Budayakan Menulis melalui Pelatihan Jurnalistik

Read Time:1 Minute, 46 Second

Saat ini, perkembangan media dan informasi ditanggapi beragam oleh sebagian kalangan. Salah satunya, mahasiswa. Tak sedikit di antara mereka menggelar pelatihan jurnalistik guna mengasah kemampuan menulis. Seperti yang disampaikan Presiden Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Politik, Muhammad Nurcholis, menulis karya ilmiah merupakan bagian dari tradisi intelektual. Karena itu, mahasiswa hendaknya memiliki  kemampuan yang baik dalam menulis, Sabtu, (5/10).

Hal serupa disampaikan Divisi Pendidikan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Agung Budi Santoso, bagi mahasiswa, menulis merupakan instrumen penting untuk menunjang intelektualitas mereka. Karena dengan menulis, mahasiswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai akademis ke dalam tulisan yang mereka buat.

Meski demikian, ia menyayangkan budaya menulis mahasiswa yang masih rendah. Padahal, setiap media telah menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk menulis. “Seperti Kompas, Detik, dan tentunya Tribunnews,” ucap jurnalis Tribunnews tersebut.

Terkait perkembangan media, Agung menjelaskan bagaimana media telah mengalami transformasi ke dalam bentuk yang beragam. “Jika dulu, kita hanya mengenal berita di koran, kini, berita tampil melalui media yang lebih modern seperti online,” ucapnya.

Perkembangan tersebut menurut Agung, mengundang persaingan di antara media terutama  perihal iklan. Meski begitu, Agung mengatakan hal ini harus disikapi arif karena keduanya memiliki orientasi serupa. “Meskipun, porsi iklan dalam media online lebih besar dibanding cetak,” jelasnya, saat menjadi pemateri acara pelatihan jurnalistik di Aula Lantai satu fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Sabtu, (5/10).

Membincang media modern, Agung bercerita seputar lahirnya sejarah pers Indonesia yang ditandai dengan tumbuhnya organisasi modern. Pada awal berdirinya, menurut Agung organisasi-organisasi modern tersebut memiliki satu paham dan tujuan yang sama yakni, antara sosialisme-nasionalisme-agama. “Bahkan, paham marxisme dijadikan pisau analisa bersama,” kenangnya.

Dalam seminar ini, Agung tak banyak membahas mengenai sejarah lahirnnya pers Indonesia. Hanya saja, materi yang ia sampaikan lebih banyak membincang pada tataran dasar kejurnalistikan.

Seperti yang diungkapkan, Aang Faturrohman. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ini mengaku, awalnya tidak tahu ilmu jurnalistik. Namun, setelah mengikuti pelatihan tersebut ia sedikit-banyak tahu bagaimana unsur-unsur berita dan pola-pola penulisan karya ilmiah. “Apalagi, menulis karya ilmiah itu penting bagi kalangan intelektual. Tapi, ia menyayangkan, pelatihan tersebut tidak sesuai dengan tema yang dipublikasikan,”ungkapnya. (AwangDaelami)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Futsal Competition Fisip Days 2013 : Ajang Silaturahmi Mahasiswa antar Universitas
Next post Baca Tulis Mahasiswa Menurun, FAH Adakan Pelatihan Menulis