

Read Time:2 Minute, 50 Second

Judul buku : Dunia Tanpa Hak Cipta
Judul Asli : Imagine There Is No Copyright And No Culture Conglomerate Too: An Essay
Penulis : Joost Smiers dan Marieke Van Schijndel
Penerbit : INSIST Perss

    Pernahkah anda membayangkan bagaimana jadinya jika hak cipta dihapuskan? Atau bagaimana kondisi perekonomian jika tidak ada lagi konglomerasi dalam segala aspek kehidupan manusia?

    Dalam buku berjudul Dunia Tanpa Hak Cipta, Joost Smiers dan Marieke Van Schijndel memberikan pandangan baru tentang keberadaan hak cipta. Menurut mereka, sebenarnya hak cipta bertentangan dengan prinsip demokrasi.

    Hak cipta atau hak privatisasi tersebut dapat membungkam publik, membuat sistem komunikasi satu arah di mana ada peran-peran dominan di dalamnya. Hal inilah yang dimaksudkan Smiers dan Marieke bahwa hak cipta bertentangan dengan prinsip demokrasi.

    Dalam prinsip demokrasi, setiap orang bebas menyuarakan aspirasinya, mengritik sebuah karya seni, dan berdialog untuk menemukan pengembangan dari suatu karya lama menjadi karya yang lebih inovatif. Namun jika hak cipta masih berlaku, iklim demokrasi seperti itu tidak akan tercipta.

    Buku ini mengatakan, hak cipta merupakan hak eksklusif yang diberikan kepada seorang pencipta terhadap karyanya. Namun, hak ini terkadang bukan dimiliki oleh penciptanya, melainkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang yang sesuai dengan karya tersebut.

    Jika suatu karya sudah dihakciptakan maka yang dapat “menyentuh” karya tersebut hanyalah si pemiliknya saja. Tidak ada pihak lain yang dapat mengutak-atik karya tersebut. Namun menurut Smiers dan Marieke, pada saat ini hak cipta tidak lagi berada di tangan pembuat aslinya, melainkan dipegang oleh konglomerat budaya.

    Konglomerat budaya dalam hal ini mengacu pada rumah produksi, record label, dan para penerbit. Dengan dana dan nama yang dimilikinya, mereka mampu memasarkan karya cipta dengan keuntungan bersih jauh lebih besar dibandingkan oleh tangan si pencipta asli sendiri.

    Namun, karena hak cipta karya tersebut sudah beralih tangan, maka keuntungan tersebut tak menjadi milik si pencipta, melainkan mengalir ke pundi-pundi para konglomerat budaya.

    Lain halnya jika sistem hak cipta dihapuskan, para pencipta karya tidak perlu mencari perusahaan atau lembaga yang dapat membeli karyanya. Manajemen distribusi dan promosi dapat dilakukannya sendiri. Hal tersebut bukan tak mungkin dicoba karena kondisi pasar yang tercipta juga bisa lebih seimbang dengan persaingan antar pencipta yang akan jauh lebih sehat. Dengan begitu, tidak ada lagi kepemilikan karya yang sentralistik, melainkan terdistribusi beragam.
   
    Group musik RadioHead misalnya, pada tahun 2007 group band ini melunculkan album baru In Rainbows di internet. Para penggemarnya dapat memutuskan apakah mereka harus membayar atau tidak untuk mengunduh album tersebut. Jika mereka ingin membayar, mereka memutuskan sendiri berapa jumlah yang harus dibayarkan.

    Sistem tanpa hak cipta tersebut terbukti berhasil karena lagu tersebut telah diunduh jutaan kali. Bahkan, 40 hingga 60 persen memilih untuk membayar rata-rata 5 euro sekali unduh. Hal ini membuktikan jika hak cipta dihapuskan, maka tidak akan berdampak buruk bagi para kreator.

    Buku berjudul Dunia Tanpa Hak Cipta juga dilengkapi dengan studi kasus tentang bagaimana suatu karya seni bertahan tanpa adanya hak cipta dan tetap eksis meraup keuntungan. Buku terjemahan ini sudah diterjemahkan dengan sangat baik sehingga tidak membuat pembaca bingung.

    Uniknya, buku ini pun hadir tanpa perlindungan hak cipta, jika ada yang ingin menyebarluaskan buku ini dapat mengunduhnya di website yang tertera di dalam buku ini. Namun, belum tersedia soft copy dalam Bahasa Indonesia. (Nida Ilyas)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Genosida di Negara Rwanda
Next post Aku Gagal