Jatuh Bangun Stabilitas Ekonomi Indonesia di Mata Ekonom Belanda

Read Time:2 Minute, 9 Second
Judul: Ekonomi Indonesia 1800-2010 Antara Drama dan Keajaiban
Penulis: Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun Terbit: 2012
ISBN: 978-979-709-678-6
Tebal: 491 halaman
Bagaimana bisa sebuah negara seperti Indonesia dengan segala sumber daya alam dan manusianya yang melimpah mengalami arah pertumbuhan yang tak menentu dan timpang? Dan mengapa pertumbuhan ekonominya menunjukkan tingkat ketidaksinambungan yang sangat tinggi?

Pertanyaan tersebut terdapat di dalam buku yang berjudul Ekonomi Indonesia 1800-2010 Antara Drama dan Keajaiban. Buku itu mengkaji perjalanan stabilitas ekonomi Indonesia selama dua abad. Dengan menguraikan kronologis waktu, buku yang ditulis oleh dua ekonom asal Belanda, Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks ini banyak menginformasikan hal baru tentang perkembangan standar hidup dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Dari sebab perkiraan dan sebab sebenarnya arah pertumbuhan ekonomi Indonesia, mereka menyimpulkan adanya pergantian rezim perkembangan ekonomi. Hal itu sebagian besar didorong oleh kebijakan ekonomi yang memperhatikan faktor-faktor pembentuk perubahan politik ekonomi Indonesia.

Dengan berbasis data pendapatan nasional Jawa (1815-1939) dan Indonesia (1880-2010), buku ini menetapkan bahwa kinerja pertumbuhan Indonesia itu relatif buruk. Hal tersebut disebabkan karena  pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia terbilang lamban, jika dibandingkan dengan negara mitra dagang dan negara tetangganya. Terlebih pada periode Sistem Tanam Paksa (1830-1870), penurunan produktivitas negara terjadi secara signifikan yang ditandai adanya ekspor secara paksa.

Namun, lambat laun ekonomi Indonesia mulai bangkit. Pasca kemerdekaan berbagai macam institusi mulai lahir, seperti perkumpulan organisasi dan partai politik. Hal demikian adalah awal pembentuk  terwujudnya masyarakat sipil.

Beranjak pada masa Soekarno berkuasa, ekonomi Indonesia menjadi di luar kendali seperti adanya defisit anggaran, suplai uang, dan tingkat harga. Kondisi ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dari lingkup politik dan domain ekonomi. Sementara itu, kabinet-kabinet yang posisinya lemah malah menciptakan lebih banyak masalah daripada mengatasinya.

Kasus-kasus yang dipaparkan di atas menggiring pada kesimpulan bahwa periode awal kemerdekaan Indonesia dalam banyak segi bisa dianggap sebagai dekade yang hilang. Namun, sebenarnya pada masa tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kesuraman karena ada pula pencapaian, misalnya meningkatnya pendidikan massa.

Sedangkan pada rezim Soeharto diuntungkan dengan adanya limpahan minyak pada tahun 1970-an dan adanya Revolusi Hijau. Pola pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa itu, dalam buku ini diamati sebagai pertumbuhan yang relatif seimbang, baik dari sektor jasa maupun sektor industrial.

Semua kalangan akademisi dan praktisi ekonomi dapat membaca buku ini karena bahasa yang dipakai ringan. Secara jelas menjelaskan keadaan ekonomi Indonesia dengan pendekatan grafik dan tabel sehingga memudahkan pembaca dalam memahami. Selain itu, buku ini banyak mengutip konsep-konsep dari tokoh Internasional. Walaupun bahasa yang dipakai ringan, namun pembaca terkadang menjumpai istilah ekonomi yang tidak lumrah. (Maulia Nurul H)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Ketika Waktu Ubah Posisi Uang
Next post Le Promeneur d’Oiseau: Gadget Tumbuhkan Hedonisme